Negara: Amerika Serikat

  • Serangan Israel ke Iran Termasuk Tindakan Agresi, Lembaga Internasional Harus Turun Tangan

    Serangan Israel ke Iran Termasuk Tindakan Agresi, Lembaga Internasional Harus Turun Tangan

    JAKARTA – Pakar Hukum Internasional Universitas Muhammadiyah Surabaya, Satria Unggul Wicaksana menilai serangan militer Israel ke wilayah yang disebut sebagai pangkalan Iran pada 13 Juni 2025 merupakan pelanggaran prinsip-prinsip dasar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kini memicu eskalasi konflik global.

    “Dalam Piagam PBB Pasal 2 Ayat 4 ditegaskan bahwa setiap negara anggota wajib menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara lain. Serangan ini jelas mencederai prinsip tersebut,” ujarnya, Minggu 22 Juni 2025.

    Menurut dia, meski Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan untuk mencegah penguatan militer Iran di tengah proses perundingan antara Amerika Serikat dan Iran, tindakan sepihak semacam ini dapat menimbulkan ketegangan yang lebih luas.

    Terlebih, Israel bukan pertama kali melakukan serangan ke negara-negara lain, di mana sebelumnya mereka juga melakukan operasi militer ke Lebanon, Suriah, hingga Irak. “Serangan terbaru yang dinamai Rising Lion ini sangat berbahaya karena bisa memicu keterlibatan sekutu-sekutu besar seperti Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara yang dikenal memiliki kedekatan dengan Iran,” tambah Satria.

    Dia mengungkapkan, kemungkinan Iran akan menggunakan hak untuk membela diri sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB, yang mengizinkan negara melakukan pertahanan diri atau retaliasi jika diserang terlebih dahulu. Dalam konteks ini, langkah Israel bisa dianggap sebagai agresi militer yang sah untuk direspons menurut hukum internasional.

    Dia menambahkan, konflik yang dibiarkan tanpa penyelesaian objektif oleh lembaga internasional seperti Dewan Keamanan PBB berisiko berkembang menjadi perang berskala global. “Bila negara-negara yang seharusnya berperan sebagai mediator justru tidak mampu menengahi atau bersikap objektif, maka potensi meletusnya Perang Dunia Ketiga menjadi sangat nyata. Kita harus dudukkan persoalan ini secara jernih, siapa yang melakukan serangan lebih dulu, dialah yang bertanggung jawab secara hukum internasional,” tukasnya.

    Satria menegaskan, serangan Israel ke wilayah Iran bisa dikategorikan sebagai agresi berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Tahun 1974 tentang Definisi Agresi, Pasal 5 Ayat 1. “Jika konflik ini bisa diselesaikan melalui jalur damai, seperti melalui Mahkamah Internasional, tentu akan lebih baik. Namun jika tidak, kita sedang berdiri di ambang krisis global yang bisa berkembang menjadi bencana besar,” tutupnya.

  • Ketegangan AS-Iran, Indonesia Diminta Aktif Dorong Perdamaian lewat Diplomasi Global
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        22 Juni 2025

    Ketegangan AS-Iran, Indonesia Diminta Aktif Dorong Perdamaian lewat Diplomasi Global Nasional 22 Juni 2025

