Kehidupan setelah kematian selalu menjadi misteri yang menimbulkan pertanyaan besar bagi setiap manusia. Banyak ajaran agama meyakini bahwa alam kubur bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, melainkan awal dari perjalanan menuju kehidupan selanjutnya. Di sana, dikatakan ada yang merasakan ketenangan dan kebahagiaan, sementara yang lain menghadapi siksaan sebagai konsekuensi dari perbuatannya di dunia.
Namun, benarkah nikmat dan azab kubur itu nyata? Ataukah itu sekadar keyakinan yang diwariskan dari generasi ke generasi? Berbagai dalil agama dan pengalaman spiritual sering dijadikan landasan untuk membuktikan keberadaan kehidupan setelah mati. Di sisi lain, ada pula yang mempertanyakan kebenaran konsep ini dari sudut pandang rasional dan ilmiah.
Artikel ini akan membahas secara tentang konsep nikmat dan azab kubur, dengan dalil-dalil hadits Nabi yang kami rujuk melalui kitab Hujjah Ahlussunnah wa Jama’ah karya K.H. Ali Maksum. Apakah ini hanya kepercayaan yang tumbuh dari tradisi, atau ada bukti yang menguatkannya? Mari kita telusuri lebih dalam.
Kiai Ali Maksum menjelaskan di dalam kitabnya, banyak diantara orang-orang yang mengingkari terhadap nikmat dan azab kubur yang mereka itu justru menisbatkan dirinya kepada agama Islam. Hal itu justru menunjukkan mereka atas kebodohan yang sangat hina dengan keberagamaan mereka. Sesungguhnya banyak Hadits Nabi dan Al-Qur’an yang berbicara tentang hal ini.
Allah berfirman dalam Surat Ghafir ayat 46:
اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّاۚ وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ
Artinya; “Neraka diperlihatkan kepada mereka (di alam barzakh) pada pagi dan petang. Pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan,) “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam sekeras-keras azab!”
Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Nasai juga meriwayatkan dalam kitab haditsnya:
انَّ رَسُولَ اللَّهِ خَرَجَ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَسَمعَ صَوْتًا فَقَالَ يَهُودُ تُعَذِّبُ فِي قَبْرِهَا وَرَوَى النَّسَائِي وَمُسْلِمُ أَنَّهُ لَهُ قَالَ : لَوْلَا أَنْ تَدَا فَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهُ أَنْ يُسْمِعَكُمْ عَذَابَ الْقَبْرِ
Dari dalil Al-Qur’an dan hadis di atas sangatlah jelas bahwa adanya siksa kubur bagi orang yang ketika hidup di dunianya tidak mempunyai perbekalan yang cukup untuk menghadapi alam kubur. Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah mendengar seorang yahudi yang sedang disiksa dalam kuburnya.
Mengenai keaslian (tsiqah) atau kesahihan hadis ini, riwayat yang berasal dari Imam Muslim dan Imam An-Nasa’i menunjukkan bahwa hadis ini memiliki derajat shahih, karena Imam Muslim adalah salah satu imam hadis paling terpercaya setelah Imam Bukhari. Oleh karena itu hadits ini sudah sangat cukup untuk menyatakan bahwa adanya nikmat dan siksa yang ada dalam kubur.
Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim juga disebutkan bahwa suatu hari Nabi Muhammad SAW melewati 2 kuburan kemudian beliau bersabda: bahwa kedua ahli kubur ini sedang diazab, akan tetapi keduanya tidak diazab di hadapan manusia. Adapun salah satu diantara mereka diazab karena ia suka mengadu domba sedangkan yang lain diazab karea ia tidak tertutup ketika buang air kecil.
Sebagai umat Islam, kita harus mengambil pelajaran dari sabda Rasulullah SAW ang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim tentang dua penghuni kubur yang sedang diazab. Dalam hadis tersebut, Nabi SAW menjelaskan bahwa mereka diazab bukan karena dosa besar menurut pandangan manusia, tetapi karena kesalahan yang sering diremehkan: mengadu domba dan tidak menjaga kebersihan saat buang air kecil.
Nikmat dan azab kubur merupakan bagian dari keyakinan dalam Islam yang telah disampaikan melalui dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw. Meskipun keberadaannya tidak dapat disaksikan langsung oleh manusia di dunia, keyakinan ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu berbuat baik dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Sebagai umat yang beriman, kita diajarkan untuk mempersiapkan kehidupan setelah kematian dengan memperbanyak amal shalih, menjaga lisan dan perbuatan, serta selalu memohon ampunan kepada Allah. Kesadaran akan adanya nikmat dan azab kubur seharusnya mendorong kita untuk lebih bertakwa dan menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
Akhirnya, hanya Allah yang Maha Mengetahui hakikat kehidupan setelah kematian. Semoga kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan nikmat kubur dan dihindarkan dari azab-Nya. Aamiin.
Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)