JAKARTA – AAS, siswa kelas 10-C korban ledakan di SMAN 72 Jakarta masih terbaring di rumah sakit, Senin, 10 November. Ugi Abdulrahman, ayah korban mengatakan, putranya sudah menjalani dua kali operasi di rumah sakit yang menangani para korban ledakan.
“Iya, sudah dua kali dioperasi, operasi kepala, gendang telinga,” kata Ugi kepada wartawan, Senin, 10 November 2025.
Ugi menyesalkan atas pelayanan rumah sakit tersebut karena menurutnya lamban menangani putranya.
“Penanganan ternyata ada mis manajemen rumah sakit (entah) karena apa, akhirnya dioperasi lagi kedua. Saya tanya. (informasinya) Ada ketinggalan barang, paku 2 (buah berukuran) besar,” sesalnya.
Selain itu, ia juga menyesalkan sikap manajemen rumah sakit.
“Setelah itu, ada kekurangan manajemen juga. Ternyata (korban) diambil dari kamar itu sampai 3 jam menunggu belum masuk ruang operasi. Saya juga komplain, ini kesalahan di management atau dokter?,” tuturnya.
Lantas Ugi berusaha konsultasi dengan temannya yang juga berprofesi sebagai dokter.
“Saya juga banyak teman dokter, konfirmasi ke temen katanya itu urusan management. Dari situ saya komplain juga, dan ternyata itu urusan dokter. Dia bilang keterangan dari manajemen ‘Pak kalau sudah masuk ke dalam itu kan (ranah) dokter yang urus, yang melayani’,” bebernya.
“Untuk anak saya (penanganannya lambat) di Multazam 2 Nomor 6,” katanya.
Bahkan Ugi mendapatkan informasi terakhir bahwa akan dilakukan operasi ketiga terhadap putranya tersebut.
“Katanya ada operasi ketiga, operasi kepala itu, dilihatin saya itu. Ada kelainan di dekat batang otak,” ujarnya.
Ugi menjelaskan, saat kejadian ledakan pada Jumat 7 November 2025, putranya berjarak sangat dekat dengan titik ledakan pertama yang berada di dalam Masjid.
“Dekat sekali. Dia ledakan pertama di masjid. Dekat sekali dia,” ucapnya.