    Ketegangan AS-Iran, Indonesia Diminta Aktif Dorong Perdamaian lewat Diplomasi Global
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua Komisi I DPR RI,
    Dave Laksono
     menekankan pentingnya peran aktif
    Indonesia
    dalam mendorong penyelesaian damai melalui jalur diplomasi multilateral, menyusul serangan terbuka Amerika Serikat (
    AS
    ) terhadap
    Iran
    .
    Dia mencontohkan, melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ataupun Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
    “Sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR RI, saya menekankan bahwa Indonesia harus memainkan peran aktif dalam mendorong resolusi damai melalui diplomasi multilateral, baik di PBB, OKI, maupun ASEAN,” ujar Dave, Minggu (22/6/2025).
    “Prinsip utama kita adalah menegakkan perdamaian dunia dan menolak segala bentuk agresi militer yang mengancam stabilitas kawasan,” katanya lagi.
    Dave lantas menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyusul serangan terbuka Amerika terhadap tiga situs nuklir utama milik Iran.
    Menurut Dave, serangan tersebut berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap stabilitas kawasan maupun dinamika geopolitik global secara keseluruhan.
    “Saya sangat prihatin atas eskalasi terbaru di Timur Tengah, menyusul serangan terbuka Amerika Serikat terhadap tiga situs nuklir utama Iran. Ini merupakan peningkatan konflik yang signifikan, dengan potensi dampak geopolitik berskala global,” ujarnya.
    Politikus Partai Golkar ini juga menyerukan kepada seluruh pihak yang terlibat agar menahan diri dan kembali ke jalur diplomasi.
    Dave pun menekankan, perlindungan terhadap warga negara Indonesia (WNI) di wilayah konflik juga harus menjadi prioritas Pemerintah, termasuk kesiapan evakuasi dalam skenario darurat
    Dia meyakini bahwa pemerintah Indonesia telah mencermati perkembangan dan akan mengambil langkah strategis sesuai perkembangan situasi.
    “Saya percaya Pemerintah saat ini memantau situasi dengan cermat dan akan mengambil langkah strategis termasuk pernyataan resmi penghentian kekerasan serta penguatan koordinasi dengan negara-negara nonblok untuk menekan eskalasi lebih lanjut,” ujar Dave.
    Dave mengingatkan bahwa dunia tidak membutuhkan konflik baru, apalagi perang berskala global.
    “Indonesia harus tampil sebagai kekuatan moral dan penyeimbang dalam dinamika internasional yang semakin kompleks,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.

    Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.

    Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.

    Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.

    Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.

    Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.

    Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.

    Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.

    Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.

    Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.

    Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.

    Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.

    Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

    Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.

    Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.

    Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.

    Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.

    Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.

    Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.

    Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.

    Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.

    Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.

    Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.

    Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.

    Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.

    Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.

    Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

    Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.

    Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BKSAP kecam serangan AS ke Iran di tengah upaya diplomasi

    BKSAP kecam serangan AS ke Iran di tengah upaya diplomasi

    Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai.

    Jakarta (ANTARA) – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menyatakan keprihatinan mendalam dan mengecam keras tindakan militer sepihak yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran di tengah berlangsungnya perundingan antara Iran dan Uni Eropa di Swiss.

    “Tindakan sepihak Amerika Serikat tidak hanya memperburuk konflik, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap mekanisme diplomasi internasional,” kata Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera dalam keterangan diterima di Jakarta, Minggu.

    Menurut Mardani, serangan AS ke Iran lebih dari sekadar serangan fisik. Insiden ini merupakan tamparan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme dan penyelesaian damai melalui diplomasi.

    Terlebih, imbuhnya, serangan dilancarkan bersamaan dengan pertemuan diplomatik antara delegasi Iran dan Uni Eropa di Swiss, menandakan penolakan terang-terangan terhadap ruang dialog.

    Mardani pun menyebut serangan itu menjadi pengingat bahwa parlemen di seluruh dunia memiliki peran strategis dalam mencegah konflik dan menjaga perdamaian.

    Ia menekankan bahwa kekuatan militer tidak boleh menjadi alat utama dalam menyelesaikan sengketa internasional.

    “Justru parlemen dan diplomasi parlementer harus menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan antarnegara dan mendorong penyelesaian damai yang berkelanjutan,” demikian Mardani.

    Sebagaimana diberitakan sebelumnya oleh kantor berita Kyodo, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS telah menyelesaikan “serangan yang sangat sukses” terhadap tiga titik fasilitas nuklir di Iran, Sabtu (21/6) waktu setempat.

    Dalam Truth Social, Trump menyatakan bahwa semua pesawat AS telah keluar dari ruang udara Iran, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

    Serangan tersebut dilancarkan setelah Israel dilaporkan meminta AS terlibat dalam serangan udara yang sudah dilakukan terlebih dahulu terhadap sejumlah titik di Iran.

    Israel juga telah menyerang beberapa fasilitas yang terkait dengan program pengembangan nuklir Teheran sebelumnya.

    Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan dalam pesan videonya baru-baru ini bahwa keterlibatan AS dalam konflik dengan Israel akan menimbulkan konsekuensi yang sangat berat.

    Pewarta: Fath Putra Mulya
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • AS Serang Iran, Perang Dunia III di Depan Mata?

    AS Serang Iran, Perang Dunia III di Depan Mata?

    GELORA.CO – Intervensi Amerika Serikat (AS) dengan menyerang Iran sangat berbahaya bagi kedamaian dunia.

    Hal tersebut disampaikan Guru Besar Ilmu Hukum Internasional UI, Prof Hikmahanto Juwana merespons serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di Fordo, Isfahan, dan Natanz, Minggu, 22 Juni 2025 waktu setempat. 

    “Serangan AS terhadap Iran ini sangat membahayakan. Presiden AS telah memberikan pilihan Iran untuk menyerah dan berdamai atau mengancam akan melakukan serangan yang lebih besar,” tegas Prof Hikmahanto saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu, 22 Juni 2025.

    Indonesia tidak bisa tinggal diam. Hikmahanto meminta agar pemerintah bergabung bersama negara-negara dunia yang menyuarakan perdamaian.

    “Sikap pemerintah Indonesia harus berpihak pada perdamaian dan kita harus berkoalisi dengan negara yang menghendaki perdamaian sehingga mende-eskalasi perang yang ada,” katanya.

    Ada beberapa hal yang harus dicermati Indonesia dalam serangan ini. Pertama adalah menanti sikap resmi Iran setelah dihantam AS.

    Indonesia juga harus mencermati reaksi dunia apakah akan mendukung AS atau sebaliknya, mendukung Iran.

    “Nah kalau misalkan mereka mendukung Iran, maka ini bukannya tidak mungkin perang dunia ketiga akan semakin dekat,” ucapnya.

    Yang tak kalah penting adalah melihat reaksi lanjutan dari AS setelah mengintervensi dengan menghancurkan tiga pangkalan nuklir milik Iran.

    “Apakah mereka akan mundur atau tidak dalam melakukan serangan kembali. Ini yang harus kita lihat dari sikap AS,” tutupnya.

  • Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia — Sejumlah maskapai penerbangan komersial terus menghindari wilayah udara di Timur Tengah pada Minggu (22/6/2025), menyusul serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Menurut data situs pelacakan penerbangan FlightRadar24, pola ini merupakan lanjutan dari pengalihan rute yang sudah berlangsung sejak pekan lalu akibat meningkatnya ketegangan dan aksi saling serang rudal di kawasan tersebut.

    “Setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, lalu lintas penerbangan komersial di kawasan ini masih beroperasi sesuai dengan pembatasan wilayah udara yang diberlakukan sejak minggu lalu,” tulis FlightRadar24 di platform X dikutip kantor berita Reuters di Jakarta, Minggu (22/6/2025).

    Situs tersebut menunjukkan, maskapai tidak lagi melintasi wilayah udara Iran, Irak, Suriah, dan Israel. Sebagai gantinya, mereka memilih jalur alternatif melalui utara lewat Laut Kaspia atau selatan melalui Mesir dan Arab Saudi. Meskipun rute ini menyebabkan waktu tempuh lebih lama dan biaya bahan bakar serta kru meningkat, langkah ini dinilai lebih aman.

    Situs informasi risiko penerbangan, Safe Airspace yang dijalankan oleh OPSGROUP (organisasi berbasis keanggotaan yang memantau risiko penerbangan global) memperingatkan, serangan AS terhadap Iran dapat meningkatkan risiko bagi operator penerbangan asal AS di wilayah tersebut.

    “Meski belum ada ancaman spesifik terhadap penerbangan sipil, Iran sebelumnya telah memperingatkan akan membalas dengan menyerang kepentingan militer AS di Timur Tengah, baik secara langsung maupun lewat kelompok proksi seperti Hizbullah,” tulis Safe Airspace.

