Negara: Amerika Serikat

  • Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel-Iran, Ancaman PD3 Mereda?

    Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel-Iran, Ancaman PD3 Mereda?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran pada Senin sore waktu AS. Pernyataan itu ia sampaikan lewat platform media sosial pribadinya, Truth Social, hanya sehari setelah AS ikut serta dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Dalam pernyataan yang diunggah di media sosial, Trump menyebut bahwa gencatan senjata akan dimulai sekitar enam jam dari waktu pengumuman. Gencatan senjata ini akan berlangsung selama 12 jam dan dijadwalkan berakhir dalam 24 jam, saat perang 12 hari antara Israel dan Iran dinyatakan selesai secara resmi.

    “SELAMAT KEPADA SEMUA PIHAK! Telah disepakati secara penuh bahwa akan ada GENCATAN SENJATA total… Pada jam ke-12, Israel akan memulai gencatan senjata, dan pada jam ke-24, perang akan secara resmi berakhir,” tulis Trump, seperti dikutip Al Jazeera.

    Pengumuman Trump muncul hanya sehari setelah AS ikut dalam kampanye militer Israel dengan menyerang fasilitas pengayaan uranium Iran. Aksi ini memicu respons cepat dari Teheran. Pada Senin, Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke pangkalan udara AS di Qatar, meskipun serangan itu tidak menimbulkan korban signifikan.

    Namun, ketegangan belum benar-benar surut. Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Mohammad Pakpour, pada Selasa (24/6/2025) memperingatkan bahwa AS akan menyesal jika mengulangi serangan.

    “Kami memperingatkan Presiden Amerika yang bodoh, bahwa jika agresi terhadap Republik Islam Iran dan tanah para martir kami terulang, ia akan menerima balasan yang lebih menghancurkan dan membuat menyesal,” tegas Pakpour melalui siaran TV pemerintah.

    Lebih dari 80% Warga Amerika Khawatir Konflik Iran

    Sementara itu sebuah jajak pendapat baru oleh Reuters dan Ipsos menunjukkan bahwa 84% warga Amerika khawatir konflik antara AS dan Iran meningkat setelah Trump mengizinkan serangan terhadap situs nuklir Iran selama akhir pekan lalu.

    Dalam jajak pendapat yang dilakukan dari 21 Juni hingga 23 Juni di antara 1.139 orang dewasa AS, 84% warga Amerika khawatir konflik meningkat dibandingkan dengan 15% yang mengatakan tidak khawatir.

    Jajak pendapat menunjukkan bahwa 32% warga Amerika mendukung serangan udara lanjutan terhadap Iran dibandingkan dengan 49% yang tidak. Partai Republik lebih mendukung potensi serangan yang sedang berlangsung, karena jajak pendapat menunjukkan bahwa 62% menyetujui versus 22% yang tidak.

    Hanya 12% warga Demokrat yang mendukung serangan tambahan versus 74% yang tidak. Jajak pendapat memiliki margin kesalahan 3 poin persentase.

    Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa 36% warga Amerika mendukung serangan terhadap Iran dibandingkan dengan 45% yang tidak mendukung. Demikian pula, lebih banyak warga Republik yang mendukung langkah presiden, dengan 69% menyetujui keputusan tersebut dibandingkan dengan 17% yang tidak. Tiga belas persen warga Demokrat menyetujui serangan tersebut dibandingkan dengan 74% yang tidak mendukung.

    Penolakan publik terhadap perang tidak hanya terlihat dari data survei, tapi juga aksi nyata di jalanan. Di Los Angeles, California, sekelompok warga menggelar demonstrasi menolak keterlibatan militer AS dalam konflik Israel-Iran. Mereka menuntut penghentian segera serangan dan mengkritik keputusan Trump yang dinilai membahayakan stabilitas global.

    Meski pengumuman Trump memberi harapan akan meredanya ketegangan Timur Tengah, sejumlah analis menilai gencatan ini lebih bersifat sementara. Iran belum mengonfirmasi komitmen resmi terhadap gencatan tersebut, sementara potensi serangan balasan dari kelompok proksi di kawasan tetap terbuka.

