Jakarta –
Meski tak umum, belajar mengaji memanfaatkan AI bisa jadi lebih efektif dan efisien. Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Untuk mengaji dengan tepat dan baik, para pemula harus memahami sejumlah hal, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah, tanda baca, hingga tajwid. Mereka juga perlu berlatih secara rutin didampingi guru agar bacaan mengaji menjadi lancar.
Sayangnya, tak semua orang memiliki kesempatan belajar mengaji dengan guru. Inilah alasan, meski beragama Islam, tak semua muslim bisa mengaji secara baik dan benar.
Hal tersebut diutarakan mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc yang kini menjadi Co-founder ngaji.ai-aplikasi belajar mengaji berbasis AI.
Ia berkisah, pada 2021, dosen agama pada kampus yang dinaunginya itu mendapati bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa baru tak bisa mengaji. Atas dasar keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terus menjadi isu krusial di tanah air, Sutarto pun menginisiasi ngaji.ai.
Akhirnya ia pun punya ide untuk membangun aplikasi untuk belajar mengaji. Penggunaan aplikasi dianggap efektif karena mudah diakses lewat gadget, yang menurut Sutarto, saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
“Melalui aplikasi, kami berharap agar pengguna dapat belajar mengaji kapan saja dan di mana saja. Bahkan, mereka bisa menyesuaikan waktunya sendiri,” kata Sutarto, dalam keterangan yang diterima detikINET.
Untuk mewujudkan ide tersebut, Sutarto mulai mencari mitra yang dapat bersama-sama membangun aplikasi. Karena sebelumnya ia sempat menginisiasi program peningkatan bahasa Inggris bagi mahasiswa ULM bekerja sama dengan PT Novo Indonesia Belajar (Vokal.ai), hal yang sama terpikirkan saat ia ingin mewujudkan aplikasi belajar mengaji.
“Saya percaya bahwa Vokal.ai merupakan mitra ideal untuk membangun aplikasi ini. Mereka memiliki teknologi unik dan teruji,” imbuhnya.
Sutarto dan CEO Vokal.ai Martijn Enter adalah dua sahabat yang sama-sama alumnus University of Twente. Mereka meyakini bahwa ngaji.ai bisa diterima dengan baik oleh masyarakat setelah Vokal.ai melakukan survei pada 2021.
Hasil yang didapat adalah 95 persen umat Islam di Indonesia menganggap mengaji sebagai keterampilan penting. Lalu, sebanyak 71 persen orangtua di Indonesia menginginkan agar anak-anak mereka dapat belajar mengaji dengan benar.
Lewat teknologi Automatic Speech Recognition (ASR) yang dikembangkan Vokal.ai, pengguna aplikasi akan mendapatkan umpan balik (feedback) yang akurat secara langsung terhadap cara pengucapan dan pelafalan, seolah-olah sedang belajar dengan guru di mana pun dan kapan pun.
Makin lengkap karena ngaji.ai juga menyediakan materi beragam dan berjenjang agar pengguna dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Di dalamnya juga tersedia berbagai fitur.
Selain sebagai wadah belajar membaca Al Qur’an, pengguna ngaji.ai juga bisa menumbuhkan jiwa kompetitif dan pembelajaran yang sehat berkat hadirnya fitur Leaderboard, fitur Tadarus dengan audio, dan Latihan Membaca Doa. Pembelajaran yang fun membuat kegiatan belajar mengaji menjadi tidak membosankan.
Saat ini, ngaji.ai sudah diunduh lebih dari 15.000 kali, baik lewat App Store maupun Google Play Store. Hal ini menandakan bahwa aplikasi tersebut mendapat respons yang baik bagi pengguna. Tak hanya itu, rating yang didapat pun cukup tinggi, yakni 4,8 di Google Play Store dan 4,9 di App Store.
(asj/asj)