Jakarta: Investor harus jeli dalam menghadapi ketidakpasian global mulai dari ekonomi global yang diperkirakan masih akan stagnan, bahkan berpotensi melambat, tensi geopolitik yang meningkat, ketidakpastian kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan bank sentral.
Beragam ketidakpastian dapat menjadi tekanan bagi pasar keuangan, baik global maupun domestik serta menghadirkan tantangan yang kompleks bagi investor.
“Dalam setiap tantangan akan selalu ada peluang yang dapat dioptimalkan. Oleh karena itu, strategi yang tepat sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan momentum yang unik seperti saat ini, yakni era suku bunga yang relatif masih tinggi,” hal ini dikatakan oleh Ekonom KISI Asset Management,Arfian Prasetya Aji dikutip Minggu, 8 Desember 2024.
Aji menambahkan apabila menerka arah kebijakan suku bunga The Fed, kunci utama adalah keseimbangan antara pasar tenaga kerja dan inflasi.
Berdasarkan data inflasi AS terkini, PCE Inflation kembali meningkat sejalan dengan ekspektasi market, yakni sebesar 2,3 persen YoY, dari sebelumnya 2,1 persen YoY.
Sementara pasar tenaga kerja, terlihat masih menunjukkan kinerja yang solid, yang tercermin dari Initial Jobless Claims yang lebih rendah dari perkiraan, yakni sebesar 213 ribu.
“Dengan demikian, kami melihat bahwa data-data tersebut dapat menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk lebih perlahan dalam memangkas suku bunganya, terutama di tahun depan,” tegas dia
Potensi pemangkasan suku bunga
Dia mengatakan adanya peluang pemangkasan kembali suku bunga The Fed sebesar 25 bps pada akhir tahun ini. Peluang pemangkasan suku bunga pun akan melambat pada 2025.
Dia menuturkan untuk outlook tahun depan, kemungkinan besar The Fed hanya akan memangkas suku bunganya sebesar 50 bps, terlebih setelah terpilihnya presiden Donald Trump dengan berbagai potensi kebijakan ekonomi baru yang diusungnya seperti pemotongan pajak, peningkatan tarif impor, dan pembatasan imigrasi. Kebijakan ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi, yang pada akhirnya akan memengaruhi arah penentuan suku bunga The Fed.
“Bagi Indonesia, perubahan kebijakan suku bung The Fed dapat berdampak terhadap aliran modal dan nilai tukar. Oleh karena itu, kami juga melihat ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia ditahun depan juga akan lebih terbatas,” tegas dia.
Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih lambat, kupon-kupon yang akan diterbitkan oleh korporasi akan relatif tetap tinggi.
“Dengan demikian, kami melihat peluang untuk berinvestasi pada instrumen obligasi korpoasi merupakan momentum yang tepat untuk saat ini karena ke depannya obligasi korporasi tidak akan memiliki kupon setinggi sekarang,” tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(SAW)