    Sejak Israel melancarkan serangan ke Iran pada 13 Juni lalu, sejumlah maskapai telah menangguhkan penerbangan ke negara-negara terdampak. Beberapa negara mengatur penerbangan evakuasi dari kawasan, sementara maskapai seperti American Airlines dan United Airlines telah menghentikan sementara layanan ke Qatar dan Dubai.

    Safe Airspace juga memperingatkan, risiko wilayah udara dapat meluas ke negara-negara lain seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. “Kami terus menyarankan kewaspadaan tinggi saat ini,” ujarnya.

    Maskapai Israel seperti El Al, Arkia, dan Israir juga mengumumkan penangguhan penerbangan evakuasi hingga pemberitahuan lebih lanjut. El Al memperpanjang pembatalan penerbangan terjadwal hingga 27 Juni. Otoritas bandara Israel menyatakan, wilayah udara negara tersebut ditutup untuk semua penerbangan, meskipun jalur darat ke Mesir dan Yordania masih dibuka.

    Akibat kondisi ini, puluhan ribu warga Israel dan wisatawan yang telah memesan tiket menuju Israel kini tertahan di luar negeri. Sekitar 40 ribu turis yang saat ini berada di Israel juga berusaha meninggalkan negara tersebut, baik melalui perbatasan darat menuju Amman, Yordania, maupun dengan kapal ke Siprus.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan telah mengevakuasi 21 orang termasuk 16 warga negara Jepang melalui jalur darat dari Iran menuju Azerbaijan. Ini merupakan evakuasi kedua sejak Kamis lalu. Jepang juga menyatakan siap melakukan evakuasi lanjutan jika diperlukan.

    Selain itu, Pemerintah Selandia Baru mengumumkan, mereka akan mengirimkan pesawat angkut militer Hercules C-130J ke Timur Tengah sebagai langkah siaga untuk mengevakuasi warganya. Pesawat dan tim pemerintah dijadwalkan berangkat dari Auckland pada Senin, meski dibutuhkan beberapa hari untuk mencapai kawasan. Pemerintah Selandia Baru juga menjajaki kerja sama dengan maskapai komersial untuk mendukung upaya evakuasi.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Situs Nuklir Diserang AS, Menlu Iran: Tak Ada Lagi Diplomasi!

    Situs Nuklir Diserang AS, Menlu Iran: Tak Ada Lagi Diplomasi!

    GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.

    Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”

    “Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”

    Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran. 

    “Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.

    Menteri luar negeri Iran mengatakan pemerintahan AS yang “menghasut perang dan melanggar hukum” akan “bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi berbahaya dan dampak penerapan tindakan agresinya”.

    “Serangan militer AS terhadap integritas teritorial dan kedaulatan nasional negara anggota PBB yang dilakukan dengan berkolusi dengan rezim genosida [Israel], sekali lagi mengungkapkan sejauh mana permusuhan Amerika Serikat terhadap rakyat Iran yang mencari perdamaian,” tambahnya.

    Hassan Ahmadian, asisten profesor di Universitas Teheran, mengatakan sistem berbasis aturan internasional “berantakan” ketika Amerika ikut serta dalam serangan Israel terhadap Iran. “Sebelumnya, Israel menyerang fasilitas nuklir Iran dan jelas melanggar piagam IAEA. Kini Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa mereka pada dasarnya melanggar Piagam PBB,” kata Ahmadian kepada Aljazirah. 

    “Jadi semuanya berantakan jika menyangkut tanggung jawab hukum komunitas internasional.” Ketika ditanya bagaimana tanggapan Iran, Ahmadian mengatakan ia memperkirakan Iran akan melancarkan serangan terhadap pangkalan dan aset AS di wilayah tersebut, namun pihaknya akan mencoba untuk “mengkoreografikan” tindakan militer dengan cara yang tidak akan menimbulkan korban atau eskalasi. 