    Dengan risiko blokade Selat Hormuz dan lonjakan harga minyak global sebagai latar belakang, gencatan ini disebut-sebut analis dapat menjadi momentum diplomatik, atau hanya jeda singkat sebelum babak konflik baru dimulai.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Syarat Gencatan Senjata yang Diminta Israel ke Iran

    Ini Syarat Gencatan Senjata yang Diminta Israel ke Iran

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan Israel dan Iran telah sepakat gencatan senjata total mulai hari ini. Israel dilaporkan menerima usulan gencatan senjata asalkan Iran menerima syarat mereka.

    Dilansir CNN, Selasa (24/6/2025), senior Gedung Putih mengatakan Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan syarat Iran menghentikan serangan di Israel. Iran dilaporkan menyetujui persyaratan tersebut, sehingga gencatan senjata total ini diumumkan oleh Trump.

    Selama negosiasi, Presiden AS Donald Trump berkomunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri dan Penasihat Keamanan Nasional Marco Rubio dan Utusan Khusus Steve Witkoff menegosiasikan persyaratan tersebut, melalui saluran langsung dan tidak langsung, dengan Iran.

    Gedung Putih mengklaim kesepakatan itu hanya mungkin terjadi karena serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada hari Sabtu.

    Setelah Iran setuju gencatan senjata, pejabat itu mengatakan Trump langsung berbicara dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad bin Khalifa Al Thani. Trump mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam memediasi perjanjian gencatan senjata.

    Donald Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Kesepakatan yang dimulai Selasa ini akan mengakhiri konflik secara resmi.

    Hingga saat ini belum ada komentar resmi dari pihak Israel maupun Iran mengenai gencatan senjata.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Akan Tutup Selat Hormuz, Begini Efeknya ke Ekonomi RI!

    Iran Akan Tutup Selat Hormuz, Begini Efeknya ke Ekonomi RI!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selat Hormuz berada di ancaman penutupan. Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, Minggu (22/6/2025) waktu setempat.

    Melalui data Badan Informasi Energi tahun 2024, sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari atau 20% dari konsumsi global melewati rute ini.

    Perlu diketahui harga minyak melonjak lebih dari 2% setelah serangan AS terhadap Iran. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasokan.

    Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro Wahyu Widodo menilai penutupan Selat Hormuz akan mendisrupsi perdagangan dunia, terutama dari sisi pasokan minyak mentah.

    Pasalnya, 20% pasokan minyak mentah akan melalui selat tersebut.

    “Jika Selat Hormuz ditutup/blokade oleh Iran, dimana sekitar 20% pasokan minyak mentah lewat sana. Harga Energi naik dan bahkan bisa ekstrim akan merambat di sisi produksi (cost of production) naik yang otomatis akan meningkatkan harga barang,” ujar Wahyu kepada CNBC Indonesia, Senin (23/6/2025).

    Naiknya harga minyak pun akan berdampak besar kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Di satu sisi, penerimaan akan meningkat akan tetapi subsidi juga membengkak.

    “Efek jangka menengah-panjangnya jelas perlambatan perekonomian global, menjurus ke resesi/depresi,” ujarnya.

    Sementara itu, Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Dendi Ramdani pun mengatakan sensitivitas fiskal Indonesia terhadap kenaikan harga minyak sangat tinggi.

    Dia menjelaskan berdasarkan analisis Kementerian Keuangan, setiap kenaikan US$ 1 per barel akan meningkatkan biaya subsidi energi sebesar Rp 6,9 triliun.

    “Jadi bisa dibayangkan kalau naik US$10 itu hampir Rp 69 triliun terus kemudian ke US$20 ya berarti hampir Rp 140 triliun, dan itu tentu akan berdampak nanti ke defisit,” ujar Dendi dalam acara Squawk Box, CNBC Indonesia, Jumat (20/6/2025).

    Dendi menjelaskan, walaupun biasanya pemerintah menyalurkan kompensasi dan menjaga cash flow, perusahaan BUMN seperti Pertamina dan PLN akan terdampak.

    “Cash flownya itu bebannya di BUMN, tapi secara umum itu tentu akan meningkatkan harga minyak biaya domestik, dan itu berdampak pada biaya belanja subsidi pemerintah,” ujarnya.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Breaking: Ledakan Guncang Iran Usai Trump Umumkan Gencatan Senjata

    Breaking: Ledakan Guncang Iran Usai Trump Umumkan Gencatan Senjata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan dilaporkan mengguncang Iran, Selasa (24/6/2025) pagi waktu setempat. Ini terjadi tak lam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan gencatan senjata total Israel dan Iran.

