Negara: Amerika Serikat

  • Mengenal 3 Situs Nuklir Iran yang Diserang Israel & AS

    Mengenal 3 Situs Nuklir Iran yang Diserang Israel & AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Setelah berbalas serangan militer antara Iran dan Israel, pemerintah Amerika Serikat resmi mendukung Israel dengan melakukan pengeboman di tiga fasilitas nuklir milik Iran yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan. 

    Aksi tersebut dilakukan pada Sabtu (21/6/2025) dan disebut telah berhasil oleh Presiden AS Donald Trump sambil menyerukan perdamaian. 

    Kendati demikian, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan bahwa perang akan dimulai sekarang setelah pasukan AA menyerang tiga lokasi nuklir tersebut. 

    Lantas, apa yang membuat fasilitas nuklir ini begitu penting bagi kekhawatiran strategis Israel?

    Pada 13 Juni 2025, pertama kali Israel menyerang Iran, pengeboman merujuk langsung ke situs pengayaan uranium utama Iran di Natanz. 

    Tak hanya itu, sebuah kompleks nuklir di Esfahan dan Fordow juga terkena serangan Israel yang merupakan fasilitas utama di mana bahan bakar nuklir dapat dimurnikan.

    Hingga saat ini, dalam laporan-laporan dari media setempat belum dikonfirmasi bahwa tidak ada kerusakan yang dilaporkan secara resmi.

    Fasilitas Nuklir Iran

    Fordow

    Fordow adalah fasilitas nuklir terbesar kedua di Iran setelah Natanz. Terletak di dekat kota suci Qom, jaraknya sekitar 95 kilometer (km) barat daya Teheran. 

    Situs ini beroperasi di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Pembangunannya dilakukan secara rahasia dari tahun 2006, keberadaan Fordow baru terungkap pada 2009, setelah mulai beroperasi. 

    Fordow dirancang khusus untuk menahan serangan udara. Terkubur sekitar 80 meter di bawah tanah di bawah lapisan tanah dan batu, itu dianggap tahan terhadap bom penghilang bunker konvensional.

    Situs Fordow dulunya merupakan markas Garda Revolusi Iran dan dilindungi sistem rudal Iran-Rusia. Namun, pertahanannya diduga dinetralkan oleh serangan udara Israel baru-baru ini.

    Hanya AS yang diyakini memiliki senjata cukup kuat untuk menghancurkan bunker bawah tanah Fordow, yakni bom GBU-57 seberat 13 ton. Israel memiliki GBU-28 yang lebih ringan, tetapi perang siber tetap dipertimbangkan sebagai opsi.

    Tahun 2010, virus Stuxnet—diduga buatan AS-Israel—berhasil menghancurkan ribuan sentrifugal Iran.

    Fordow dibangun untuk pengayaan uranium dan sempat menampung 3.000 sentrifugal. Setelah Kesepakatan Nuklir 2015, Iran sempat menghentikan pengayaan, tetapi kembali mengaktifkannya pada 2019.

    Inspeksi IAEA pada Januari 2023 menemukan pengayaan mencapai 60%, melanggar perjanjian. Namun, Iran bersikukuh bahwa pengayaan dilakukan untuk tujuan damai, tapi tingkat 60% mendekati kadar senjata (90%).

    Natanz

    Natanz adalah fasilitas utama pengayaan uranium Iran yang terletak sekitar 250 km selatan Teheran. Dibangun secara rahasia pada awal 2000-an, situs ini mulai dikenal publik setelah dibocorkan pada 2002.

    Natanz memiliki ribuan sentrifugal yang digunakan untuk memperkaya uranium, dan menjadi pusat perhatian dalam program nuklir Iran. Pada 2010, virus Stuxnet merusak banyak peralatan di sana dalam serangan siber yang diduga dilakukan oleh AS dan Israel.

    Meski sempat dibatasi pengoperasiannya oleh Kesepakatan Nuklir 2015 (JCPOA), Iran kembali meningkatkan aktivitas di Natanz setelah AS keluar dari kesepakatan tersebut pada 2018. Beberapa insiden sabotase juga dilaporkan terjadi di fasilitas ini pada tahun-tahun berikutnya.

