TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Pascasarjana UIN Walisongo melaksanakan kegiatan studium general dengan mengundang Esie Hanstein, dosen di Humbold University Berlin dan Leipzig University Jerman yang bertempat di lantai 4 Gedung Rektorat Kampus 3 pada Kamis (20/03/2025).
Tema yang dikaji berjudul Mengurangi Jejak CO₂ dalam Kehidupan Sehari-hari dan Bagaimana Mendidik Generasi Muda untuk Menerapkannya.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia sekaligus Wakil Direktur Pascasarjana, Dr. Nasihun Amin, M.Ag menyampaikan bahwa acara yang diikuti lebih dari 100 peserta dan dimulai pukul 15.00 WIB ini adalah bagian dari ngaji dalam ngabuburit karena diakhiri dengan buka bersama.
Tema ngaji kali ini menawarkan cara pandang baru yang tidak selalu terkait dengan persoalan normatif namun menurut Direktur Pascasarjana Prof. Dr. Muhyar Fanani, M.Ag, kajian tersebut dapat diselaraskan dengan kajian keislaman sebagaimana disampaikan dalam Q.S. ar Rum ayat 41 agar manusia menghindari kerusakan lingkungan.
Esie Hanstein sebenarnya adalah putri Pontianak.
Prestasinya sebagai siswa terbaik se-Kalimantan Barat mengantarkannya untuk diterima sebagai mahasiswa UGM dan lanjut untuk kuliah di Jerman.
Prestasinya pun diakui oleh profesornya sehingga diangkat menjadi asisten dosen dan berlanjut menjadi dosen di dua universitas senior di negeri tersebut hingga sekarang.
Di tengah kesibukannya sebagai dosen itulah Esie melakukan berbagai aktifitas terkait kepedulian terhadap lingkungan baik di Jerman maupun Indonesia.
Atas dasar aktifitas itulah ia kemudian dinobatkan sebagai Duta UNESCO.
Aktifitas ini memang bukan hal yang mudah namun harus dilakukan dengan penuh semangat karena untuk menjaga kehidupan yang nyaman dan sehat di bumi.
Acara yang dipandu oleh moderator Ibn Fikri, Ph.D ini mendapat banyak apresiasi positif.
Peserta merasa bahwa acara ini sangat bermanfaat, inspiratif, dan meningkatkan kesadaran lingkungan.
Banyak yang berharap agar kegiatan serupa dapat diadakan lebih sering, tidak hanya dalam bentuk studium generale, tetapi juga dengan aplikasi nyata di masyarakat.
Beberapa peserta bahkan mengusulkan agar waktu pelaksanaan diperpanjang untuk memperdalam pembahasan.
Mereka menyukai gaya penyampaikan materi yang santai sambil bernyanyi sehingga materi lebih mudah dipahami.
Mereka juga berharap ada diskusi lebih mendalam terkait keberlanjutan program ini, terutama dalam konteks ekonomi global dan ekologi.
Misalnya dengan menggali wawasan dari universitas luar negeri.
Itulah sebabnya diharapkan ada tindak lanjut konkret agar materi yang disampaikan tidak hanya berhenti pada teori, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, acara ini dinilai sangat baik dan sukses, dengan harapan Pascasarjana UIN Walisongo terus menyelenggarakan kegiatan serupa di masa depan. (*)