    Laporan ledakan dimuat AFP. Belum diketahui apa sasaran dan berapa korban jiwa akibat serangan itu.

    Meski demikian, diketahui beberapa menit sebelumnya tentara Israel, IDF memang mengeluarkan peringatan evakuasi untuk beberapa wilayah Teheran. “Kehadiran Anda di area ini membahayakan nyawa Anda,” kata IDF dalam posting X dari akun berbahasa Persia-nya, menurut terjemahan Google.

    Sebelumnya Trump tiba-tiba mengumumkan gencatan senjata Israel dan Iran Senin sore waktu AS atau Selasa subuh waktu RI. Ia menulis dengan huruf kapital bahwa Israel dan Iran telah sepakat di mana perdamaian sementara tersebut akan dimulai Selasa tengah malam hari.

    “SELAMAT KEPADA SEMUA ORANG!,” ujar Trump dengan huruf kapital.

    “Telah disepakati sepenuhnya oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada GENCATAN SENJATA SELURUHNYA (dalam waktu sekitar 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah mereda dan menyelesaikan misi terakhir mereka yang sedang berlangsung!), selama 12 jam, yang pada saat itu Perang akan dianggap BERAKHIR!,” tegasnya.

    “Secara resmi, Iran akan memulai GENCATAN SENJATA dan, pada Jam ke-12, Israel akan memulai GENCATAN SENJATA dan, pada Jam ke-24, AKHIR Resmi dari PERANG 12 HARI akan disambut oleh Dunia,” tambahnya.

    “Selama setiap GENCATAN SENJATA, pihak lain akan tetap DAMAI dan HORMAT,” ujar Trump.

    “Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya, yang pasti akan terjadi, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena memiliki Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri, apa yang seharusnya disebut, “PERANG 12 HARI”,” tulisnya lagi.

    “Ini adalah Perang yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, tetapi tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi! Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan TUHAN memberkati DUNIA!,” tutupnya.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Para Ahli Menduga Trump Mobile Diproduksi dari China

    Para Ahli Menduga Trump Mobile Diproduksi dari China

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tengah menggalakkan bisnisnya di sektor telekomunikasi dengan mengeluarkan smartphone senilai US$499 atau sekitar Rp8,1 jutaan.

    Ponsel tersebut digadang-gadang akan menjadi ponsel buatan AS bermerek Trump Mobile dengan seri T1, dan bersiap menjadi pesaing iPhone.

    Peluncuran ponsel ini pun menyusul desakan Trump untuk membuat iPhone sepenuhnya diproduksi di AS.

    Melansir Yahoo, ponsel pintar ini berwarna emas dan akan menjalankan sistem operasi Android milik Google.

    Trump Organization pun mengatakan ponsel tersebut akan dibuat sepenuhnya di Amerika Serikat dan tersedia pada September mendatang.

    Namun kemunculan ponsel yang “sepenuhnya made in USA” ini membuat para ahli mempertanyakan dan menduga ponsel tersebut kemungkinan dirancang dan akan diproduksi oleh perusahaan China.

    Analis IDC Francisco Jeronimo mengatakan T1 kemungkinan akan didasarkan pada telepon yang sudah ada yang diproduksi di luar negeri.

    “Ponsel pintar tidak seperti Anda memutuskan untuk mencetak beberapa kaos oblong atau beberapa [jenis] barang dagangan lainnya,” kata Jeronimo kepada Yahoo Finance, dikutip pada Selasa (24/6/2025).

    Jeronimo mengatakan bahwa ponsel pintar adalah produk yang rumit.

    “Jadi pertama-tama, saya ragu mereka memproduksi atau membuat telepon sendiri. Ini tampak seperti produk label putih biasa yang Anda beli dari seseorang, lalu menempelkan logo di atasnya, tetapi hanya itu saja,” katanya.

    Sejalan dengan itu, Analis Counterpoint Research Blake Przesmicki memberikan penilaian serupa terhadap ponsel T1, dengan mengatakan dalam email bahwa “kemungkinan besar perangkat ini awalnya akan diproduksi oleh [produsen perangkat asli] Tiongkok.”