    Esfahan

    Esfahan adalah salah satu fasilitas nuklir utama Iran yang berperan penting dalam rantai produksi bahan bakar nuklir. Terletak di tengah Iran, kompleks ini dikenal sebagai UCF (Uranium Conversion Facility).

    Di Esfahan, uranium mentah (yellowcake) diubah menjadi gas UF6 (uranium heksafluorida), yang kemudian dikirim ke fasilitas pengayaan seperti Natanz dan Fordow. Esfahan juga memiliki fasilitas untuk memproduksi bahan bakar reaktor dan meneliti teknologi nuklir lainnya, termasuk reaktor riset.

    Fasilitas ini berada di bawah pengawasan IAEA. Namun, aktivitasnya kerap menjadi sorotan karena peran strategisnya dalam mendukung program pengayaan uranium Iran.

  • 1
                    
                        AS Bom Situs Nuklir Iran, Rusia-China-Korut Diprediksi Akan Bereaksi
                        Nasional

    1 AS Bom Situs Nuklir Iran, Rusia-China-Korut Diprediksi Akan Bereaksi Nasional

    AS Bom Situs Nuklir Iran, Rusia-China-Korut Diprediksi Akan Bereaksi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Parahyangan,
    Kishino Bawono
    , menyebut bahwa
    Rusia
    ,
    China
    , dan Korea Utara (Korut) tak akan tinggal diam usai serangan
    Amerika Serikat
    (
    AS
    ) ke
    Iran
    .
    AS diketahui melancarkan serangan langsung ke tiga
    situs nuklir Iran
    , yakni
    Fordow
    , Natanz, dan Esfahan, hari ini, Minggu (22/6/2025).
    “Kalau dilihat geopolitiknya, kemungkinan mereka akan merespons,” kata Kishino dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu.
    Meski demikian, Kishino yakin ketiga negara yang juga memiliki senjata nuklir tersebut masih ingin penyelesaian secara damai.
    Menurutnya, ketiga negara tersebut ingin kekuatan dan posisi AS dilemahkan sehingga menarik diri dari perang. 
    Meski begitu, tidak diketahui apa yang dilakukan Rusia, China dan Korut di belakang.
    “Namun, saya masih percaya bahwa tiga pihak besar ini masih mengupayakan cara damai,” tuturnya.
    Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pihaknya berhasil menggempur situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan.
    Ketiga lokasi itu diketahui menjadi pusat pengayaan uranium Iran.
    “Fordow sudah lenyap,” tulis Trump di media sosialnya hari ini.
    Namun, pemerintah Iran menyatakan bahwa kerusakan tersebut tidak fatal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dampak Mengerikan Amerika Serang Iran, Indonesia Terancam Diguncang 3 Krisis Sekaligus – Page 3

    Dampak Mengerikan Amerika Serang Iran, Indonesia Terancam Diguncang 3 Krisis Sekaligus – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi bahwa pasukan udara AS telah menjatuhkan bom pada tiga situs nuklir utama Iran, Fordow, Natanz, dan Esfahan.

    Langkah ini menjadi babak baru dalam agresi militer terhadap Republik Islam Iran, yang sebelumnya sudah diserang Israel selama sepekan penuh dalam Operasi Rising Lion. Amerika Serikat tak hanya menjadi penyokong dari balik layar, kini tampil sebagai pelaku langsung.

    Lantas apa dampak serangan Amerika Serikat ke Iran terhadap Indonesia?

    Indonesia Bisa Terperangkap dalam 3 Krisis Sekaligus

    Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Achmad Nur Hidayat mengatakan, bagi Indonesia, konsekuensi serangan ini tidak bisa dianggap enteng.

    “Negara kita akan terkena imbas dalam tiga level: fiskal, moneter, dan sosial,” kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (22/6/2025).

    Pertama, lonjakan harga energi akan membuat APBN tertekan. Subsidi BBM, listrik, dan LPG akan meningkat tajam. Jika tidak diimbangi dengan penerimaan baru, defisit akan melebar.

    Kedua, inflasi akibat kenaikan harga impor energi dan pangan akan menggerus nilai tukar rupiah. Bank Indonesia kemungkinan akan dipaksa menaikkan suku bunga, memperlambat pertumbuhan dan memperberat dunia usaha.

    Ketiga, tekanan sosial dari kenaikan harga kebutuhan pokok akan memicu keresahan publik. Masyarakat kelas menengah ke bawah akan kembali menjadi korban dari konflik yang sama sekali bukan urusan mereka.

    Menurut dia, Indonesia tidak boleh pasif. Pemerintah harus segera merumuskan respons diplomatik dan kebijakan ekonomi yang antisipatif. Ketergantungan pada minyak impor harus dikurangi, dan sumber energi alternatif harus digenjot.

    “Tapi yang terpenting, Indonesia harus bersuara di fora internasional untuk menghentikan eskalasi konflik ini,” tutup dia.

  • AS Ikut Perang Israel-Iran, Pemerintah Perlu Jaga Rupiah & Harga Minyak

    AS Ikut Perang Israel-Iran, Pemerintah Perlu Jaga Rupiah & Harga Minyak

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menyoroti perlunya langkah darurat dan sigap dari pemerintah untuk menghadapi potensi volatilitas rupiah dan kenaikan harga minyak usai Amerika Serikat terjun ke medan perang Israel—Iran.

    Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengungkapkan perang terbuka antara Israel dan Iran yang kini melibatkan langsung Amerika Serikat dan harus menjadi alarm serius bagi Indonesia. 

    Dirinya menekankan bahwa Indonesia tidak boleh menonton dalam diam. Ketika AS mengerahkan B-2 bomber untuk menghancurkan infrastruktur nuklir Iran, dampaknya tak hanya mengguncang Timur Tengah, tetapi juga menggoyang fondasi ekonomi dan geopolitik negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    “Pemerintah Indonesia harus segera bertindak, bukan sekadar membuat pernyataan normatif. Presiden dan jajarannya harus mempersiapkan langkah darurat menghadapi lonjakan harga minyak dunia,” ujarnya, Minggu (22/6/2025).  

    Syafruddin memandang ketergantungan Indonesia pada impor energi akan menjadi beban fiskal besar jika harga minyak menembus US$100 per barel. Dalam APBN 2025, pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia pada level US$82 per barel. 

    Per 20 Juni 2025, harga minyak mentah Indonesia berada di level US$65,29 per dolar AS. Mengacu data Bloomberg, harga minyak Brent telah mencapai puncaknya pada 19 Juni 2025 di angka US$78,85 per barel usai serangan Israel ke Iran. 

    Sementara Kementerian Keuangan telah mewaspadai konflik Israel dan Iran yang memburuk dapat mengganggu pasokan dan mendorong lonjakan harga minyak mentah Indonesia. Di samping harga minyak, Syafruddin menuturkan bahwa menunda revisi kebijakan subsidi energi hanya akan memperparah defisit APBN. 

    Selain itu, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan harus memperkuat koordinasi stabilisasi rupiah. Dengan kondisi saat ini, potensi capital outflow akibat dapat menekan nilai tukar dan mengerek inflasi. Untuk itu, intervensi moneter harus disertai penajaman komunikasi kebijakan agar pasar tetap tenang.

    Terlebih pada pekan ini, Bank Indonesia melaporkan adanya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Tanah Air senilai Rp2,04 triliun untuk periode 16—19 Juni 2025 atau pekan ketiga Juni.

    Syafruddin melihat saat Presiden Trump mengonfirmasi serangan udara terhadap situs nuklir Iran, termasuk penghancuran fasilitas Fordow, eskalasi konflik berubah drastis dari serangan regional menjadi pertarungan terbuka antara kekuatan global. 

    Saat ini, pemerintah Indonesia Indonesia belum memberikan pernyataan secara khusus terkait langkah menghadapi aksi teranyar Presiden AS Donald Trump. 

    Pasukan militer Amerika Serikat (AS) telah menyerang tiga situs nuklir Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada Sabtu (21/6/2025) malam.  

    Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan serangan yang sangat sukses. Kini, seluruh awak pesawat yang membawa bom ke Iran telah berhasil keluar.  

    “Muatan penuh bom dijatuhkan di situs utama, Fordow. Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan selamat. Selamat kepada Prajurit Amerika kita yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang bisa melakukan ini,” ujar Trump, dikutip dari akun resmi @WhiteHouse, Minggu (22/6/2025).   

    Lewat aksi ini, Trump disebut bertujuan untuk menghentikan perang yang terjadi dalam sepekan terakhir antara Iran dan Israel. 

