Negara: Amerika Serikat

  • Petaka Baru di China, Banyak Ilmuwan Mati Muda Gara-gara Ini

    Petaka Baru di China, Banyak Ilmuwan Mati Muda Gara-gara Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – China merupakan salah satu negara dengan perkembangan teknologi dan sains yang pesat. Namun, di balik pencapaian besar China, ternyata ada fakta memprihatinkan.

    Muncul fenomena mengkhawatirkan di negara kekuasaan Xi Jinping. Beberapa saat lalu, dilaporkan sejumlah ilmuwan asal China meninggal karena dugaan beban kerja yang begitu berat.

    Salah satunya adalah Li Haibo yang baru saja meninggal pada usia 41 tahun. Jiupai News, kanal berita asal Wuhan, menyebutkan penyebab meninggalnya Li.

    Mengutip akademisi kampusnya, disebutkan dia meninggal karena penyakit mendadak.

    Tidak ada obituari atau upacara peringatan untuk meninggalnya Li yang memulai profesi dosennya pada 2013 lalu, dikutip dari SCMP, Selasa (27/5/2025).

    Dia merupakan profesor di Universitas Ningxia. Ilmunya terkait material nano, elektrokimia, dan material optoelektronik. Bidang penelitiannya terkait baterai lithium, sodium ion, dan desalinasi air laut.

    Lebih dari 100 makalah jurnal internasional dan 16 paten di China serta satu Amerika Serikat (AS) telah diterbitkan.

    Dalam sebuah wawancara, Li pernah mengungkapkan rutinitas pekerjaannya. Dia menyebutkan hanya tidur empat hingga lima jam sehari dengan ratusan artikel yang harus dikonsultasikan.

    Li juga dinobatkan sebagai salah satu dari 2% ilmuwan teratas dari daftar yang dibuat universitas Stanford pada 2023 lalu.

    Kesehatan Ilmuwan China Jadi Sorotan

    Sementara itu, kesehatan ilmuwan China memang tengah menjadi sorotan. Bulan lalu keluarga ilmuwan berusia 47 tahun material setempat telah mengeluarkan surat yang menyebut peneliti itu meninggal karena beban kerja yang gila.

    Profesor fakultas arsitektur lanskap Universitas Kehutanan Nanjing, Li Zhiming meninggal bulan lalu. Penyebab meninggal ilmuwan 50 tahun karena sakit.

    Ada pula Yang Bingyou (54) yang merupakan wakil presiden Universitas Heilongjiang. Dia meninggal akhir Maret lalu dan disebut juga penyebab kematiannya karena sakit.

    Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Ilmuwan merupakan manusia yang harus punya istirahat cukup. Mereka bukan robot yang bisa terus-terusan bekerja dalam waktu yang tak manusiawi. 

    Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya keseimbangan waktu kerja dan istirahat!

    (fab/fab)

  • Putin Ancam Perusahaan Barat yang Masih Beroperasi di Rusia

    Putin Ancam Perusahaan Barat yang Masih Beroperasi di Rusia

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mengekang perusahaan-perusahaan Barat yang masih beroperasi di wilayah Rusia dan bertindak melawan kepentingannya.

    “Kita perlu mengekang mereka. Saya sepenuhnya setuju, dan saya mengatakan ini tanpa ragu-ragu,” tegas Putin saat berbicara dalam pertemuan dengan para pengusaha Rusia, seperti dilansir AFP, Selasa (27/5/2025).

    Penegasan itu disampaikan Putin ketika menanggapi seruan pengusaha Rusia untuk mengekang aktivitas perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS), seperti Zoom dan Microsoft, yang saat ini hanya menyediakan layanan terbatas di Rusia.

    Pernyataan Putin ini disebut sebagai bagian dari upaya Moskow untuk meningkatkan pengembangan perangkat lunak dalam negeri.

    Banyak perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia, atau secara signifikan mengurangi aktivitas mereka di negara itu, setelah Moskow melancarkan invasi militer skala besar ke Ukraina, yang memicu rentetan sanksi ekonomi dari sekutu-sekutu Kyiv.

    “Kita tidak mengusir siapa pun… kita telah menyediakan kondisi yang paling menguntungkan bagi mereka untuk bekerja di pasar kita, dan mereka berupaya mengekang kita,” ucap Putin, tanpa menjelaskan secara spesifik soal bagaimana perusahaan-perusahaan Barat telah merusak Rusia.