    Spesifikasi T1 Trump Mobile

    Adapun Trump Mobile diklaim akan memiliki layanan yang memang dibuat sepenuhnya di AS.

    T1 memiliki layar AMOLED 6,8 inci dan penyimpanan 256 GB. Perusahaan mencantumkan RAM-nya sebesar 12 GB.

    Ponsel tersebut juga akan hadir dengan tiga lensa, yang terdiri dari kamera utama 50 MP, sensor kedalaman 2 MP, dan lensa makro 2 MP.

    Kemudian baterainya sebesar 5.000 mAh. Lucunya, laporan sebelumnya mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut awalnya mengklaim ponsel tersebut akan menyertakan kamera 5.000 mAh, yang sebenarnya merupakan ukuran masa pakai baterai.

  • Ini Update Selat Hormuz saat Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran

    Ini Update Selat Hormuz saat Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan militer antara Amerika Serikat (AS) dan Iran telah memicu kekacauan lalu lintas laut di Selat Hormuz, salah satu jalur pengiriman minyak terpenting di dunia. Sebelumnya saat tensi naik akhir pekan lalu, parlemen Iran telah setuju menutup jalur perairan tersebut meski keputusan akhir masih berada di Dewan Keamanan Iran.

    Laporan Reuters yang dikutip Selasa (24/6/2025) menyebut setidaknya dua kapal tanker super telah berputar balik atau berhenti mendadak di kawasan tersebut. Data pelacakan kapal menunjukkan bahwa Coswisdom Lake, kapal pengangkut minyak mentah raksasa (VLCC), sempat mencapai Selat Hormuz pada Minggu sebelum berbalik arah ke selatan. 

    Keesokan harinya, Senin, kapal itu kembali mengubah haluan menuju pelabuhan Zirku di Uni Emirat Arab UEA). Sementara itu, tanker South Loyalty memilih tetap berada di luar selat, meski dijadwalkan memuat minyak dari terminal Basra di Irak.

    “Kami melihat penurunan 32% kapal tanker kosong yang masuk ke Teluk dalam sepekan terakhir, dan keberangkatan kapal bermuatan turun 27% dibanding awal Mei,” kata Sentosa Shipbrokers, yang berbasis di Singapura.

    Langkah hati-hati juga terlihat dari Formosa Petrochemical Corp asal Taiwan. Juru bicaranya, KY Lin, menyatakan, kapal-kapal kini hanya akan memasuki Selat Hormuz saat benar-benar mendekati waktu pemuatan untuk meminimalkan risiko.

    Tak hanya itu, perusahaan pelayaran besar asal Jepang seperti Nippon Yusen dan Mitsui O.S.K. Lines turut mengonfirmasi bahwa mereka tetap melintasi selat, namun dengan instruksi khusus untuk mempersingkat waktu di wilayah tersebut.

    Ketegangan ini bermula setelah AS memutuskan ikut serta dalam serangan Israel ke Iran. Langkah tersebut memicu kekhawatiran global bahwa Iran dapat menutup Selat Hormuz, jalur yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak dan gas dunia.

    Akibatnya, harga minyak sempat melonjak tajam. Minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) menyentuh level tertinggi dalam lima bulan pada perdagangan Senin, dengan volatilitas tinggi akibat spekulasi gangguan pasokan.

    Tarif pengiriman tanker super juga ikut terdongkrak. Data kemarin, tarif melampaui US$60.000 (Rp985 juta) per hari, lebih dari dua kali lipat dalam seminggu terakhir.

    Ancaman penutupan ini bukan yang pertama. Namun hingga kini, hal tersebut belum pernah benar-benar terjadi.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Qatar Bantu AS Bujuk Iran Agar Mau Gencatan Senjata dengan Israel

    Qatar Bantu AS Bujuk Iran Agar Mau Gencatan Senjata dengan Israel

    Jakarta

    Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani dilaporkan membantu Amerika Serikat (AS) untuk membujuk Iran agar menyetujui gencatan senjata dengan Israel. Sheikh berhasil mendapatkan persetujuan Iran melalui panggilan telepon dengan salah satu pejabat Iran.

    Dilansir Aljazeera, Selasa (24/6/2025), informasi mengenai bantuan Qatar dalam gencatan senjata Iran-Israel itu disampaikan oleh salah satu sumber dari AS. Sumber itu mengatakan sambungan telepon antara Sheikh Mohammed dengan pejabat Iran dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump memberitahunya bahwa Israel telah menyetujui gencatan senjata.

    Trump, katanya, meminta bantuan Doha untuk membujuk Teheran agar menyetujui kesepakatan itu.

    Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa Israel-Iran telah menyetujui gencatan senjata. Gencatan itu dilakukan dengan lengkap dan total.

    Perjanjian gencatan senjata dilaporkan tercapai setelah Iran menyerang pangkalan udara AS Al Udeid di Qatar pada Senin (23/6) malam.

    Sementara itu, belum ada konfirmasi resmi yang dikeluarkan oleh Iran atau Israel terkait gencatan senjata tersebut.

    Tonton juga Video Trump Klaim Iran-Israel Sepakat Gencatan Senjata

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Waswas Industri Manufaktur RI Kala Konflik Iran Vs Israel Memanas

    Waswas Industri Manufaktur RI Kala Konflik Iran Vs Israel Memanas

    Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri manufaktur Tanah Air turut mewaspadai memanasnya konflik di Timur Tengah. Eskalasi tensi geopolitik ini dikhawatirkan dapat berdampak pada gangguan rantai pasok dan meningkatnya biaya impor bahan baku.

    Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) mulai waswas dengan tren kenaikan harga minyak dunia imbas meningkatnya ketegangan konflik Iran dan Israel, serta keterlibatan Amerika Serikat (AS). Potensi lonjakan harga minyak bakal membuat harga bahan baku, seperti nafta turut melambung.

    Apalagi, pemerintah Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, jalur vital perdagangan minyak dunia.

    “Kalau itu [harga minyak] ke angka US$80–US$100 dengan cepat, masuk ke US$80 saja itu artinya nanti semua harga petrokimia akan berubah,” ujar Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono kepada Bisnis, Senin (23/6/2025).

    Goldman Sachs memperkirakan harga minyak mentah jenis Brent dapat melonjak sementara hingga US$110 per barel apabila arus minyak melalui Selat Hormuz—jalur vital pengiriman sekitar 20% minyak dunia—terpangkas setengahnya selama 1 bulan.

    Sejak konflik Iran-Israel yang dimulai pada 13 Juni 2025, harga minyak jenis Brent telah naik sekitar 13%, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik sekitar 10%. Adapun, pada perdagangan Senin (23/6/2025), harga minyak Brent berada di level US$71,48 per barel dan WTI di level US$68,51 per barel.

    Menurut Fajar, jika terjadi penutupan Selat Hormuz, potensi lonjakan harga minyak hingga US$100 per barel menjadi ancaman nyata. Hal ini juga memengaruhi harga nafta di pasar.

    Kenaikan harga minyak dapat berdampak ke harga nafta yang diproyeksi naik US$50 per ton dan polimer US$10-20 per ton. Nafta, sebagai bahan baku utama industri, sangat bergantung pada impor dari Timur Tengah.

    “Kalau nafta itu mungkin 80% lah dari sana. Meski polimer hanya 30% bergantung pada pasokan luar, gangguan suplai tetap bisa memicu kelangkaan,” ujarnya.

    Kenaikan harga tersebut dapat berdampak ke ongkos produksi barang turunan dari petrokimia, seperti plastik, kemasan, hingga tekstil.

    Dalam hal ini, pengusaha membidik pasar tradisional untuk menjaga serapan bahan baku. Menurut Fajar, pasar tradisional kemasan plastik memiliki potensi serapan 41%

    Di sisi lain, Inaplas tetap mewaspadai ancaman serbuan produk impor murah dari China yang melibas pasar domestik. Hal ini telah membuat sejumlah pabrikan gulung tikar.

    “Ini industri PET [polyethylene terephthalate] sudah ada yang tutup satu. Ini sudah mulai mengkhawatirkan juga,” tuturnya.

    Pelaku industri juga meminta pemerintah untuk lebih tegas mengatur lalu lintas impor. Apalagi, utilitas sejumlah industri nasional saat ini yang terus menurun.

    Kekhawatiran juga dirasakan oleh Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI). Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur mengatakan, eskalasi konflik Iran-Israel berpotensi mengganggu jalur pelayaran internasional di Timur Tengah, Asia Tengah, hingga sebagian Asia Timur. 

    “Ini berdampak pada rantai pasok global, termasuk pengadaan bahan baku dan distribusi produk furnitur dan kerajinan Indonesia ke luar negeri,” kata Sobur.

    Apalagi, Sobur menuturkan bahwa bahan baku penting untuk industri furnitur masih berasal dari luar negeri, seperti lem khusus, bahan finishing, atau logam komponen. 

    Dengan adanya ketegangan geopolitik ini dipastikan mengganggu pengiriman barang karena perubahan jalur pelayaran dan kenaikan biaya asuransi logistik. 

    “Untuk itu, pelaku industri sudah mulai mencari alternatif bahan lokal dan regional [Asean] guna mengurangi ketergantungan dan menekan biaya produksi,” ujarnya. 

    Di sisi lain, dia menyoroti kenaikan biaya logistik dan risiko gangguan pasok. Menurut dia, biaya pengapalan global saat ini sudah menunjukkan kecenderungan naik dan apabila konflik berlarut, maka akan ada lonjakan lebih lanjut. 

    Dalam hal ini, dia memperkirakan akan terjadi peningkatan biaya logistik dan pengadaan bahan baku hingga 15%–20% jika konflik ini meluas dan berdampak pada distribusi kontainer global.

    Tak hanya itu, konflik panas Iran dan Israel ini juga dapat memicu fluktuasi biaya produksi karena harga energi. Terlebih, harga minyak mentah dunia sangat sensitif terhadap konflik Timur Tengah. 

    “Jika harga energi naik, maka akan ada efek domino terhadap harga resin, plastik, logistik, dan bahan pendukung lain, yang akan mendorong naiknya biaya produksi secara menyeluruh dalam industri mebel dan kerajinan nasional,” jelasnya. 

    Untuk itu, pengusaha anggota HIMKI sedang mempersiapkan dua langkah utama, pertama yaitu diversifikasi pasar ekspor, termasuk mengincar negara-negara non-tradisional di Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Timur.

    Kedua, re-orientasi pasar domestik, karena bila ekspor melambat akibat ketegangan atau tarif tinggi, pasar dalam negeri akan menjadi buffer penting untuk menjaga keberlangsungan produksi.

    Diversifikasi Impor Bahan Baku

    Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Anggawira mengatakan, konflik geopolitik Timur Tengah bukan sekadar ancaman, tetapi peringatan keras untuk mempercepat transformasi industri nasional agar lebih tangguh dan mandiri. 

    “Ya, konflik geopolitik di Timur Tengah—khususnya ancaman atas Selat Hormuz dan Laut Merah—telah mengganggu stabilitas rantai pasok global, termasuk ke Indonesia. Hipmi melihat ini sebagai sinyal kuat untuk mempercepat resiliency supply chain nasional,” kata Anggawira kepada Bisnis, Senin (23/6/2025). 

    Bahan baku komoditas maupun energi dinilai cukup bergantung pada jalur pelayaran Timur Tengah yang membuat industri nasional sangat rentan terhadap eskalasi geopolitik.

    Menurut Anggawira, impor bahan baku berpotensi terganggu, baik dari sisi keterlambatan hingga harga yang naik tajam. Adapun, industri pengguna gas, logam, dan petrokimia menjadi yang paling terdampak. 

    “Sudah terlihat adanya peningkatan biaya asuransi pelayaran dan ketidakpastian waktu pengiriman,” jelasnya. 

    Bahkan, dia juga mencatat bahwa UMKM industri makanan dan tekstil mulai mengalami lonjakan harga bahan baku. Hal ini menekan margin dan meningkatkan risiko inflasi biaya produksi.

    “Kami mendorong diversifikasi sumber bahan baku serta pembinaan industri hulu nasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang setengah jadi dari luar negeri. Saat ini adalah momentum tepat untuk memperkuat ekosistem substitusi impor berbasis produksi lokal,” jelasnya. 

    Di sisi lain, kenaikan harga minyak dunia yang dipicu situasi geopolitik saat ini juga berdampak domino terhadap harga BBM industri, logistik, dan tarif energi. Pelaku industri pengguna energi intensif seperti pupuk, baja, dan keramik mulai tertekan. 

    “Hipmi mendorong pemerintah untuk menjaga kestabilan harga energi domestik, termasuk memastikan implementasi harga gas industri yang kompetitif [HGBT] dan mempercepat pengembangan energi domestik berbasis LNG dan gas pipa,” tuturnya. 

    Lebih lanjut, pengusaha saat ini melakukan strategi adaptif seperti meningkatkan buffer stock bahan baku, merancang ulang kontrak pembelian secara fleksibel, menyusun strategi lindung nilai (hedging) atas nilai tukar, menyesuaikan siklus produksi, dan mempercepat ekspansi pasar domestik dan Asean.

    Namun, pihaknya juga meminta pemerintah untuk turun tangan mempercepat substitusi impor dan penguatan industri hulu nasional, khususnya bahan baku industri, menjaga stabilisasi harga energi dan logistik melalui instrumen fiskal dan BUMN strategis. 

    Kemudian, reformasi logistik pelabuhan dan kepabeanan untuk mempercepat arus bahan baku, penguatan diplomasi ekonomi untuk membuka jalur pasok dan pasar baru, dan mendorong konsolidasi industri energi dan mineral nasional, agar kita lebih siap menghadapi risiko geopolitik global. 

  • Iran Respons Pengumuman Gencatan Senjata Trump, Sebut Ini ke AS

    Iran Respons Pengumuman Gencatan Senjata Trump, Sebut Ini ke AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Garda Revolusi Iran atau IRGC pada Selasa (24/6/2025) memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan menyesali jika kembali melancarkan serangan terhadap Iran.

    “Kami memperingatkan presiden Amerika yang bodoh dan tolol… bahwa jika agresi terhadap Republik Islam Iran dan tanah para martir kami terulang, ia akan menerima balasan yang lebih menghancurkan dan membuat menyesal,” ujar Komandan Garda, Mohammad Pakpour, dikutip televisi pemerintah.

    Peringatan ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump mendadak mengumumkan gencatan senjata total antara Israel dan Iran. Ia mengumumkan hal ini di platform media sosial miliknya Truth Social pada Senin sore waktu AS atau Selasa waktu subuh Indonesia.

    Dengan huruf kapital, Trump menulis bahwa Israel dan Iran telah sepakat gencatan senjata dan ini akan dimulai pada Selasa tengah malam hari.

    “SELAMAT KEPADA SEMUA ORANG!,” ujarnya dengan huruf kapital.

    “Telah disepakati sepenuhnya oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan ada GENCATAN SENJATA SELURUHNYA (dalam waktu sekitar 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah mereda dan menyelesaikan misi terakhir mereka yang sedang berlangsung!), selama 12 jam, yang pada saat itu Perang akan dianggap BERAKHIR!,” tegasnya.

    “Secara resmi, Iran akan memulai GENCATAN SENJATA dan, pada Jam ke-12, Israel akan memulai GENCATAN SENJATA dan, pada Jam ke-24, AKHIR Resmi dari PERANG 12 HARI akan disambut oleh Dunia,” tambahnya.

    “Selama setiap GENCATAN SENJATA, pihak lain akan tetap DAMAI dan HORMAT. Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya, yang pasti akan terjadi, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena memiliki Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri, apa yang seharusnya disebut, “PERANG 12 HARI.” tulisnya lagi.

    “Ini adalah Perang yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan menghancurkan seluruh Timur Tengah, tetapi tidak terjadi, dan tidak akan pernah terjadi! Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan TUHAN memberkati DUNIA!,” tutupnya.

    Rencana gencatan senjata Israel-Iran oleh Trump muncul setelah Tehran menembaki pangkalan militer Washington di Qatar. Ini merupakan balasan Iran atas serangan AS terhadap situs nuklir Republik Islam tersebut.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dampak Amerika Serang Iran, Indonesia Kena Imbas

    Dampak Amerika Serang Iran, Indonesia Kena Imbas

    Dampak Amerika Serang Iran, Indonesia Kena Imbas