    “Ada 50 pangkalan di sekitar Iran yang digunakan AS…. Kita tahu bahwa masing-masing pangkalan tersebut memiliki batasan dalam kapasitas operasionalnya, dan mereka harus meminta izin untuk melancarkan serangan terhadap pihak ketiga dari wilayah mereka,” kata Ahmadian. “Hubungan baik dengan Qatar, dengan banyak negara anggota GCC, tentu saja diperhitungkan. Namun pada saat yang sama, Iran telah menegaskan kepada negara-negara ini bahwa jika kami diserang, kami akan membalas sumber serangan tersebut.”

    Mehran Kamrava, seorang profesor pemerintahan di Universitas Georgetown di Qatar, mengatakan tidak jelas bagaimana reaksi Iran setelah serangan AS semalam. “Wilayah ini penuh dengan pangkalan Amerika; terdapat lebih dari 40.000 tentara Amerika. Saya pernah mendengar seorang komandan Iran berkata, ‘itu berarti ada 40.000 target yang dapat kita serang’,” kata Kamrava kepada Aljazirah. 

    Jadi apakah Iran akan menyerang pangkalan AS di Timur Tengah? Dan jika demikian, apakah mereka akan melakukannya dengan cara yang “terukur”, seperti serangan balasan sebagai tanggapan atas pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani pada tahun 2020, tanyanya. “Saya pikir semuanya masih harus dilihat, namun demikian, Iran harus membalas. Secara politis, mereka tidak bisa hanya duduk diam dan menerima apa yang Trump inginkan,” kata Kamrava.

  • Menlu Iran Bertolak ke Moskow, Bujuk Rusia Lawan AS?

    Menlu Iran Bertolak ke Moskow, Bujuk Rusia Lawan AS?

    GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dijadwalkan mengunjungi Rusia untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kunjungan ini terkait serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran, Ahad.

    Berbicara pada konferensi pers di Istanbul pada Ahad pagi, diplomat top Iran mengumumkan bahwa dia akan mengunjungi Moskow pada Senin. Kunjungan itu untuk melakukan konsultasi serius di Rusia. 

    “Rusia adalah teman Iran dan kami menikmati kemitraan strategis,” katanya. “Kami selalu berkonsultasi satu sama lain dan mengoordinasikan posisi kami,” kata Araghchi.

    Ia menambahkan menyebutkan bahwa Rusia adalah salah satu penandatangan JCPOA. “Saya akan melakukan konsultasi serius dengan Presiden Rusia besok dan kami terus bekerja sama.” Kunjungan Araghchi ke Moskow terjadi di tengah agresi Israel dan AS di wilayah Iran.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.

    Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”

    “Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”

    Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran. 

    “Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.

    Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan “mayoritas” negara menentang “tindakan Israel dan Amerika Serikat”. “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa perdamaian, memulai perang baru untuk AS,” katanya di saluran Telegram-nya setelah serangan AS terhadap Iran. “Amerika Serikat terlibat dalam konflik baru dengan prospek operasi darat. Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.”

    Rusia sebelumnya telah memberikan peringatan kepada Amerika Serikat untuk tidak ikut menyerang Iran karena langkah itu akan secara radikal mengganggu stabilitas Timur Tengah. Hal itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Rabu (18/6/2025), sambil menuding serangan Israel ke Iran berisiko memicu sebuah kehancuran nuklir.

    Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama strategis. Rusia diketahui juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel meski belakangan merenggang lantaran akibat perang Rusia-Ukraina.

    Sementara, Kepala Badan Intelijen Asing Rusia, Sergei Naryshkin, mengatakan situasi ketegangan antara Iran dan Israel saat ini berada dalam kondisi kritis. Adapun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan, serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran berarti dunia berjarak ‘milimeter’ terhadap kehancuran.

    Sementara, menteri Luar Negeri Perancis mengatakan negaranya tidak ambil bagian dalam serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Jean-Noel Barrot mengatakan dalam sebuah pesan di media sosial pada hari Ahad bahwa Prancis “telah memelajari dengan penuh keprihatinan” atas tindakan militer AS terhadap tiga situs nuklir.

    “Kami tidak terlibat dalam serangan-serangan ini atau dalam perencanaan mereka,” kata Barrot, seraya menambahkan bahwa Perancis “mendesak semua pihak untuk menahan diri guna menghindari eskalasi yang dapat menyebabkan perpanjangan konflik.”

    Barrot juga menegaskan kembali penolakan Perancis terhadap Iran yang mendapatkan akses terhadap senjata nuklir. “Prancis yakin bahwa solusi jangka panjang terhadap masalah ini memerlukan solusi yang dinegosiasikan dalam kerangka Perjanjian Non-Proliferasi,” katanya. “Mereka tetap siap untuk berkontribusi dalam hal ini bersama dengan mitra-mitranya.”

    Menteri Kabinet Jonathan Reynolds mengatakan kepada Sky News bahwa Inggris telah diberitahu AS sebagai sekutu utamanya, meskipun dia tidak mengetahui waktu sebenarnya. Dia mengatakan AS tidak meminta dukungan dan Inggris tidak terlibat.

    “Meskipun pemerintah Inggris tidak terlibat dalam serangan ini, kami telah melakukan persiapan ekstensif untuk segala kemungkinan,” kata Reynolds. Dia mengatakan pemerintah sedang berupaya untuk menjaga warga negara Inggris serta pangkalan militer, personel, dan infrastruktur di wilayah tersebut.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia “sangat khawatir” dengan penggunaan kekuatan Amerika Serikat, dan menyebut serangan itu sebagai “eskalasi yang berbahaya.” Para pemimpin dunia mengeluarkan seruan untuk diplomasi. “Ada peningkatan risiko bahwa konflik ini dapat dengan cepat menjadi tidak terkendali – dengan konsekuensi bencana bagi warga sipil, kawasan ini, dan dunia,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan di X. “Saya menyerukan kepada negara-negara anggota untuk melakukan deeskalasi.”

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir, namun mendesak untuk menahan diri. “Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” katanya dalam postingan media sosial. Kallas akan memimpin pertemuan para menteri luar negeri blok 27 negara tersebut di Brussels pada hari Senin, dengan agenda utama perang Israel-Iran.

    Serangan AS terjadi setelah seminggu konflik terbuka antara Israel dan Iran, yang dipicu oleh rentetan serangan mendadak Israel terhadap struktur nuklir dan militer Iran.

    Serangan Israel dimulai pada 13 Juni. Menargetkan situs militer dan nuklir Iran, mereka membunuh beberapa pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir. Iran membalas dengan menembakkan ratusan rudal dan drone ke Israel, beberapa di antaranya menembus sistem pertahanan udara multi-tingkat yang dibanggakan negara itu. Perang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang dan melukai lebih dari 1.000 orang di Iran, serta menewaskan puluhan  orang dan melukai ratusan lainnya di Israel.

    Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun Israel memandang program nuklir Iran sebagai ancaman nyata dan mengatakan kampanye militernya diperlukan untuk mencegah Iran membuat senjata atom.

    Meskipun badan-badan intelijen AS telah menilai bahwa Teheran tidak secara aktif membuat bom, Trump dan para pemimpin Israel berpendapat bahwa Teheran dapat dengan cepat membuat senjata nuklir, sehingga menjadikannya ancaman yang segera terjadi.

    Wilayah ini berada dalam ketegangan selama dua tahun terakhir ketika Israel berupaya memusnahkan kelompok militan Hamas, sekutu Iran, di Jalur Gaza, di mana perang masih berkecamuk setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

    Presiden Donald Trump mengumumkan “serangan presisi besar-besaran” semalam terhadap situs nuklir Fordo, Isfahan dan Natanz Iran dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.

    Menggambarkan hal tersebut sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler,” ia mengatakan bahwa mereka telah “sepenuhnya melenyapkan” situs-situs nuklir. Iran, katanya, sekarang harus berdamai.

    Organisasi Energi Atom Iran membenarkan serangan tersebut, namun menegaskan program nuklirnya tidak akan dihentikan. Iran dan badan pengawas nuklir PBB mengatakan tidak ada tanda-tanda kontaminasi radioaktif di tiga lokasi setelah serangan tersebut.

    Situs pengayaan bahan bakar nuklir di Fordo terkubur jauh di bawah gunung, dan serangan terhadap situs tersebut menggunakan bom penghancur bunker yang dirancang untuk menembus tanah sebelum meledak, kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama saat membahas operasi militer. Hanya Amerika Serikat yang memiliki amunisi seberat 30.000 pon dan pesawat pengebom siluman yang digunakan untuk mengirimkannya.

    Trump memperingatkan akan ada serangan tambahan jika Teheran membalas terhadap pasukan AS, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji keputusan Trump untuk menyerang.

  • Turki dan kerja sama industri pertahanan Indonesia

    Turki dan kerja sama industri pertahanan Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Indo Defence 2024 yang diselenggarakan pada 11-14 Juni 2025 telah berjalan secara baik. Terdapat 35 paviliun negara dan lebih dari 1.300 perusahaan dari 55 negara di lima benua berpartisipasi aktif dalam gelaran pertahanan dan militer trimatra terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara itu.

    Gelaran internasional empat hari yang mengambil tema besar Kemitraan Pertahanan untuk Perdamaian dan Stabilitas Global itu secara umum dibagi ke dalam tiga kegiatan utama, yaitu pembukaan dengan sejumlah pertemuan diplomatik militer dan pertahanan, perjodohan bisnis (business matching) antara peserta dalam dan luar negeri, serta eksposisi kepada publik pada hari terakhir.

    Sejak digelar pertama kali pada 2004 sampai yang kesepuluh kali ini, Indo Defence telah menjelma menjadi salah satu barometer kekuatan pertahanan dan industri pertahanan sebagai entitas bisnis dengan nilai belas miliar dolar Amerika Serikat di Asia Tenggara dan Indo Pasifik.

    Sekali gelaran Indo Defence tidak terselenggara sebagaimana mestinya menurut jadwal setiap tahun genap, yaitu pada 2024 karena ada alih kepemimpinan nasional pada Oktober 2024, sehingga Indo Defence 2024 juga bisa disebut sebagai Indo Defence 2025 walau Indo Defence 2026 sudah diumumkan dilaksanakan pada tahun depan sesuai kalender kegiatan.

    Pada Indo Defence 2024 kali ini, Turki hadir sebagai peserta terbesar yang menempati paviliun negara terbesar, dan salah satu industri pertahanan terbesar Turki yang hadir adalah ASElSAN. Adalah CEO ASELSAN, Ahmet Akyol, yang bersedia menerima ANTARA dalam wawancara khusus kepada tiga media massa dan blogger pertahanan.

    Paviliun negara Turki ditempatkan di Hall B kompleks Pekan Raya Jakarta atau dikenal juga dengan nama JIEX Expo di Kemayoran, di mana di dalamnya terdapat industri pertahanan papan atas Turki, di antaranya ASELSAN, Havelsan, dan Roketsan.

    “Ini adalah kelima kali, sehingga kami sangat senang dan puas sekali. Dari Tahun ke tahun, ekshibisi ini makin besar dan besar. Ini menunjukkan ambisi pemerintah Indonesia tentang industri pertahanan. Sekali lagi, kami senang hadir di sini sebagai bagian dari ekshibisi,” kata Akyol.

    Menurut dia, kehadiran ASELSAN dalam Indo Defence 2024 kali ini bukan cuma untuk menunjukkan kehadiran diri saja melainkan untuk menyentuh pengguna akhir sistem mereka secara langsung dan guna memenuhi berbagai persyaratan yang berasal dari pernyataan pihak Indonesia.

    Tahun lalu, kata dia, mereka membentuk perusahaan kemitraan dengan Indonesia dan tahun ini mereka membuka kantor perwakilan di Jakarta, yang akan menjembatani dan bekerja bersama dengan 10 mitra Indonesia, beberapa di antaranya adalah BUMN di sektor pertahanan.

    Sejalan dengan garisan model postur dan kesiapan pertahanan nasional yang dituangkan dalam Minimal Essential Force (MEF) Pertahanan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia yang terbagi dalam tiga tahapan lima tahunan dan berakhir pada 2024, ada empat parameter utama yang menjadi ukuran secara domestik.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.