    Putin telah secara signifikan memperketat persyaratan keluar bagi perusahaan-perusahaan yang ingin meninggalkan Rusia, yang memaksa banyak perusahaan besar untuk menjual aset-aset mereka dengan diskon besar.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Ada spekulasi media yang berkembang bahwa beberapa perusahaan mungkin mempertimbangkan untuk kembali beroperasi di Rusia, saat Presiden AS Donald Trump berupaya melakukan reset terhadap hubungan antara Washington dan Moskow, serta mengupayakan perdamaian cepat di Ukraina.

    Kepala dana kekayaan negara Rusia, Kirill Dmitriev, yang juga utusan khusus Putin untuk kerja sama ekonomi, mengatakan pada April lalu bahwa pihaknya menerima banyak permintaan dari perusahaan-perusahaan AS yang ingin kembali.

    Namun sejauh ini, belum ada perusahaan Barat yang besar yang secara terbuka mengumumkan rencana untuk kembali beroperasi di Ukraina.

    Beberapa bisnis mendapatkan opsi buyback setelah menjual aset mereka kepada manajemen lokal, sehingga membuka peluang untuk kembali ke Rusia.

    Putin, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah meninggalkan Rusia sepenuhnya, seperti jaringan makanan cepat saji AS McDonald’s, tidak akan menerima sambutan hangat jika memutuskan untuk kembali.

    “Mereka (McDonald’s) telah menempatkan semua orang dalam posisi sulit, pergi, dan sekarang, jika mereka ingin kembali, apakah kita harus menggelar karpet merah untuk mereka? Tidak, tentu saja tidak,” katanya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Prancis-Vietnam Kerja Sama Airbus sampai Satelit, Habis Itu ke Indonesia

    Prancis-Vietnam Kerja Sama Airbus sampai Satelit, Habis Itu ke Indonesia

    Jakarta

    Prancis dan Vietnam menandatangani kerja sama untuk pesawat 20 Airbus sampai kooperasi pada energi nuklir. Kerja sama itu terjadi ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Hanoi untuk menguatkan Prancis sebagai koloni di tengah desakan tarif Amerika Serikat.

    Kunjungan resmi pertama Macron ke Vietnam, yang pertama oleh seorang presiden Prancis dalam hampir satu dekade, menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat tentang bea masuk 50% atas barang-barang Uni Eropa mulai bulan Juni yang secara tajam memicu ketegangan.

    Melansir CNBC, kesepakatan yang ditandatangani selama kunjungan Macron mencakup pembelian pesawat, kerja sama energi nuklir, kereta api, satelit observasi bumi Airbus, dan vaksin Sanofi. Ini berdasarkan dokumen yang dilihat oleh Reuters.

    Dalam pernyataan kepada pers, Macron menegaskan kembali dukungan Prancis terhadap kebebasan navigasi. Macron menambahkan kemitraan dengan Vietnam ‘mencakup kerja sama pertahanan yang diperkuat’, dengan mengutip penandatanganan sejumlah proyek pertahanan dan antariksa.

    Presiden Vietnam Luong Cuong mengatakan kemitraan pertahanan melibatkan berbagi informasi tentang masalah-masalah strategis dan kerja sama yang lebih kuat dalam industri pertahanan, keamanan siber, dan antiterorisme.

    Prancis diketahui menduduki negara Asia Tenggara itu selama sekitar 70 tahun. Baru pada tahun 1954, Prancis keluar setelah kekalahan besar di Dien Bien Phu di Vietnam utara. Lepas itu, hubungan keduanya perlahan membaik dalam beberapa dekade terakhir.

    Dalam perjalanannya, yang merupakan perjalanan pertama dari tur Asia Tenggara yang mencakup Indonesia dan Singapura, Macron akan mengunjungi sebuah universitas di Hanoi pada hari Selasa. Setelah itu, Macron akan terbang ke Jakarta.

    Di Indonesia, Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan Macron dengan Presiden RI Prabowo Subianto berencana mengunjungi beberapa tempat seperti Akademi Militer dan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Adapun Kemen PU dalam kunjungan Presiden Prancis ini berkaitan dengan persiapan infrastruktur terutama di sekitar kawasan Candi Borobudur.

    Sementara terkait detail kunjungan Presiden Macron bersama Presiden Prabowo ke Candi Borobudur termasuk terkait investasi, pihaknya belum mengetahui.

    “Intinya kami hanya membantu menyiapkan infrastruktur pendukungnya, kalau masalah terkait detail kunjungan Presiden Macron dengan Presiden Prabowo, kami belum bisa memastikan ya, termasuk investasi nantinya, itu kehendak Pak Presiden Prabowo,” ujarnya lagi, sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia.

    (ask/afr)

  • Google AI Veo 3 Debut: Bikin Video dari Teks, Harga Langganan Tembus Rp 4 Juta per Bulan – Page 3

    Google AI Veo 3 Debut: Bikin Video dari Teks, Harga Langganan Tembus Rp 4 Juta per Bulan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Google kembali membuat gebrakan di dunia kecerdasan buatan (AI) dengan meluncurkan Google AI Veo 3. Model AI ini diperkenalkan pada Google I/O 2025 dan menawarkan kemampuan pembuatan video yang menakjubkan.

    Veo 3 mampu menghasilkan video pendek berkualitas tinggi dari teks atau gambar, melampaui kemampuan pendahulunya, Veo 2.

    Hal itu bukannya tanpa alasan, karena Google menghadirkan sejumlah fitur unggulan yang membuatnya menjadi terobosan baru dalam teknologi pembuatan video AI.

    Veo 3 terintegrasi dengan Flow, sebuah alat pembuatan film AI dari Google. Integrasi ini memungkinkan pengguna untuk membangun seluruh adegan dari awal, menyempurnakannya, dan mengelola aset tanpa meninggalkan platform.

    Dikutip dari Tech Crunch, Selasa (27/5/2025), untuk mengakses Google AI Veo 3 dan fitur lengkap Flow, pengguna di Amerika Serikat perlu berlangganan Google AI Ultra.

    Untuk diketahui, paket langganan ini dibanderol USD 249,99 (sekitar Rp 4 juta) per bulan. Tidak hanya Veo 3, paket langganan ini juga mencakup akses ke fitur-fitur lain seperti Gemini 2.5 Pro untuk pemahaman prompt yang lebih canggih.

     

  • China dan Rusia Kolaborasi Bangun PLTN di Bulan

    China dan Rusia Kolaborasi Bangun PLTN di Bulan

    Jakarta

    China dan Rusia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Bulan. Memorandum kerja sama proyek ini telah ditandatangani oleh badan antariksa Rusia (Roscosmos) dan China National Space Administration (CNSA).

    Reaktor nuklir ini akan dipakai menyediakan energi listrik untuk International Lunar Research Station (ILRS), stasiun penelitian di Bulan yang dipimpin oleh China dan Rusia. PLTN in direncanakan selesai dibangun pada tahun 2036.

    “Statsiun ini akan melakukan penelitian antariksa yang fundamental dan menguji coba teknologi untuk operasi ILRS jangka panjang tanpa awak, dengan prospek kehadiran manusia di Bulan,” kata Roscosmos dalam pengumumannya, seperti dikutip dari LiveScience, Selasa (27/5/2025).

    Konstruksi reaktor nuklir buatan China dan Rusia akan dilakukan secara otonom tanpa campur tangan manusia, menurut wawancara dengan Director General Roscosmos Yuri Borisov pada tahun 2024. Borisov tidak menjelaskan bagaimana hal ini akan dicapai, tapi ia menambahkan teknologinya sudah hampir siap.

    ILRS adalah pusat penelitian permanen yang berlokasi di kutub selatan Bulan. Saat ini sudah ada 17 negara yang tertarik untuk bergabung dengan program tersebut, termasuk Mesir, Pakistan, Venezuela, Thailand, dan Afrika Selatan.

    Fondasi proyek ini akan dimulai dengan misi Chang’e-8 yang akan diluncurkan China pada tahun 2028. Ini akan menjadi misi pertama China untuk mendaratkan astronaut di Bulan.

    Rencana pembangunan ILRS pertama kali diumumkan pada Juni 2021. Saat itu China dan Rusia mengatakan mereka akan membawa material yang dibutuhkan untuk membangun markas di Bulan menggunakan lima roket super-heavy yang akan diluncurkan dari tahun 2030 sampai 2045.

    Setelah bagian dasarnya terbentuk, China berencana melakukan peluncuran tambahan untuk memperluas markasnya, termasuk menghubungkannya dengan stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan.

    ILRS merupakan kompetitor misi Artemis yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Program ini berencana membangun stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan bernama Gateway mulai tahun 2027.

    Misi Artemis melibatkan NASA dan badan antariksa dari 55 negara lainnya. Namun, masa depan program ini dipertanyakan setelah pemerintahan Donald Trump berencana memangkas anggaran NASA dan mendesak proyek Gateway dibatalkan.

    (vmp/afr)

  • Polemik Revisi Sejarah, Fadli Zon: Yang Diperdebatkan Pepesan Kosong

    Polemik Revisi Sejarah, Fadli Zon: Yang Diperdebatkan Pepesan Kosong

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon menyinggung perdebatan yang ada di media sosial tentang penulisan ulang sejarah Indonesia merupakan ‘pepesan kosong’ alias sesuatu yang diperdebatkan sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan.

    Dia menyebut, seharusnya ditunggu dulu saja progress penulisan ulang sejarah itu. Jangan hanya memperdebatkan draf atau kerangka yang beredar.

    “Banyak yang diperdebatkan itu ‘pepesan kosong’ gitu loh, yang diperdebatkan ‘pepesan kosong’ yang tidak ada ya. Tunggu dulu bukunya atau sampai progress saya sampaikan tadi mungkin 70 persen, 80 persen,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).

    Sementara itu, lanjutnya, saat ini proses penulisan ulang sejarah yang sedang berlangsung di Kementerian Kebudayaan sudah mencapai di atas 50 persen. Nantinya, pihaknya juga berencana membuka diskusi dialog.

    “Di situ kita berdebat, yang merasa ahli sejarah yang merasa mengerti, ayo kita berdebat kita berdiskusi,” tegasnya.

    Mantan Wakil Ketua DPR RI ini berharap buku sejarah yang sedang pihaknya susun ini dapat rampung pada HUT RI ke-80 nanti atau tepatnya pada 17 Agustus 2025.

    “Saya katakan ini kan kita ingin 80 tahun Indonesia merdeka, masa kita tidak mempunyai buku. Jadi kita harapkan begitu, ini kan sudah dimulai dari Januari penulisannya juga sudah,” ucap dia.

    Lebih jauh, dia pun berharap buku sejarah yang pihaknya susun itu dapat bisa masuk dalam pembelajaran nasional di sekolah. Pihaknya akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lain terkait.

    “Kita berharap juga ada lagi mata pelajaran sejarah itu wajib. Di Amerika saja seluruh jenjang itu ada US History ya, kalau warga Amerika tidak lolos US History ya ini tidak akan lolos di jenjangnya itu, di SD-nya, di SMP-nya, di SMA-nya gitu,” beber Fadli Zon.

    Sebagai informasi, dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI, Fadli Zon membeberkan ada 11 jilid dalam buku penulisan sejarah. Berikut list-nya:

    Sejarah Awal Nusantara
    Nusantara dalam Jaringan Global: India dan Cina
    Nusantara dalam Jaringan Global: Timur Tengah
    Interaksi dengan Barat: Kompetisi dan Aliansi
    Respons terhadap Penjajahan
    Pergerakan Kebangsaan
    Perang Kemerdekaan Indonesia
    Masa Bergejolak dan Ancaman Integrasi
    Orde Baru (1967-1998)
    Era Reformasi (1999-2024)
    Faktaneka dan Indeks

  • Korut Kecam Ide Sistem Rudal Golden Dome AS, Ingatkan Ancaman Perang Nuklir

    Korut Kecam Ide Sistem Rudal Golden Dome AS, Ingatkan Ancaman Perang Nuklir

    Jakarta

    Korea Utara (Korut) mengecam rencana sistem pertahanan rudal ‘golden dome’ yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Korut menilai rencana ini sangat berbahaya dan bertujuan untuk mempersenjatai ruang angkasa.

    Dilansir AFP, Selasa (27/5/2025), Kementerian Luar Negeri Pyongyang telah mengeluarkan memorandum yang menyebut sistem itu adalah rencana bahaya. Korut memastikan akan mengecam rencana itu

    “Sebuah ‘inisiatif yang mengancam’ yang sangat berbahaya yang ditujukan untuk mengancam keamanan strategis negara-negara pemilik senjata nuklir,” kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) seperti dilansir AFP.

    Memorandum Korea Utara itu menuduh Amerika Serikat “bersikeras melakukan gerakan untuk memiliterisasi luar angkasa,” kata KCNA.

    “Rencana AS untuk membangun sistem pertahanan rudal baru adalah akar penyebab yang memicu perlombaan senjata nuklir dan luar angkasa global dengan merangsang kekhawatiran keamanan negara-negara pemilik senjata nuklir dan mengubah luar angkasa menjadi medan perang nuklir yang potensial,” tambahnya.

    Tentang Golden Dome

    Golden Dome dirancang untuk mencakup kemampuan berbasis darat dan luar angkasa, dengan tujuan mendeteksi dan menghentikan serangan rudal pada keempat tahap utama, yakni sebelum peluncuran, saat awal peluncuran, saat meluncur di udara, dan pada menit-menit terakhir ketika rudal mulai menghujam sasaran.

    Selama beberapa bulan terakhir, Kementerian Pertahanan di Pentagon telah mengembangkan sejumlah opsi, yang tergantung dari jumlah anggaran, bisa mencakup penempatan rudal pencegat di luar angkasa. Pejabat itu berbicara kepada kantor berita AP dengan syarat anonim karena rincian rencana ini belum dipublikasikan.

    Badan Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan bahwa hanya komponen berbasis luar angkasa dari Golden Dome saja bisa menelan biaya hingga USD542 miliar dalam 20 tahun ke depan. Trump mengajukan permintaan awal sebesar USD25 miliar dalam rancangan undang-undang pemotongan pajak yang saat ini tengah diproses di Kongres.

    Pentagon telah lama memperingatkan terhadap kecanggihan rudal terbaru yang dikembangkan oleh Cina dan Rusia, sehingga dibutuhkan langkah-langkah penanggulangan yang mutakhir. Satelit dan pencegat tambahan dari program Golden Dome akan difokuskan untuk menghentikan rudal musuh di tahap awal atau saat penerbangan.

    Senjata luar angkasa yang dibayangkan untuk Golden Dome “merupakan kebutuhan baru dan berkembang untuk misi-misi yang belum pernah dilakukan oleh organisasi militer luar angkasa sebelumnya,” kata Jenderal Chance Saltzman, Kepala Angkatan Luar Angkasa AS, di hadapan anggota parlemen dalam sidang dengar pendapat, Selasa (20/5).

    Lihat juga Video: Korsel Sebut Korut Tembakkan Rudal Jarak Pendek di Lepas Pantai Timur

    (zap/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bank Sentral Terkuat Bumi Kumpul di Tokyo, Bahas ‘Realita Menyakitkan’

    Bank Sentral Terkuat Bumi Kumpul di Tokyo, Bahas ‘Realita Menyakitkan’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah bank sentral terkemuka dunia berkumpul di Tokyo, Jepang, Selasa (27/5/2025). Hal ini dilakukan untuk memenuhi undangan simposium yang diusulkan Bank of Japan (BOJ).

    Pejabat dari Federal Reserve, termasuk Presiden Fed New York John Williams, Bank Sentral Eropa, Bank Kanada, dan Bank Sentral Australia termasuk di antara peserta konferensi, yang berlangsung di kantor pusat BOJ di pusat Tokyo. Simposium ini juga akan diikuti akademisi terkemuka Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia.

    Meskipun sebagian besar pidato bersifat akademis dan tertutup untuk media, tema tahun ini membahas “Tantangan Baru Bagi Kebijakan Moneter”, khususnya bagaimana bank sentral harus menghadapi inflasi yang terus-menerus, risiko ekonomi yang merugikan, pasar yang tidak stabil, dan tarif AS.

    Hambatan yang saling bertentangan tersebut, yang sebagian besar merupakan hasil dari kebijakan Presiden AS Donald Trump, menciptakan hambatan bagi banyak bank sentral, terlepas dari apakah mereka menaikkan atau menurunkan suku bunga.

    BOJ, misalnya, tetap berada di jalur yang tepat untuk terus menaikkan suku bunga dan secara bertahap mengurangi pembelian obligasinya, sangat kontras dengan rekan-rekannya yang memangkas suku bunga, tetapi perkembangan global baru-baru ini telah menimbulkan pertanyaan tentang kecepatan langkah tersebut.

    “Meskipun BOJ mungkin terpaksa tidak melakukan perubahan untuk sementara waktu, mereka tidak perlu menghentikan kenaikan suku bunga sama sekali,” kata mantan pejabat BOJ Nobuyasu Atago, kepada Reuters.

    “Mereka hanya perlu mengomunikasikan dengan cara bahwa ketika kondisinya membaik, mereka dapat melanjutkan kenaikan suku bunga.”

    Pada pertemuan tahun lalu, para peserta mengkaji pengalaman mereka dalam memerangi kemerosotan ekonomi dengan membahas pelajaran yang dipetik dari penggunaan berbagai alat pelonggaran moneter yang tidak konvensional.

    Mereka juga membahas apakah Jepang, sebuah negara yang mempertahankan suku bunga sangat rendah bahkan ketika bank sentral utama lainnya menaikkan suku bunga secara agresif, dapat bangkit dari deflasi dan inflasi rendah selama beberapa dekade dengan tanda-tanda kenaikan upah yang berkelanjutan.

    Kebijakan yang Menggantung

    Kondisi Jepang bisa menjadi pesan meyakinkan bagi bank-bank sentral utama yang menghadapi dilema serupa namun saat ini diperburuk oleh perang dagang global dan kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu.

    Awalnya dianggap akan memangkas suku bunga lebih lanjut, Federal Reserve AS terpaksa menunggu dengan peringatan dari para pejabat minggu lalu tentang inflasi yang merayap karena tarif.

    Sementara Bank Sentral Eropa diperkirakan akan memangkas suku bunga lagi pada bulan Juni, kasusnya semakin berkembang untuk jeda lebih lama karena tantangan inflasi.

    “Tarif mungkin bersifat disinflasi dalam jangka pendek tetapi menimbulkan risiko kenaikan dalam jangka menengah,” kata anggota dewan ECB Isabel Schnabel, seorang yang vokal dalam kebijakan, dalam sebuah konferensi di Universitas Stanford pada tanggal 9 Mei, dalam seruan eksplisit untuk jeda.

    BOJ juga menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan tekanan inflasi domestik dan risiko pertumbuhan dari tarif AS. Tarif Trump memaksa BOJ untuk memangkas tajam prakiraan pertumbuhannya pada tanggal 1 Mei, menandakan jeda dalam siklus kenaikan suku bunga yang masih menyisakan suku bunga jangka pendek pada 0,5%.

    Namun, Gubernur Kazuo Ueda telah mengisyaratkan kesiapan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga jika inflasi dasar tetap pada jalurnya untuk mencapai target 2% secara berkelanjutan. Tetapi, inflasi konsumen inti Jepang mencapai titik tertinggi dalam lebih dari dua tahun sebesar 3,5% pada bulan April karena harga pangan melonjak 7%.

    “Jelas BOJ telah gagal mencapai mandatnya untuk stabilitas harga,” kata Atago, yang saat ini menjabat sebagai kepala ekonom di Rakuten Securities Economic Research Institute.

    (tps/tps)

  • Trump Depak Para Ilmuwan, Negara Lain Siap Menampung

    Trump Depak Para Ilmuwan, Negara Lain Siap Menampung

    Washington

    Ilmuwan di Amerika Serikat tak tenang. Pemerintahan Donald Trump memangkas miliaran dolar pendanaan penelitian ilmiah, ribuan ilmuwan di AS kehilangan pekerjaan atau hibah. Nah, pemerintah serta universitas di seluruh dunia melihat peluang tersebut.

    Program Canada Leads yang diluncurkan April, ingin merekrut para peneliti biomedis pemula dari AS ke Kanada. Universitas Aix-Marseille di Prancis memulai program Safe Place for Science bulan Maret. Mereka berjanji menyambut ilmuwan dari AS yang merasa terancam atau terhalang risetnya.

    Global Talent Attraction Program Australia, diumumkan bulan April, menjanjikan gaji kompetitif dan paket relokasi. “Menanggapi apa yang terjadi di AS, kami melihat peluang tak tertandingi untuk menarik beberapa pemikir terpintar di sini,” kata Anna-Maria Arabia, kepala Australian Academy of Sciences.

    Sejak Perang Dunia II, AS menginvestasikan sejumlah besar uang dalam penelitian ilmiah yang dilakukan di universitas-universitas independen dan lembaga-lembaga federal. Pendanaan tersebut membantu AS menjadi kekuatan ilmiah terkemuka di dunia.

    Temuan yang dihasilkan termasuk ponsel dan internet serta cara-cara baru untuk mengobati kanker, penyakit jantung, dan stroke. Namun, kini sistem tersebut tengah terguncang.

    Sejak Trump menjabat, pemerintahannya menyebut ada pemborosan pengeluaran sains dan memotong besar-besaran staf dan hibah di National Science Foundation, National Institutes of Health, NASA, dan lainnya.

    Dana penelitian ke beberapa universitas swasta juga dipangkas. Beberapa universitas pun berhenti merekrut, memberhentikan staf, atau berhenti menerima mahasiswa pascasarjana baru.

    “Ada ancaman terhadap sains di AS. Ada banyak sekali bakat, seluruh kelompok yang terpengaruh oleh momen ini.”” kata Brad Wouters, dari University Health Network di Kanada yang meluncurkan program perekrutan Canada Leads, dikutip detikINET dari AP.

    Masih terlalu dini untuk mengatakan berapa banyak ilmuwan yang memilih meninggalkan AS. Terlebih, AS memimpin soal pendanaan penelitian dan pengembangan. Bahkan pemotongan besar pun tetap memungkinkan program-program penting tetap berjalan. Di 2023, negara itu mendanai 29% dari R&D dunia.

    Beberapa lembaga di luar negeri melaporkan minat awal yang signifikan dari para peneliti di AS. Hampir setengah dari aplikasi di Prancis, berasal dari para ilmuwan yang berbasis di AS, termasuk peneliti AI dan astrofisikawan.

    (fyk/afr)

  • Sebut Gila hingga Kejatuhan Rusia

    Sebut Gila hingga Kejatuhan Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan serangan terbuka kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump menyebut Putin gila hingga membunuh banyak orang.

    Dalam pernyataan terbarunya, Trump mengeluarkan teguran terhadap Putin terkait serangan ke Ukraina. Trump mengatakan dia tidak senang dengan tindakan Rusia yang meluncurkan sejumlah drone ke Ukraina yang menewaskan belasan orang.

    “Saya tidak senang dengan apa yang dilakukan Putin. Dia membunuh banyak orang, dan saya tidak tahu apa yang terjadi pada Putin,” kata Trump dilansir AFP, Senin (26/5/2025).

    “Saya sudah lama mengenalnya, dan selalu akur dengannya. Namun, dia mengirim roket ke kota-kota dan membunuh orang. Saya sama sekali tidak menyukainya,” imbuh Trump.

    Trump juga bicara mengenai sanksi. Dia mengaku akan mempertimbangkan untuk memberikan tambahan sanksi ke Rusia terkait serangan itu.

    “Dia membunuh banyak orang. Saya tidak tahu apa yang salah dengannya. Apa yang terjadi padanya, ya? Dia membunuh banyak orang. Saya tidak senang dengan itu,” ucap Trump lagi.

    Trump: Putin Benar-benar Gila!

    Trump dan Putin (Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)

    Otoritas Ukraina sebelumnya melaporkan bahwa serangan udara besar-besaran Rusia selama dua malam berturut-turut, termasuk terhadap Kyiv, memicu suasana “teror”. Sedikitnya 13 orang tewas akibat rentetan serangan drone yang menghujani Kyiv pada Minggu (25/6) waktu setempat.

    Disebutkan bahwa para korban tewas termasuk sejumlah anak-anak dan remaja yang baru berusia 8 tahun, 12 tahun dan 17 tahun.

    Melalui akun media sosialnya, Donald Trump kembali melontarkan kritikan keras untuk Putin. Trump yang berang secara terang-terangan menyebut Putin “benar-benar gila”.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar GILA!” cetus Trump dalam pernyataan terbarunya via media sosial miliknya, Truth Social.

    “Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” ucapnya.

    Pernyataan terbaru Trump itu menjadi teguran langka terhadap Putin, yang seringkali dibahas oleh sang Presiden AS itu dengan penuh kekaguman. Namun, Trump mulai menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat dengan posisi Rusia dalam negosiasi gencatan senjata yang menemui jalan buntu dengan Kyiv baru-baru ini.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini