Negara: Amerika Serikat

  • Apa Itu Thorium, ‘Sumber Energi Abadi’ China yang Hebohkan Dunia

    Apa Itu Thorium, ‘Sumber Energi Abadi’ China yang Hebohkan Dunia

    Jakarta

    China mengumumkan temuan ‘sumber energi abadi’ yang diklaim para ahli geologi di Beijing dapat menyediakan cukup bahan bakar bagi China hingga 60 ribu tahun.

    Menurut survei nasional China, kompleks pertambangan Bayan Obo di Mongolia Dalam, daerah otonom di China utara, mungkin mengandung cukup thorium untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga China ‘hampir selamanya’. Klaim ini tentu menghebohkan, dan bisa membuat negara lain iri bahkan tersaingi. Sebenarnya apa itu thorium?

    Apa Itu Thorium?

    Thorium adalah logam yang sedikit bersifat radioaktif dan relatif melimpah. Dikutip dari How Stuff Works, jumlahnya hampir sama dengan timah dan lebih banyak daripada uranium. Unsur ini juga tersebar luas, dengan konsentrasi tertentu di India, Turki, Brasil, Amerika Serikat, dan Mesir.

    Beberapa ilmuwan menganggap unsur thorium adalah jawaban atas masalah tenaga nuklir. Namun penting untuk dicatat bahwa thorium bukanlah bahan bakar seperti uranium.

    Perbedaannya adalah uranium bersifat ‘fisil’, yang berarti bahwa ia menghasilkan reaksi berantai yang berkelanjutan jika kita bisa mendapatkan cukup uranium di satu tempat pada satu waktu.

    Di sisi lain, thorium tidak bersifat fisil, atau para ilmuwan menyebutnya ‘fertil’, yang berarti bahwa jika kita membombardir thorium dengan neutron (pada dasarnya menyalakannya dalam reaktor yang berbahan bakar seperti uranium) ia dapat berubah menjadi isotop uranium-233 yang bersifat fisil dan cocok untuk menghasilkan tenaga.

    Kelebihan dan Kekurangan Thorium

    Thorium digunakan dalam beberapa eksperimen fisika nuklir paling awal, Marie Curie dan Ernest Rutherford yang mengerjakannya. Uranium dan plutonium menjadi lebih erat kaitannya dengan proses nuklir selama Perang Dunia II, karena keduanya menyediakan jalur paling jelas untuk membuat bom.

    Untuk pembangkit listrik, thorium memiliki beberapa manfaat nyata. Uranium-233 yang terbentuk dari thorium merupakan bahan bakar yang lebih efisien daripada uranium-235 atau plutonium, dan reaktornya mungkin tidak mudah meleleh karena dapat beroperasi hingga suhu yang lebih tinggi.

    Selain itu, lebih sedikit plutonium yang diproduksi selama pengoperasian reaktor, dan beberapa ilmuwan berpendapat reaktor thorium dapat menghancurkan berton-ton plutonium berbahaya yang telah dibuat dan ditimbun sejak tahun 1950-an.

    Tidak hanya itu, armada reaktor yang beroperasi dengan thorium dan uranium-233 dianggap oleh beberapa ilmuwan lebih tahan terhadap proliferasi, karena teknologi yang lebih canggih diperlukan untuk memisahkan uranium-233 dari produk limbah dan menggunakannya untuk membuat bom.

    Namun, ada beberapa kelemahan thorium. Salah satunya adalah thorium dan uranium-233 bersifat radioaktif yang lebih berbahaya untuk diproses secara kimia. Karena alasan tersebut, keduanya lebih sulit diolah. Batang bahan bakar uranium-233 juga lebih sulit diproduksi. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, thorium bukanlah bahan bakar.

    “Jika kita akan memberi daya pada planet kita menggunakan siklus bahan bakar yang menggunakan thorium dan uranium-233, uranium-233 yang cukup harus diproduksi dalam jenis reaktor lain untuk mengisi bahan bakar reaktor uranium-233 awal,” kata Steve Krahn, profesor di departemen teknik sipil dan lingkungan di Vanderbilt University.

    “Jika itu dapat dicapai, metode untuk memproses thorium-232 dan uranium-233 secara kimia dan memproduksi bahan bakar dari keduanya sudah cukup mapan. Namun, fasilitas untuk melaksanakan proses ini perlu dibangun,” jelasnya.

    Thorium untuk Energi

    Ada beberapa cara thorium dapat diterapkan pada produksi energi. Salah satu cara yang sedang diselidiki sekarang adalah menggunakan bahan bakar thorium/uranium-232 padat dalam reaktor berpendingin air konvensional, mirip dengan pembangkit listrik berbasis uranium modern.

    Faktanya, lebih dari 20 reaktor di seluruh dunia telah dioperasikan dengan bahan bakar yang terbuat dari thorium dan uranium-233.

    Prospek lain yang menarik bagi para ilmuwan dan pendukung tenaga nuklir adalah reaktor garam cair. Pada pembangkit ini, bahan bakar dilarutkan dalam garam cair yang juga berfungsi sebagai pendingin reaktor.

    Garam memiliki titik didih yang tinggi, sehingga dapat lebih efisien dalam pembangkitan listrik dan bahkan lonjakan suhu yang besar tidak akan menyebabkan kecelakaan reaktor besar-besaran seperti yang terjadi di Fukushima, Jepang.

    Reaktor semacam ini mungkin kedengaran seperti cerita fiksi ilmiah. Nyatanya, reaktor seperti itu pernah dioperasikan di Amerika Serikat pada 1960-an dan saat ini sedang dibangun di Gurun Gobi di China.

    (rns/fay)

  • Harga Samsung Galaxy Z Fold-Flip 7 Bocor Sebelum Rilis 9 Juli 2025

    Harga Samsung Galaxy Z Fold-Flip 7 Bocor Sebelum Rilis 9 Juli 2025

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Duo HP lipat Samsung Galaxy Z Flip 7 dan Fold 7 akan diluncurkan resmi pada 9 Juli 2025 besok. Tak hanya itu, Samsung dikatakan akan membawa kejutan dengan menghadirkan varian baru HP lipat dengan embel-embel ‘Ultra’.

    Peluncuran seri flagship teranyar Samsung akan digelar melalui acara ‘Unpacked’ di New York, Amerika Serikat (AS), pada pukul 10.00 ET atau 21.00 WIB. 

    Masyarakat di seluruh dunia bisa juga menyaksikan peluncuran HP lipat Samsung terbaru melalui laman resmi Samsung atau channel YouTube Samsung.

    Salah satu yang membuat penasaran soal Samsung Galaxy Z Flip 7 dan Fold 7 adalah harga jualnya, apakah naik atau turun. Sudah banyak rumor yang beredar soal hal ini. 

    Menurut bocoran dari NieuweMobiel yang dibagikan oleh SamMobile beberapa saat lalu, peritel dari Italia telah membagikan daftar harga untuk seri HP lipat terbaru Samsung.

    Tampak harga Samsung Galaxy Z Fold 7 naik sekitar 200 euro menjadi 2.227 euro (Rp42 jutaan). Sementara itu, Samsung Galaxy Z Fold 7 naik sekitar 100 euro menjadi 1.425 euro (Rp27 jutaan).

    Kendati demikian, bocoran yang dibagikan akun X @TheGalox_ menyebutkan harga Galaxy Z Flip 7 dan Fold 7 di Korea Selatan tak akan mengalami kenaikan harga. Bahkan, kemungkinan Galaxy Z Fold 7 akan lebih murah. 

    Di pasar global, bocoran harga awal menyebut Galaxy Z Fold 7 akan dibanderol sekitar US$ 1.899 (Rp30 jutaan) dan Z Flip 7 sekitar US$1.099 (Rp17 jutaan). 

    Untuk sementara, rumor soal keberadaan ‘Ultra’ masih penuh spekulasi. Beberapa menyebut varian ‘Ultra’ akan berdiri sendiri. Namun, ada kabar yang mengatakan seri Galaxy Z Flip 7 dan Galaxy Z Fold 7 masing-masing akan dilengkapi model ‘Ultra’.

    Lantas, apa saja bocoran yang sudah beredar di internet terkait Galaxy Z Fold 7 dan Galazy Z Fold 7? Simak rangkumannya yang dikutip dari LifeHacker:

    Bodi Lebih Tipis

    Berdasarkan render yang diungkap OnLeaks, Samsung Galaxy Z Fold 7 kemungkinan lebih tipis daripada Galaxy Z Fold 6. Ketebalannya disebut antara 3,9mm-4,5mm.

    Sebagai perbandingan, model saat ini memiliki ketebalan 5,6 mm saat dibuka, sementara ponsel lipat pesaingnya, Oppo Find N5, memiliki ketebalan 4,2 mm saat dibuka.

    Kembalinya Kamera Pinhole

    Kamera selfie di dalam layar lipatan Samsung Galaxy Z Fold 7 juga akan diganti kembali ke desain pinhole. Hal ini disebut bisa meningkatkan kualitas kamera. Namun, di sisi lain pengguna harus rela ada sedikit gangguan pada ruang layar, meskipun jauh lebih kecil ketimbang Dynamic Island pada iPhone.

    Bentuk Layar Baru

    Layar eksternal Samsung Galaxy Z Fold 7 juga terlihat sedikit lebih lebar, dengan rasio aspek yang lebih mirip dengan layar utama pada ponsel yang tidak dapat dilipat. Jika bocoran ini benar, layarnya diperkirakan berukuran 6,5 inci secara keseluruhan.

    Layar eksternal yang lebih lebar itu juga berarti layar internalnya sedikit lebih besar, yaitu 8,2 inci, yang akan menjadi layar terbesar pada HP lipat di pasaran saat ini.

    Prosesor

    Bocoran tidak menyebutkan peningkatan spek internal yang signifikan. Kemungkinan seri Galaxy Z Fold/Flip 7 akan menjalankan chip Snapdragon 8 Elite for Galaxy yang sama dengan seri ponsel Galaxy S25. Meskipun ponsel ini lebih tipis, kapasitas baterainya seharusnya sama dengan generasi sebelumnya.

    Peningkatan Kamera

    Salah satu bocoran yang paling besar terkait dengan kamera, yang menurut Android Headlines akan ditingkatkan ke sensor primer 200MP.

    Mungkin dari situlah nama Ultra berasal. Pasalnya, sensor itu adalah salah satu pembeda terbesar pada seri Samsung Galaxy S25 Ultra, dibandingkan dengan model dasarnya.

    HP lipat biasanya mengorbankan kualitas kamera untuk mencapai faktor bentuknya. Jika bocoran ini besar, Samsung telah membawa perubahan besar pada HP lipat.

    Galaxy Z Flip 7 Terbaru

    Untuk varian Flip, memang tidak banyak bocoran yang beredar seperti Fold. Render animasi dari Android Headlines dan Onleaks menunjukkan bahwa ponsel itu memiliki layar eksternal yang lebih besar dan lebih mirip dengan Motorola Razr.

    Hal ini berarti Galaxy Z Flip 7 akan meluas di sekitar lensa kamera ganda dengan total ruang layar 3,6 inci secara keseluruhan. Layar bagian dalam juga diatur untuk bertambah satu inci, menjadi 6,8 inci, meskipun ketebalannya harus tetap sama.

    Galaxy Z Flip 7 keseluruhan mungkin sedikit lebih lebar, pada 75,2 mm, tetapi dimensi lainnya seharusnya kira-kira setara dengan Z Flip 6, seperti juga spesifikasi kameranya. Detail prosesor belum diketahui.

    Nah, itu dia beragam bocoran yang beredar terkait Samsung Galaxy Z Flip 7 dan Fold 7, serta kehadiran varian terbaru. Berbagai rumor ini baru bisa diyakini 100% setelah acara peluncuran resmi dari Samsung. Kita tunggu besok!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Meski Kena Tarif 32% Trump, Kemenkeu Hitung Pertumbuhan Ekonomi Bisa Capai 5,2%-5,8%

    Meski Kena Tarif 32% Trump, Kemenkeu Hitung Pertumbuhan Ekonomi Bisa Capai 5,2%-5,8%

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan alias Kemenkeu memperhitungkan pertumbuhan ekonomi bisa tetap mencapai 5,2% hingga 5,8% pada tahun depan, meskipun Indonesia kena tarif Trump 32% mulai 1 Agustus 2025.

    Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengklaim target pertumbuhan ekonomi di rentang 5,2%—5,8%, yang tercantum dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026, sudah mempertimbangkan perkembangan ketidakpastian global termasuk tarif Trump.

    “Persiapan kita untuk menetapkan range [rentan] mulai dari pertumbuhannya 5,2% sampai 5,8% ini semuanya adalah hasil kombinasi dari risiko yang kita pantau secara global lalu termasuk kita melihat potensi yang kita miliki,” jelas Febrio di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).

    Dia mengingatkan bahwa perdagangan global tidak statis. Artinya, jika Indonesia menghadapi kendala dengan satu negara maka pelaku usaha juga akan melakukan penyesuaian.

    Febrio menjelaskan langkah tersebut disebut trade diversion atau pengalihan perdagangan. Dengan demikian, jika satu negara memberikan hambatan maka pelaku usaha akan melihat peluang di negara-negara lain untuk menjadi tambahan tujuan ekspor.

    “Jadi, adjustment [penyesuaian] ini yang nantinya memang untuk resiliensi. Dari sektor-sektor tertentu, pemerintah pasti akan memberikan perhatian dan ini sedang kita siapkan,” ujarnya.

    Di samping itu, Febrio menyatakan tim negosiasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto masih akan tetap berupaya menurunkan tarif Trump. Airlangga, sambungnya, sedang di Washington DC untuk bertemu dengan perwakilan pemerintah AS.

    Dia menjelaskan jika tarif 32% bisa turun maka target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan bisa dimaksimalkan dalam rentang yang sudah ditetapkan.

    “Dengan negosiasi ini kita harapkan ada perbaikan lah, jadi ada beberapa contoh yang bisa kita lihat seperti Vietnam dan sebagainya. Kan juga ada beberapa hasil ya dari negosiasi tersebut,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, mantan peneliti LPEM FEB UI itu menekankan bahwa Indonesia juga punya peluang pertumbuhan yang sumbernya dari dalam negeri. Dia mencontohkan ketahanan tangan, ketahanan energi, sektor pendidikan, dan sektor kesehatan termasuk investasi hingga hilirisasi.

    Pengumuman Trump soal Tarif Impor RI

    Adapun Trump mengumumkan bahwa Indonesia akan tetap dikenakan tarif resiprokal sebesar 32% melalui surat terbuka yang diunggah di akun Truth Social @realDonaldTrump pada Selasa (8/7/2025). Trump juga mengunggah surat terbuka penetapan tarif ke berbagai negara. 

    Sebagai perbandingan, Thailand dikenakan tarif 36%, Kamboja 36%, Bangladesh 35%, Myanmar 40%, Laos 40%. Sementara itu, Malaysia, Korea Selatan, Jepang dikenakan tarif 25%.

    Untuk Indonesia, Trump menegaskan penerapan tarif ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan perdagangan yang adil antara kedua negara.

    “Harap dipahami bahwa angka 32% jauh lebih sedikit dari apa yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesenjangan Defisit Perdagangan yang kita miliki dengan Negara Anda,” ujar Trump dalam surat tersebut. 

    AS juga setuju untuk terus bekerja sama dengan Indonesia, meskipun memiliki defisit perdagangan yang signifikan dengan Indonesia. Trump mengundang RI untuk berpartisipasi dalam ekonomi Amerika Serikat, sebagai pasar utama dunia saat ini. 

    Kendati demikian, setelah bertahun-tahun, hubungan dagang AS dengan Indonesia dinilai tak adil karena menyebabkan defisit mendalam. 

    “Kami harus menjauh dari defisit perdagangan jangka panjang, dan sangat gigih, yang ditimbulkan oleh tarif Indonesia, dan Non Tarif, Kebijakan dan Hambatan Perdagangan. Sayangnya, hubungan kami jauh dari Timbal Balik,” tuturnya. 

  • Pangsa Ekspor CPO RI ke AS Terancam Susut Imbas Tarif Trump

    Pangsa Ekspor CPO RI ke AS Terancam Susut Imbas Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menyebut pangsa pasar ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia ke Amerika Serikat (AS) bisa menyusut imbas pengenaan tarif Presiden AS Donald Trump sebesar 32%.

    Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan penurunan pangsa pasar ekspor CPO Indonesia ke Negara Paman Sam itu mengingat tarif yang dikenakan Trump lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor seperti Malaysia.

    Jadi tarif yang dikenakan 32% termasuk untuk CPO, ini jelas akan berpotensi mengurangi market share kita di pasar Amerika, terlebih melihat Malaysia dikenakan tarif yang lebih rendah yakni 25%.

    “Dengan adanya perbedaan tarif ini, maka berpotensi share ekspor CPO Malaysia ke Amerika akan meningkat. Walaupun secara keseluruhan share impor Amerika terhadap CPO dari seluruh dunia tetap Indonesia lebih besar, tapi menyusut dari pangsa pasarnya,” kata Faisal kepada Bisnis, Selasa (8/7/2025).

    Dalam kondisi seperti ini, Faisal menyebut pemerintah perlu mencari pasar alternatif untuk mengekspor komoditas unggulan Indonesia, salah satunya CPO.

    “Jadi kita lebih serius untuk menggali pasar-pasar tradisional untuk CPO kita yang sebetulnya punya jangkauan pasar yang luas karena tingkat daya saingnya yang relatif tinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya,” ujarnya.

    Dihubungi terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyebut kinerja ekspor CPO berpotensi menurun imbas kebijakan Trump yang tetap mengenakan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap Indonesia.

    Berdasarkan catatan Gapki, ekspor minyak sawit Indonesia ke AS terus meningkat selama lima tahun terakhir. Adapun, volume ekspor tertinggi terjadi pada 2023, yakni mampu mencapai 2,5 juta ton. Sayangnya, volumenya turun menjadi 2,2 juta ton pada 2024 dengan pangsa pasar CPO adalah 89%.

    “Apabila tarif [AS terhadap Indonesia] tetap 32%, ada kemungkinan ekspor [CPO] akan menurun, besarnya berapa belum tahu,” ucap Eddy kepada Bisnis.

    Menurutnya, importir di Negara Paman Sam akan mengalihkan pasar ke negara dengan tarif lebih rendah, seperti Malaysia, imbas adanya tarif tinggi ini.

    “Yang paling mungkin importir di AS akan bergeser ke negara lain seperti Malaysia dan negara-negara di Amerika Latin, karena tarif mereka di bawah Indonesia,” ujarnya.

    Kendati demikian, Eddy menyebut ke depan, tren ekspor CPO Indonesia belum tentu bakal terus menurun. Sebab, kondisi ini tergantung pada kondisi minyak nabati lain, seperti minyak kedelai hingga minyak bunga matahari.

    “Belum tentu trennya turun terus, tergantung minyak nabati lain. Apabila supply mereka kurang, maka permintaan minyak sawit akan meningkat,” jelasnya.

    Dia menjelaskan bahwa harga minyak sawit harus kompetitif dibandingkan minyak nabati lain. Sebab, harga yang kompetitif akan mempengaruhi kinerja ekspor CPO ke depan.

    “Jangan sampai harga minyak sawit lebih mahal dari minyak nabati lain seperti bunga matahari dan minyak kedelai seperti di tahun 2024 dan di awal 2025 [sampai April], ini juga akan menurunkan ekspor minyak sawit,” jelasnya.

    Adapun untuk menghadapi tarif Trump, lanjut dia, diversifikasi ke pasar nontraditional merupakan kunci, seperti ke Afrika, Timur Tengah, Rusia, dan Asia Tengah.

    “Juga harus terus menjaga pasar tradisional agar jangan turun seperti China, India, Pakistan, dan Uni Eropa yang saat ini sebagai empat besar pasar minyak sawit Indonesia,” tandasnya.

  • Nasib Warga China Ditangkap Usai Maling Rahasia Amerika

    Nasib Warga China Ditangkap Usai Maling Rahasia Amerika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Warga China bernama Xu Zewei ditangkap di bandara Malpensa, Milan, Italia, pada Kamis (3/7) pekan lalu. Ia diduga terlibat dalam grup peretas ‘Hafnium’ yang dibekingi pemerintah China untuk mencuri rahasia terkait vaksin Covid-19 di AS pada pandemi 2020 silam.

    Kepolisian Italia mendapat surat perintah penangkapan internasional dari Amerika Serikat (AS) untuk menangkap Xu. Pria berusia 33 tahun tersebut diduga membobol software email Microsoft pada 2021 dalam kampanye espionasi berskala besar, menurut sumber yang familiar dengan isu tersebut.

    Sumber itu juga mengatakan dakwaan AS terhadap 9 orang yang menuduh Xu berpartisipasi dalam peretasan tersebut akan segera dikeluarkan, dikutip dari Financial Times, Selasa (8/7/2025).

    Saat ini Xu ditahan di penjara Italia yang jaraknya tak jauh dari bandara tempat ia ditangkap. Sumber dalam menyebut Xu akan didakwa atas dengan melakukan pembobolan komputer dalam periode Februari 2020 hingga Juni 2021.

    “Xu ditangkap atas permintaan otoritas AS dengan dugaan kejahatan siber yang ditujukan untuk espionase industri,” kata Kementerian Luar Negeri Italia.

    Sementara itu, Kementerian Hukum Italia mengatakan Roma telah menerima permintaan resmi dari AS untuk ekstradisi Xu.

    Departemen Kehakiman AS (DOJ) menolak berkomentar. Pengacara Xu di Italia tak merespons permintaan komentar dari Financial Times.

    Proses ekstradisi Xu dijadwalkan akan dimulai di pengadilan Milan pada Selasa (8/7) ini.

    Penangkapan warga China yang mengaku sebagai spesialis IT disebut akan membawa dilema secara diplomasi bagi Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. Posisinya terhimpit antara Washington dan Beijing.

    Selama ini, Meloni terus menjaga hubungan personal yang baik dengan Presiden AS Donald Trump. Ia juga menilai AS sebagai salah satu sekutu terpenting bagi Italia, meski hubungan AS dan Eropa sedang tegang.

    Di sisi lain, Meloni juga menjaga hubungan diplomasi yang baik dengan China, meski memutuskan untuk membatalkan keterlibatan Italia dalam program andalan ‘Belt and Road Initiative’ yang dicanangkan Presiden China Xi Jinping.

    Sebagai informasi, di masa pandemi Covid-19, FBI bersama Lembaga Keamanan Infrastruktur dan Keamanan Siber AS beberapa kali menuduh Beijing berupaya mencuri penelitian penting dari AS terkait penyakit tersebut.

    Lembaga-lembaga AS menuduh China mencoba membobol sistem komputer yang digunakan para peneliti AS untuk mempelajari virus Covid-19.

    Pada pertengahan 2020, DOJ mendakwa dua warga China atas dugaan berupaya mengakses penelitian AS, sebagai bagian dari upaya luas untuk mencuri rahasia dagang AS.

    Kala itu, Global Times yang merupakan media bekingan China mengatakan Washington tak memiliki bukti kuat untuk mendukung tuduhannya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Nego Tarif Trump, Indonesia Lobi Exxon dan Chevron Buat Impor Minyak – Page 3

    Nego Tarif Trump, Indonesia Lobi Exxon dan Chevron Buat Impor Minyak – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Indonesia bakal terus berupaya melobi Amerika Serikat (AS), usai Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan tarif impor sebesar 32 persen kepada Indonesia. Salah satunya dengan menawarkan impor energi dari Negeri Paman Sam, dengan estimasi nilai USD 15,5 miliar.

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, Pemerintah RI berupaya untuk membuat neraca perdagangan Indonesia-AS lebih seimbang.

    Salah satunya, dengan melakukan impor langsung minyak dari Amerika Serikat. Lantaran selama ini Indonesia lebih memilih untuk mendatangkan minyak mentah dari Singapura yang jadi negara perantara.

    “Karena selama ini juga kita mengimpor dari beberapa negara. Ada yang indirect, kita melaksanakan impor dari Singapura. Kemudian kita juga mengimpor dari Timur Tengah,” ujar Yuliot di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

    Komunikasi dengan ExxonMobil dan Chevron

    Untuk itu, Indonesia telah menjalin komunikasi dengan beberapa raksasa migas asal AS, seperti ExxonMobil dan Chevron untuk melakukan impor minyak mentah secara langsung.

    “Jadi dengan beberapa produsen minyak dari Amerika kita juga sudah berkomunikasi. Seperti dengan Exxon, mereka punya produksi global sekitar 5,5 juta barel per hari. Sementara untuk Chevron mereka punya tingkat produksi secara global sekitar 3 juta barel,” ungkapnya.

    “Mereka selama ini suplai ke Singapura, dari Singapura baru kita impor. Jadi pada saat posisi kita indirect, berarti akan tercatat bukan ekspor dari Amerika, tapi tercatat dari negara lain. Itu yang jadi catatan kita,” kata Yuliot.

     

  • Amerika Serikat Tetap Terapkan Tarif Impor 32 Persen untuk Produk Indonesia

    Amerika Serikat Tetap Terapkan Tarif Impor 32 Persen untuk Produk Indonesia

    JAKARTA – Amerika Serikat (AS) tetap memberlakukan tarif impor resiprokal sebesar 32 persen untuk produk asal Indonesia, yang akan mulai berlaku 1 Agustus 2025.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan bahwa kebijakan ini disebut sebagai langkah tegas untuk mengoreksi defisit perdagangan yang dinilai tidak berkelanjutan dan merugikan ekonomi serta keamanan nasional Amerika.

    “Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan tarif sebesar 32 persen untuk semua produk asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat, terpisah dari semua tarif sektoral lainnya. Barang-barang yang diteruskan melalui negara ketiga untuk menghindari tarif yang lebih tinggi juga akan dikenakan tarif tersebut,” jelasnya dalam surat yang beredar, Selasa, 8 Juli.

    Dalam surat resmi yang ditujukan kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Trump menegaskan bahwa hubungan dagang kedua negara selama ini tidak bersifat timbal balik dan Indonesia dinilai menerapkan berbagai hambatan tarif dan non-tarif yang menyulitkan akses produk Amerika ke pasar domestik Indonesia.

    “Kami telah bertahun-tahun berdiskusi mengenai hubungan dagang dengan Indonesia, dan kami menyimpulkan bahwa kami harus menjauh dari kebijakan jangka panjang yang sangat persisten yang menyebabkan defisit perdagangan besar karena tarif dan kebijakan non-tarif serta hambatan perdagangan dari Indonesia. Hubungan kita sejauh ini, sayangnya, tidak bersifat timbal balik,” tuturnya.

    Trump juga menegaskan bahwa tarif 32 persen tersebut bisa dinaikkan jika Indonesia menaikkan tarif balasan, namun terbuka untuk diturunkan jika Indonesia membuka pasarnya dan menghapus berbagai hambatan perdagangan.

    “Harap dipahami bahwa tarif ini adalah tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki ketimpangan selama bertahun-tahun akibat kebijakan tarif dan non-tarif serta hambatan perdagangan dari Indonesia, yang menyebabkan defisit perdagangan tidak berkelanjutan terhadap Amerika Serikat,” jelasnya.

    Menurutnya bahwa angka tarif resiprokal 32 persen ini sebenarnya jauh lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk mengeliminasi defisit perdagangan yang dimiliki dengan Indonesia.

    Trump juga mengundang pelaku usaha Indonesia untuk berinvestasi langsung di Amerika, dengan proses perizinan yang cepat dan insentif bagi perusahaan yang membangun fasilitas produksi di dalam negeri AS.

    “Seperti yang Anda ketahui, tidak akan ada tarif untuk Indonesia, atau bagi perusahaan yang berasal dari negara Anda, jika mereka memutuskan untuk membangun atau memproduksi produk di Amerika Serikat. Bahkan, kami akan melakukan segala cara untuk mempercepat persetujuan secara cepat, profesional, dan rutin dengan kata lain, dalam hitungan minggu,” jelasnya.

    Trump juga berharap dapat bekerja sama dengan Indonesia sebagai mitra dagang untuk bertahun-tahun yang akan datang.

    “Jika Anda ingin membuka pasar perdagangan Anda yang selama ini tertutup terhadap Amerika Serikat, dan menghapus tarif serta kebijakan non-tarif dan hambatan perdagangan, kami mungkin akan mempertimbangkan penyesuaian terhadap surat ini. Tarif ini dapat diubah, naik atau turun, tergantung pada hubungan kami dengan negara Anda. Anda tidak akan pernah kecewa dengan Amerika Serikat,” jelasnya.

  • Rupiah Perkasa Buntut AS Kenakan Tarif Impor Tinggi ke 14 Negara Asia dan Afrika – Page 3

    Rupiah Perkasa Buntut AS Kenakan Tarif Impor Tinggi ke 14 Negara Asia dan Afrika – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Selasa, 8 Juli 2025. Rupiah ditutup menguat 34 poin terhadap Dolar AS, setelah sebelumnya sempat melemah 40 poin di ilevel Rp 16.205 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.239.

    “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.200 – Rp 16.250,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

    Rupiah menguat meski di tengah kekhawatiran pasar tentang meningkatnya kemungkinan perang dagang yang meluas, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump tentang surat perdagangan yang dikirim ke Korea Selatan dan Jepang, yang menetapkan bea atas barang dan produk.

    Ibrahim menyoroti, potensi perang dagang berlanjut setelah Trump mengumumkan tarif 25% untuk semua produk impor asal Korea Selatan dan Jepang yang dikirim mulai 1 Agustus mendatang.

    “Sentimen risiko memburuk saat pasar bersiap menghadapi batas waktu tanggal 9 Juli, ketika Amerika Serikat (AS) diperkirakan secara resmi memberi tahu mitra dagang tentang tarif baru yang berpotensi setinggi 70%, yang menargetkan lebih dari 100 negara,” papar Ibrahim. Trump juga merilis serangkaian surat yang menguraikan tarif perdagangan yang lebih tinggi pada beberapa negara Asia dan Afrika.

    Tarif tinggi ini termasuk 25% pada Korea Selatan, Jepang, Malaysia, dan Kazakhstan, bea masuk 30% pada Afrika Selatan, bea masuk 32% pada Indonesia, pungutan 35% pada Bangladesh, dan pungutan 36% pada Thailand. Adapun data ekonomi AS yang kuat memicu taruhan bahwa Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

    “Ancaman tarif Trump juga memacu beberapa permintaan untuk greenback, di tengah kekhawatiran bahwa pungutan tersebut akan bersifat inflasi bagi ekonomi AS,” tambah Ibrahim.

     

  • Donald Trump Terapkan Tarif Impor 32% untuk Indonesia, Ini Respons Wamendag – Page 3

    Donald Trump Terapkan Tarif Impor 32% untuk Indonesia, Ini Respons Wamendag – Page 3

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan mengenakan tarif impor tinggi kepada sedikitnya 14 negara mulai 1 Agustus 2025. Indonesia rencananya akan terkena tarif impor sebesar 32%.

    Tujuan pengenaan tarif impor dikatakan demi keadilan dengan melihat defisit perdagangan AS dengan negara-negara lain. Tarif Impor baru ini akan berlaku mulai 1 Agustus mendatang. Pemberlakuan tarif ini mundur dari waktu sebelumnya, yang seharusnya berlaku mulai 9 Juli ini.

    Melansir laman CNBC, Selasa (8/7/2025), pengenaan tarif impor Amerika ini diumumkan Trump pada Senin (7/7/2025) waktu setempat. Trump membagikan informasi tarif impor melalui serangkaian unggahan media sosial, yang diposting di situs Truth Social.

    Indonesia termasuk dalam 14 negara yang terkena tarif impor tinggi tersebut sebesar 32%. Adapun negara lainnya yakni Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, Myanmar, Bosnia dan Herzegovina, Tunisia, Indonesia, Bangladesh, Serbia, Kamboja, dan Thailand.

    Dalam isi surat yang akan dikirim Trump menyebutkan, barang-barang yang diimpor AS dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia akan dikenakan tarif impor 25%.

    Sementara barang-barang dari Afrika Selatan dan Bosnia akan dikenakan tarif 30%. Bangladesh dan Serbia akan dikenakan tarif impor 35%. Kamboja dan Thailand akan dikenakan tarif 36%. Selain itu, impor dari Laos dan Myanmar akan dikenakan bea masuk sebesar 40%.

    Dalam surat-surat yang ditandatangani langsung Donald Trump tersebut menyatakan bahwa AS “mungkin” akan mempertimbangkan untuk menyesuaikan besaran tarif baru, namun dikatakan itu semua “tergantung pada hubungan kami dengan Negara Anda.”

     Donald Trump membuat keputusan itu “berdasarkan informasi tambahan dan rekomendasi dari berbagai pejabat senior.”

     

  • Kena Tarif Trump 32%, Indonesia Tetap Impor Minyak dan LPG dari AS? – Page 3

    Kena Tarif Trump 32%, Indonesia Tetap Impor Minyak dan LPG dari AS? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk mengenakan tarif impor 32 persen kepada Indonesia. Keputusan itu muncul tatkala Indonesia tengah berupaya untuk memangkas surplus neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), termasuk lewat rencana impor energi seperti minyak mentah dan LPG hingga senilai USD 15,5 miliar.

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, Pemerintah RI melalui perwakilan delegasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bakal terus berupaya untuk membujuk Amerika Serikat agar menurunkan tarif impor.

    “Jadikan untuk keberlanjutan, pak Menko Perekonomian masih mengupayakan. Jadi kan kita sudah offer untuk trade balance dari sisi energi sekitar USD 15,5 miliar. Jadi kita lihat saja keputusan akhirnya,” ujar Yuliot di Jakarta, Selasa (8/7/2025).

    Saat ditanya apakah penetapan tarif resiprokal tersebut turut berdampak pada proses negosiasi dagang, Yuliot meminta agar publik tetap tenang. Ia menyerahkan keputusan akhirnya kepada tim delegasi maupun Donald Trump.

    “Kita lihat itu kebijakan dari Presiden Trump kira-kira bagaimana. Jadi untuk beberapa negara sudah ditetapkan, sudah disampaikan oleh beliau sendiri, termasuk Indonesia. Jadi, kita relatif harus cool juga menanggapi kondisi seperti ini,” ungkapnya.

    Begitu pun soal putusan apakah nantinya Indonesia bakal tetap memperbanyak impor energi langsung dari AS meskipun terkena tarif 32 persen, ia memilih tak banyak berbicara. “Kita tunggu pak Airlangga,” kata Yuliot.