  • 3
                    
                        Pengamat Sebut Iran Perlu Waktu untuk Luncurkan Serangan Balasan ke AS
                        Nasional

    3 Pengamat Sebut Iran Perlu Waktu untuk Luncurkan Serangan Balasan ke AS Nasional

    Pengamat Sebut Iran Perlu Waktu untuk Luncurkan Serangan Balasan ke AS
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Parahyangan,
    Kishino Bawono
    , menyebut bahwa
    Iran
    membutuhkan waktu untuk melancarkan serangan balasan ke
    Amerika Serikat
    (
    AS
    ).
    AS mengklaim telah mengebom tiga
    situs nuklir
    Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan, hari ini, Minggu (22/6/2025).
    Menurut Kishino, Iran tidak akan langsung membalas gempuran AS dalam beberapa jam setelah situs nuklir mereka diserang.
    “Serangannya tidak akan instan, retaliasinya tidak akan (sekarang) ini. Sekarang diserang maka balasan mereka tidak akan muncul sejam, dua jam, atau seharian. Mungkin akan butuh waktu untuk sampai pada akhirnya mereka akan membalas,” ujar Kishino dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (22/6/2025).
    Kishino mengaku tidak mengetahui secara pasti bagaimana kondisi kekuatan Iran saat ini. Namun, menurutnya, Iran akan berupaya melancarkan serangan balasan.

    Pride
    (kebanggaan) mereka adalah dari kemampuan untuk membalas,” tutur Kishino.
    Selain itu, menurutnya, Iran tidak mungkin akan tinggal diam karena beberapa waktu mendatang akan digelar perundingan.
    Iran membutuhkan posisi politik dan militer yang setara dengan
    Israel
    . Sementara, saat ini mereka berada di bawah karena serangan AS.
    “Mereka harus membalas karena apa, untuk pada akhirnya jika mereka mau ke meja perundingan,” ujar Kishino.
    Sebelumnya, Presiden AS,
    Donald Trump
    , mengumumkan pihaknya berhasil menggempur situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan.
    Ketiga lokasi itu diketahui menjadi pusat pengayaan uranium Iran. “Fordow sudah lenyap,” tulis Trump di media sosialnya hari ini.
    Namun, pemerintah Iran menyatakan bahwa kerusakan tersebut tidak fatal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 97 WNI Dievakuasi dari Iran, Kini Aman di Azerbaijan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        22 Juni 2025

    97 WNI Dievakuasi dari Iran, Kini Aman di Azerbaijan Nasional 22 Juni 2025

    97 WNI Dievakuasi dari Iran, Kini Aman di Azerbaijan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI,
    Judha Nugraha
    , memastikan proses evakuasi terhadap WNI dari
    Iran
    telah berlangsung aman.
    Hal ini disampaikan Judha merespons serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran.
    “Untuk evakuasi 97 WNI sudah aman di Baku (
    Azerbaijan
    ). Kita terus monitor,” ujar Judha, Minggu (22/6/2025).
    Judha mengatakan, Kemenlu terus melakukan penilaian situasi terkini pasca serangan Amerika Serikat ke Iran.
    “Kita terus
    assess
    situasi pasca
    serangan AS
    ke Iran,” ucapnya.
    Menurut Judha, proses pemulangan WNI akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama direncanakan menggunakan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni 2025.
    “Rencana diterbangkan tahap pertama dengan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni dan tiba di Jakarta 24 Juni,” imbuhnya.
    Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah menjatuhkan bom di tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025).
    Serangan AS
    kepada Iran menandai berakhirnya periode pertimbangan selama seminggu mengenai bergabungnya AS ke konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel.
    “Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat kini berada di luar wilayah udara Iran,” tulis Trump di Truth Social.
    Presiden AS itu mengatakan sejumlah muatan bom bahkan telah dijatuhkan di situs nuklir Iran, Fordow.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Amerika Serang Iran, Harga Minyak Dunia Siap-Siap Meroket ke Level Segini – Page 3

    Amerika Serang Iran, Harga Minyak Dunia Siap-Siap Meroket ke Level Segini – Page 3

    Presiden AS Donald Trump mengumumkan sendiri serangan ini melalui media sosial.

    “Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Isfahan,” tulis Trump.

    “Seluruh pesawat telah meninggalkan wilayah udara Iran dan kembali dengan selamat. Muatan bom terbesar dijatuhkan di Fordo.”

    Dalam unggahan berikutnya, Trump menyebut momen ini sebagai “bersejarah” bagi Amerika Serikat, Israel, dan dunia. Ia menambahkan bahwa Iran kini harus memilih untuk mengakhiri perang.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun menyambut positif langkah Trump. Dalam pesan videonya, Netanyahu menyebut serangan itu sebagai “keputusan berani” yang akan “mengubah sejarah.” Ia memuji kekuatan AS yang menurutnya berhasil melakukan apa yang negara lain tak sanggup lakukan.

  • Ultimatum AS ke Iran, Ekonom: Trump Salah Kalkulasi

    Ultimatum AS ke Iran, Ekonom: Trump Salah Kalkulasi

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai ultimatum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyerang Iran jika tak mau berdamai merupakan kesalahan kalkulasi yang justru dapat memperburuk ketegangan kawasan.

    Untuk diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan melakukan serangan jauh lebih besar kepada Iran, jika Iran tak melakukan perdamaian. Hal itu diumumkan Trump dalam pidato yang disiarkan di akun X, The White House, Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

    Kepala Negara AS itu menyatakan bahwa tiga fasilitas nuklir utama Iran kini telah dihancurkan oleh pasukan militer AS, yaitu Fordow, Natanz, dan Esfahan.

    Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memandang ancaman Trump merupakan sikap yang tidak rasional dan emosional. Di sisi lain, Wijayanto menilai AS juga membutuhkan invasi darat skala besar untuk mengalahkan Iran.

    “Trump salah kalkulasi, negara seperti Iran tidak bisa diultimatum seperti itu, dan untuk mengalahkan Iran, perlu serangan darat yang masif. Saya tidak yakin EU dan AS mau melakukan. Mereka hanya bisa menyerang dari udara saja,” kata Wiyanto kepada Bisnis, Minggu (22/6/2025).

    Menurutnya, hal itu justru akan menimbulkan konflik AS dan Iran, bahkan bisa memperburuk stabilitas kawasan di Timur Tengah.

    ”Apa yang terjadi hanya akan semakin mendestabilisasi kawasan. Israel semakin tidak aman, rakyat makin gelisah, apalagi Iran mempunyai senjata canggih yang tidak bisa dihalangi oleh pertahanan Israel,” ujarnya.

    Di sisi lain, sambung dia, dinamika ini juga membuat pertumbuhan ekonomi global berpotensi menjadi semakin melemah akibat kenaikan harga energi dan disrupsi rantai pasok (supply chain).

    “AS akan menjadi pihak yang palig dirugikan,” imbuhnya.

    Sebelumnya diberitakan, Trump menyatakan akan memberikan serangan lebih besar kepada Iran jika perdamaian tak dilakukan.

    “Tetapi sekarang saatnya berdamai. Jika mereka tidak melakukannya, serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah,” kata Trump dalam pidato yang disiarkan di akun X, The White House, Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

    Dia kembali memberikan ultimatum bahwa Iran harus memilih antara menerima perdamaian atau menghadapi serangan yang jauh lebih parah dari apa yang telah terjadi dalam delapan hari terakhir.

    “Tetapi jika perdamaian tidak segera datang, kami akan mengejar target lainnya dengan kecepatan dan keterampilan presisi, sebagian besar dari mereka dapat disingkirkan dalam hitungan menit,” tandasnya.

  • Ultimatum AS ke Iran, Ekonom: Trump Salah Kalkulasi

    Ultimatum AS ke Iran, Ekonom: Trump Salah Kalkulasi

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai ultimatum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyerang Iran jika tak mau berdamai merupakan kesalahan kalkulasi yang justru dapat memperburuk ketegangan kawasan.

    Untuk diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan melakukan serangan jauh lebih besar kepada Iran, jika Iran tak melakukan perdamaian. Hal itu diumumkan Trump dalam pidato yang disiarkan di akun X, The White House, Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

    Kepala Negara AS itu menyatakan bahwa tiga fasilitas nuklir utama Iran kini telah dihancurkan oleh pasukan militer AS, yaitu Fordow, Natanz, dan Esfahan.

    Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memandang ancaman Trump merupakan sikap yang tidak rasional dan emosional. Di sisi lain, Wijayanto menilai AS juga membutuhkan invasi darat skala besar untuk mengalahkan Iran.

    “Trump salah kalkulasi, negara seperti Iran tidak bisa diultimatum seperti itu, dan untuk mengalahkan Iran, perlu serangan darat yang masif. Saya tidak yakin EU dan AS mau melakukan. Mereka hanya bisa menyerang dari udara saja,” kata Wiyanto kepada Bisnis, Minggu (22/6/2025).

    Menurutnya, hal itu justru akan menimbulkan konflik AS dan Iran, bahkan bisa memperburuk stabilitas kawasan di Timur Tengah.

    ”Apa yang terjadi hanya akan semakin mendestabilisasi kawasan. Israel semakin tidak aman, rakyat makin gelisah, apalagi Iran mempunyai senjata canggih yang tidak bisa dihalangi oleh pertahanan Israel,” ujarnya.

    Di sisi lain, sambung dia, dinamika ini juga membuat pertumbuhan ekonomi global berpotensi menjadi semakin melemah akibat kenaikan harga energi dan disrupsi rantai pasok (supply chain).

    “AS akan menjadi pihak yang palig dirugikan,” imbuhnya.

    Sebelumnya diberitakan, Trump menyatakan akan memberikan serangan lebih besar kepada Iran jika perdamaian tak dilakukan.

    “Tetapi sekarang saatnya berdamai. Jika mereka tidak melakukannya, serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah,” kata Trump dalam pidato yang disiarkan di akun X, The White House, Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

    Dia kembali memberikan ultimatum bahwa Iran harus memilih antara menerima perdamaian atau menghadapi serangan yang jauh lebih parah dari apa yang telah terjadi dalam delapan hari terakhir.

    “Tetapi jika perdamaian tidak segera datang, kami akan mengejar target lainnya dengan kecepatan dan keterampilan presisi, sebagian besar dari mereka dapat disingkirkan dalam hitungan menit,” tandasnya.

  • Serang Nuklir Iran, AS Gunakan 6 Pesawat Pengebom B-2 dan 12 ‘Bom Bunker’

    Serang Nuklir Iran, AS Gunakan 6 Pesawat Pengebom B-2 dan 12 ‘Bom Bunker’

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) menggunakan 6 pesawat pengebom B-2 untuk menjatuhkan selusin bom GBU-57A/B di situs nuklir Fordow di Iran kata seorang pejabat AS. GBU-57A/B disebut bom penghancur bunker yang dapat menjangkau fasilitas nuklir Iran di bawah tanah.

    Dilansir CNN, Minggu (22/6/2025), kapal selam Angkatan Laut AS menembakkan 30 rudal jelajah TLAM ke 2 situs lainnya, Natanz dan Isfahan, dan sebuah B2 menjatuhkan 2 penghancur bunker di Natanz, kata pejabat tersebut. Rincian serangan tersebut sebelumnya dilaporkan oleh The New York Times.

    Bom Massive Ordnance Penetrator (MOP) GBU-57A/B dikenal sebagai “penghancur bunker,” adalah bom seberat 30.000 pon dengan 6.000 pon bahan peledak.

    MOP dirancang untuk “menjangkau dan menghancurkan senjata pemusnah massal musuh kita yang terletak di fasilitas yang terlindungi dengan baik,” menurut lembar fakta dari Angkatan Udara.

    Sebelum serangan pada Minggu (22/6), beberapa pejabat AS telah mengajukan pertanyaan tajam tentang apakah MOP akan dapat menghancurkan arsitektur nuklir Iran sepenuhnya, terutama di mana fasilitas pengayaan terkubur dalam.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan di media sosial pada Sabtu (21/6) bahwa AS telah “menyelesaikan serangan kami yang sangat sukses di tiga lokasi Nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan.” “Semua pesawat sekarang berada di luar wilayah udara Iran,” kata Trump di Truth Social.

    MOP diyakini sebagai satu-satunya persenjataan yang mampu mencapai fasilitas yang terkubur dalam, meskipun ada keraguan bahwa satu amunisi tunggal akan mampu menembus cukup dalam untuk mencapainya.

    Lihat Video ‘Trump Usai Ngebom Situs Nuklir Iran: Momen Bersejarah Bagi AS-Israel’:

    (rfs/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini