Jakarta, CNN Indonesia —
Israel menyatakan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza dalam perang antara Israel dan Hamas menunjukkan hasil yang baik.
Menurut Menteri Pertahanan Israel Katz, mereka belum pernah sedekat ini mencapai kesepakatan soal pembebasan sandera.
“Kami belum sedekat ini dengan kesepakatan mengenai sandera sejak negosiasi sebelumnya,” kata Katz dilansir AFP, Selasa (17/12).
Seorang pejabat senior Hamas di Doha juga mengatakan ada kemajuan dalam proses negosiasi. Ia berharap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tidak melanggar kesepakatan.
“Kesepakatan untuk pertukaran tahanan dan gencatan senjata antara perlawanan dan pendudukan telah lebih dekat dari sebelumnya, jika Netanyahu tidak dengan sengaja mengganggu kesepakatan seperti yang telah dilakukannya sebelumnya,” kata pejabat Hamas anonim itu.
Ia mengatakan Hamas telah memberi tahu mediator Mesir dan Qatar tentang kesiapan mereka menghentikan perang. Ia pun menegaskan Hamas ingin perang berhenti secara total dan permanen.
“Hamas menekankan pada saat yang sama bahwa mereka tidak akan menerima apa pun kecuali kesepakatan yang mengarah pada penghentian perang secara menyeluruh dan permanen, penarikan penuh dari seluruh Jalur Gaza, termasuk wilayah Philadelphia dan Netzarim, pemulangan para pengungsi, dan kesepakatan pertukaran tahanan yang serius,” ucapnya.
Perang antara Hamas dan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023. Ribuan warga, mayoritas perempuan dan anak-anak, menjadi korban tewas.
Pada November 2023, gencatan senjata selama satu minggu, bisa membebaskan 105 sandera yang ditahan di Jalur Gaza. Sebagian besar adalah warga Israel, tetapi ada juga pekerja pertanian Thailand.
Gencatan senjata itu jadi satu-satunya sepanjang lebih dari satu tahun ini. Pembebasan itu terjadi sebagai bagian dari pertukaran kebebasan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Semua upaya mediasi yang dipimpin Mesir, Amerika Serikat, dan Qatar sejak saat itu untuk melakukan gencatan senjata baru terus gagal.
Pada September, Qatar menghentikan upaya mereka memediasi dua negara dan menyatakan kedua pihak tak punya kemauan untuk mencapai kesepakatan.
(tim/tsa)
[Gambas:Video CNN]