Negara: Amerika Serikat

  • Trump Ancam Tambah Tarif 10%, Mensesneg Tegaskan RI Tidak akan Keluar dari BRICS

    Trump Ancam Tambah Tarif 10%, Mensesneg Tegaskan RI Tidak akan Keluar dari BRICS

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menegaskan Indonesia akan tetap menjadi anggota BRICS, meski Presiden AS Donald Trump berencana menerapkan tarif tambahan sebesar 10% kepada negara-negara BRICS. 

    Politisi Gerindra ini menyebut hingga hari ini saja Indonesia masih terus berupaya melanjutkan negosiasi dengan pemerintah AS.

    “Tidak [menarik diri dari BRICS]. Jadi yang per hari ini dapat kami sampaikan adalah kita tetap melanjutkan upaya untuk bernegosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat,” tegasnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

    Dia melanjutkan, Trump memberi tenggat waktu sampai 1 Agustus 2025 berkenaan berlakunya tarif respirokal sebesar 32%. Di jeda waktu tersebut, Pras mengatakan tadi malam saja pihaknya terus berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto untuk melanjutkan membali proses negosiasi.

    “Di situ kan dibuka beberapa ruang juga, kalau kaitannya dengan rencana pengenaan kembali tarif 10% bagi anggota BRICS, kami merasa itu bagian dari keputusan kita kalau kita bergabung dengan BRICS yang kemudian itu ada konsekuensi, mau tidak mau harus kita hadapi,” ujarnya.

    Di sisi lain, Pras juga menepis adanya jalan buntu (deadlock) dalam negosiasi beberapa bulan sebelumnya karena tarif respirokal Indonesia tetap dikenakan tarif 32%.

    “Bukan deadlock, yang namanya bernegosiasi kan saling memberikan tawaran. Dari Pemerintah Indonesia juga sudah memberikan tawaran kan, kalau kemudian itu memang dirasa per hari ini belum diterima oleh pemerintah Amerika ya kita coba lagi lakukan negosiasi ulang,” ucapnya.

    Meski begitu, dia menyatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah merasa hal yang ditawarkan kepada pemerintah AS sudah cukup menjawab yang selama ini “menjadi catatan dari pihak AS”.

    Diberitakan sebelumnya, Pemerintahan Presiden Donald Trump belum akan langsung memberlakukan tarif impor baru sebesar 10% terhadap negara-negara anggota BRICS, namun siap melakukannya jika negara-negara tersebut mengambil kebijakan yang dinilai “anti-Amerika”. 

    Trump sebelumnya menyatakan bahwa AS akan mengenakan tarif tambahan kepada negara mana pun yang berpihak pada kebijakan yang disebutnya sebagai “anti-Amerika” yang diusung oleh BRICS. 

    Pernyataan tersebut memicu bantahan keras dari para anggota BRICS, yang menegaskan bahwa mereka tidak bersikap bermusuhan terhadap Washington. 

    “Garis sudah ditarik. Jika ada keputusan kebijakan yang dinilai anti-Amerika, maka tarif akan diberlakukan,” demikian menurut sumber Gedung Putih yang mengetahui rencana ini, seperti dilansir Reuters, Selasa (8/7/2025).

  • Rahasia Umur Panjang Dokter Jantung di Jepang, Umurnya Nyaris Seabad

    Rahasia Umur Panjang Dokter Jantung di Jepang, Umurnya Nyaris Seabad

    Jakarta

    Meskipun umur manusia tidak dapat diprediksi, menjaga gaya hidup sehat bisa menjadi salah satu faktor untuk mendapatkan umur panjang.

    Dikutip dari CNBC Make It, seorang dokter jantung di Osaka Jepang bernama Reizo yang berusia 96 tahun diketahui memiliki rutinitas yang disebut membantunya hidup hingga hampir satu abad.

    Berikut delapan rutinitas rahasia panjang umur ala ahli jantung asal Jepang.

    1. Jalan Pagi

    Reizo dan istrinya selalu menyempatkan untuk jalan kaki di pagi hari, sekitar pukul 05.00. Keduanya menyediakan waktu untuk berjalan kaki pagi selama 30 menit hingga satu jam.

    “Kakek dan nenek saya memanfaatkan jalan pagi untuk memulai hari mereka dengan penuh semangat,” ujar Mika Cribbs, cucu dari Reizo.

    2. Olahraga Ringan

    Tidak berhenti hanya dengan jalan kaki. Reizo melakukan olahraga dengan intensitas ringan seperti peregangan, latihan kekuatan dan keseimbangan.

    Menurut Cribbs, kakek dan neneknya memilih jenis latihan yang berbeda setiap harinya. Olahraga yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tubuh mereka.

    3. Merawat Hubungan Sosial

    Kebahagiaan dari Reizo salah satunya berasal dari orang-orang tercintanya. Reizo tidak pernah merasakan kesepian karena kasih sayang keluarganya masih bisa dirasakannya.

    Menurut Cribbs, kakeknya menjaga hubungan dengan orang-orang yang dirinya kenal di media sosial, bahkan cucu-cucunya di Amerika Serikat.

    Reizo juga dikenal sebagai pribadi yang terus menjaga otaknya agar tetap aktif, salah satunya dengan rutin menulis.

    “Sejak 2014, kakek saya menyempatkan beberapa menit hampir setiap hari untuk menuliskan pemikiran, pengalaman, dan pandangannya di blog. Saat ini, ia sudah memiliki lebih dari seribu postingan,” ungkap Cribbs.

    5. Menikmati Seni dan Berkarya

    Selain menulis blog, pria berusia 96 tahun tersebut juga mengekspresikan diri melalui karya seni seperti melukis.

    “Kakek saya juga seorang seniman. Setiap hari, dia duduk dan menggambar potret dirinya sendiri. Dia sangat cermat ketika menggambar garis, shading, dan detail. Itu juga dilakukan kakek saya untuk lebih memahami diri sendiri,” kata Cribbs.

    6. Mencoba Hal Baru

    Meskipun sudah lanjut usia, Reizo memilih untuk tetap mencoba hal-hal baru dalam hidupnya. Ini yang membuat hidupnya menjadi menyenangkan dan tidak monoton.

    Selama pandemi, lansia asal Osaka itu memulai hobi baru dengan berkebun, memainkan alat musik baru untuk membantu pernapasan dan menelan, belajar keterampilan baru, hingga melakukan petualangan baru.

    7. Tidur Siang

    Tidur siang menjadi salah satu aktivitas yang tidak pernah dilewatkan oleh Reizo. Menurut Cribbs, ini merupakan salah satu cara dari kakeknya untuk mengisi ulang energi.

    “Kesadaran untuk tahu kapan harus beristirahat sangat berperan besar untuk umurnya yang panjang,” kata Cribbs.

    8. Makan Enak

    Kebahagiaan bisa didapatkan dari makanan enak yang dikonsumsi dan ini yang dilakukan oleh Reizo. Salah satu rahasia panjang umur dan bahagia orang Jepang adalah merasakan kenikmatan hidup dengan mengonsumsi makanan enak.

    “Namun, biasanya nenek saya juga selalu menyajikan makanan yang lebih sehat, seperti berbagai jenis sayuran yang diolah menjadi kari ala Jepang,” kata Cribbs.

    (dpy/kna)

  • Tarif Impor Berlaku Agustus 2025, Pemerintah: Masih Ada Peluang Nego Ulang – Page 3

    Tarif Impor Berlaku Agustus 2025, Pemerintah: Masih Ada Peluang Nego Ulang – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi menetapkan tarif impor sebesar 32 persen terhadap produk asal Indonesia.

    Kebijakan ini tertuang dalam surat resmi yang telah dikirimkan kepada Presiden Prabowo Subianto. Meskipun surat tersebut dikirim sebelum tanggal 9 Juli 2025, penerapan tarif baru ini akan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus 2025.

    Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia segera merespons kebijakan tersebut dengan mengirimkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ke Amerika Serikat.

    “Nah, jadi kehadiran Pak Menko di sana (Amerika) untuk bertemu dengan pihak-pihak terkait merupakan respons dari pemerintah Indonesia terhadap surat yang disampaikan oleh pemerintah AS,” kata Haryo dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

    Manfaatkan Waktu Dialog

    Haryo menyebut bahwa pemerintah memanfaatkan jeda waktu sebelum kebijakan diterapkan untuk berdialog dan mencari titik temu.

    “Karena dari surat tersebut, kami melihat masih tersedia ruang untuk merespons, dan penerapannya juga dijadwalkan baru dimulai tanggal 1 Agustus,” ujarnya.

    Langkah cepat ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia tidak tinggal diam. Pemerintah berupaya keras membangun komunikasi agar tidak terjadi ketegangan yang dapat merugikan kedua negara, khususnya dalam hubungan perdagangan.

    “Jadi, pemerintah Indonesia dalam hal ini akan mengoptimalkan kesempatan yang tersedia demi kepentingan nasional ke depan,” tambahnya.

     

  • Pemerintahan Trump Yakin Kebijakan Tarif Bikin Untung Rp 1.600 T

    Pemerintahan Trump Yakin Kebijakan Tarif Bikin Untung Rp 1.600 T

    Kebijakan tarif yang radikal dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendatangkan lonjakan pendapatan setelah para importir harus membayar bea masuk yang lebih tinggi.

    Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, yakin kebijakan tarif akan mendatangkan keuntungan sebesar 300 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.600 triliun hingga akhir tahun 2025.

    Simak berita lainnya seputar tarif Trump di sini.

  • Mengapa Trump Begitu Takut pada BRICS?

    Mengapa Trump Begitu Takut pada BRICS?

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump kembali mempertegas sikap kerasnya terhadap BRICS, aliansi negara-negara berkembang dengan ekonomi besar seperti Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Ia memperingatkan bahwa dorongan kelompok ini untuk melemahkan dominasi dolar AS mengancam supremasi ekonomi Amerika.

    Bertepatan dengan pertemuan tahunan para pemimpin BRICS di Rio de Janeiro, Trump pada Minggu (05/7) bersumpah akan memberlakukan tambahan tarif sebesar 10 persen terhadap negara manapun yang mendukung kebijakan “anti-Amerika” dari blok tersebut. Ancaman itu menambah tekanan di tengah tarif-tarif lain yang sudah diterapkan atau masih direncanakan.

    Penangguhan tarif selama 90 hari yang diberlakukan pemerintahan Trump akan berakhir pada Rabu (9/7). Menurut Gedung Putih, surat pemberitahuan soal tarif impor baru sudah dikirim ke puluhan negara.

    Ancaman terbaru Trump memang lebih kecil dibanding ancaman tarif 100 persen yang ia lontarkan pada Januari lalu terhadap negara-negara yang ia anggap “bermain-main dengan dolar”. Namun ia tetap bersikeras bahwa posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia harus dipertahankan.

    Dalam satu dekade terakhir, BRICS telah tumbuh dari empat menjadi sepuluh anggota, termasuk Indonesia yang bergabung pada Januari. Arab Saudi juga tercantum sebagai anggota, meskipun hingga kini belum secara resmi mengonfirmasi statusnya. BRICS juga memiliki sembilan negara mitra, dan puluhan negara lainnya berada dalam antrean untuk masuk.

    Blok ini sering disebut sebagai alternatif G7 versi Cina, dan kini mencakup seperempat ekonomi global serta hampir separuh populasi dunia.

    Diversifikasi dari dolar, tapi belum ada pengganti yang nyata

    Dalam beberapa waktu terakhir, BRICS semakin gencar mendorong perdagangan antaranggota menggunakan mata uang lokal, sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada dolar.

    Setelah terkena sanksi dan tarif dari Barat, Rusia dan Cina memimpin gerakan yang disebut dedolarisasi. Keduanya telah menyelesaikan sejumlah transaksi energi menggunakan rubel dan yuan. Sementara itu, India sejak 2023 membayar minyak murah dari Rusia dalam yuan, rubel, bahkan dirham dari Uni Emirat Arab.

    “India bersama Brasil mencoba menyeimbangkan narasi anti-Barat dari BRICS yang saat ini didominasi Cina dan Rusia,” ujar Garcia-Herrero, yang juga menjabat Kepala Ekonom Asia Pasifik di bank investasi Prancis, Natixis.

    Situs resmi BRICS mencatat bahwa dari total perdagangan global senilai sekitar 33 triliun dolar AS (sekitar Rp537,9 kuadriliun) pada 2024, hanya sekitar 3 persen atau 1 triliun dolar (sekitar Rp16,3 kuadriliun) yang berasal dari perdagangan antar-anggota BRICS.

    “Mayoritas perdagangan dunia masih diselesaikan menggunakan dolar dan mata uang utama lainnya,” kata ekonom Herbert Poenisch kepada DW. “Butuh waktu dan kerja keras untuk menggulingkan dominasi itu.”

    Dolar AS masih digunakan dalam 90 persen transaksi global dan menyumbang 59 persen dari cadangan devisa dunia. Karena itu, sejumlah ekonom menilai dedolarisasi masih merupakan ancaman jangka panjang yang belum terlalu mendesak.

    Mereka percaya bahwa setiap alternatif dari BRICS akan terganjal oleh kontrol modal terhadap yuan, volatilitas rubel, dan keraguan sejumlah anggota untuk benar-benar meninggalkan dolar.

    BRICS tumbuh cepat tapi belum menghasilkan capaian berarti

    Dengan bergabungnya Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Indonesia, serta makin dekatnya negara-negara mitra baru seperti Aljazair dan Malaysia, BRICS jelas sedang berada dalam fase ekspansi cepat.

    Banyak negara tertarik bergabung karena alasan praktis: mereka ingin dunia yang lebih multipolar dan tidak sepenuhnya dikuasai negara-negara Barat. BRICS dianggap bisa memperkuat posisi negara-negara Belahan Bumi Selatan (Global South) di kancah internasional.

    Negara-negara yang khawatir terkena sanksi Barat seperti Iran dan Rusia berharap BRICS dapat membantu melindungi perekonomian mereka lewat BRICS Pay dan BRICS Bridge, dua sistem yang dirancang sebagai alternatif sistem pembayaran Barat seperti SWIFT.

    Sementara itu, negara-negara seperti Ethiopia dan Mesir berharap mendapat akses pembiayaan pembangunan tanpa syarat politik yang biasa melekat dalam bantuan dari negara Barat. Namun, ancaman terbaru dari Trump bisa membuat mereka berpikir ulang.

    “Sekarang, bergabung dengan BRICS jadi punya konsekuensi,” kata Garcia-Herrero kepada DW. “Itu bisa membuat sebagian negara, terutama yang berpendapatan rendah, jadi ragu.”

    Meski jumlah anggota meningkat dan janji-janji ambisius terus diumbar, BRICS masih kesulitan mewujudkan agenda-agenda besarnya. Blok ini tidak memiliki struktur kelembagaan yang solid dan masih terbelah oleh konflik geopolitik internal, terutama antara India dan Cina.

    Upaya membangun institusi keuangan tandingan juga masih berjalan hati-hati dan dalam skala terbatas. New Development Bank (NDB), yang disebut sebagai penantang Bank Dunia, sejauh ini baru menyetujui pinjaman sebesar 39 miliar dolar (sekitar Rp635,7 triliun). Sebagai perbandingan, Bank Dunia telah menggelontorkan pinjaman lebih dari 1 triliun dolar (sekitar Rp16,3 kuadriliun).

    Para pemimpin BRICS mulai menyadari bahwa memperluas keanggotaan tidak otomatis memperluas pengaruh. Tanpa visi strategis yang jelas, koordinasi yang lebih erat, dan solusi yang nyata, sejumlah pengamat menilai BRICS berisiko menjadi sekadar klub simbolik daripada kekuatan yang mampu mengubah sistem global.

    “Trump seharusnya belum perlu terlalu khawatir,” ujar Poenisch. “BRICS masih dalam tahap awal, dan menjembatani berbagai perbedaan prioritas di antara para anggotanya akan sangat sulit.”

    Perbedaan ideologis sulit dijembatani

    Meskipun terdapat banyak perbedaan, para pemimpin BRICS tetap mengambil sikap tegas terhadap kebijakan tarif Trump saat pertemuan di Brasil. Dalam deklarasi yang dirilis pada Senin 07/6), para pemimpin mengecam sanksi sepihak dan tarif proteksionis meski tidak menyebut nama Trump secara langsung. Mereka memperingatkan bahwa kebijakan semacam itu “mendistorsi perdagangan global” dan melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

    Awalnya hanya forum ekonomi, agenda BRICS kini juga mencakup isu-isu seperti tata kelola kecerdasan buatan (AI), perubahan iklim, dan kesehatan global. Mereka juga mengecam konflik-konflik bersenjata.

    Deklarasi tersebut menyebut serangan terhadap Iran bulan lalu sebagai “pelanggaran hukum internasional”, tanpa menyebut AS atau Israel. Mereka juga menegaskan kembali dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan mengecam penggunaan “kelaparan sebagai senjata” di Gaza.

    Deklarasi itu tidak mengkritik Rusia secara langsung namun mencerminkan kehati-hatian karena Rusia adalah anggota penuh. Namun, mereka mengecam serangan Ukraina terhadap infrastruktur di wilayah Rusia dan menyerukan “penyelesaian damai yang berkelanjutan”.

    Para pemimpin BRICS juga kembali menyatakan komitmen mereka terhadap multilateralisme, penghormatan terhadap hukum internasional, serta reformasi Dewan Keamanan PBB, termasuk dukungan agar Brasil, India, dan satu negara Afrika mendapat kursi tetap.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

    Editor: Prhardani Purba dan Rahka Susanto

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ulah China, Seluruh Dunia Terancam Lumpuh Mendadak

    Ulah China, Seluruh Dunia Terancam Lumpuh Mendadak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jaringan komunikasi di seluruh dunia bisa mendadak lumpuh gara-gara ‘senjata’ super canggih buatan China. Pusat Penelitian Ilmiah Kapal China (CSSRC) dilaporkan mengembangkan alat pemotong super yang bisa menargetkan infrastruktur kabel bawah laut.

    Sebagai informasi, 95% transmisi data global ditopang oleh kabel bawah laut tersebut. Material kabel bawah laut memang sangat tangguh, memiliki lapisan baja, karet, dan polimer yang tebal.

    Kabel bawah laut itu sangat krusial untuk keberlangsungan jaringan komunikasi dan infrastruktur energi di seluruh dunia. Namun, alat pemotong buatan China dikatakan bisa membelah kabel tersebut dengan mudah.

    Alat pemotong China mampu memotong jalur pada kedalaman hingga 4.000 meter atau 2 kali kedalaman infrastruktur komunikasi bawah laut yang ada. Alat ini dirancang untuk diintegrasikan dengan kapal selam berawak dan tak berawak canggih milik China, termasuk seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou.

    Mulanya, alat pemotong canggih itu dikembangkan untuk penyelamatan warga sipil dan penambangan bawah laut. Namun, potensi penggunaan ganda alat ini untuk memotong kabel bawah laut menimbulkan kekhawatiran bagi negara lain.

    Misalnya, pemotongan kabel di dekat titik rawan strategis seperti Guam, dapat mengganggu komunikasi global yang menandakan krisis geopolitik, menurut laporan South China Morning Post.

    Sebagai informasi, kabel bawah laut di Guam penting bagi strategi pertahanan rantai pulau kedua militer Amerika Serikat (AS).

    Desain alat pemotong ini berhasil mengatasi beberapa tantangan teknis signifikan yang disebabkan oleh kondisi bawah laut, menurut tim yang dipimpin oleh engineer Hu Haolong.

    Pada kedalaman 4.000 meter, di mana tekanan air melebihi 400 atmosfer, cangkang paduan titanium dan segel yang dikompensasi minyak pada perangkat tersebut mencegah terjadinya ledakan, bahkan selama penggunaan jangka panjang.

    Dibuat Menggunakan Berlian

    Mata pisau konvensional tidak efektif terhadap kabel yang diperkuat baja. Untuk mengatasi hal ini, Hu dan timnya menciptakan roda gerinda berlapis berlian berukuran 150 mm (enam inci) yang berputar pada kecepatan 1.600 rpm, menghasilkan tenaga yang cukup untuk menghancurkan baja sekaligus meminimalkan gangguan sedimen laut.

    Dirancang untuk kapal selam dengan sumber daya terbatas, alat ini dilengkapi motor satu kilowatt dan peredam gigi 8:1. Meski sistemnya efisien, namun penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan panas berlebih.

    Alat tersebut dioperasikan oleh lengan robotik dalam jarak pandang hampir nol. Perangkat ini juga dilengkapi teknologi pemosisian canggih untuk memastikan penyelarasan yang tepat.

    Bukti Keperkasaan China

    Peluncuran perangkat ini menandai langkah penting seiring upaya China memperluas kehadirannya di infrastruktur bawah laut. Beijing kini mengoperasikan armada kapal selam berawak dan tak berawak terbesar di dunia, dengan kemampuan untuk mengakses semua bagian lautan di dunia.

    Alat pemotong kabel baru China yang dapat dioperasikan dari platform tak berawak yang tersembunyi, memiliki potensi untuk mengeksploitasi kemacetan strategis tanpa perlu muncul ke permukaan.

    Kemampuan ini telah memicu diskusi yang berkembang dalam komunitas penelitian militer, khususnya setelah hancurnya jaringan pipa gas alam dasar laut Rusia oleh oknum tak dikenal selama perang dengan Ukraina.

    Namun, para ilmuwan China bersikeras bahwa alat tersebut, yang telah berhasil memotong kabel setebal 60 mm dalam uji coba di darat, dirancang untuk mendukung “pengembangan sumber daya laut”.

    Pasalnya negara-negara makin terdorong untuk mengalihkan fokus mereka ke arah eksploitasi sumber daya dari laut.

    Terlepas dari tujuan penggunaannya, terobosan baru ini akan makin memungkinkan China untuk meningkatkan kemampuan pengembangan sumber daya lautnya, memajukan ekonomi biru, dan memperkuat statusnya sebagai kekuatan maritim yang sangat penting untuk mencapai tujuan jangka panjang negara tersebut, kata para ilmuwan.

    Beberapa saat lalu, pembangunan ‘stasiun luar angkasa’ sedalam 2.000 meter di dasar Laut Cina Selatan dimulai, yang dirancang untuk menampung sedikitnya enam orang selama sebulan.

    Kita tunggu saja gebrakan mengejutkan dari China selanjutnya dan bagaimana respons dunia terhadap hal tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Honda Disebut Batalkan Proyek SUV Listrik 3 Baris, Ini Sebabnya

    Honda Disebut Batalkan Proyek SUV Listrik 3 Baris, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Honda dikabarkan membatalkan proyek SUV listrik tiga baris mereka. Penyebabnya, Honda melakukan pemangkasan anggaran besar-besaran hingga 30% untuk beberapa model mobil listrik terbaru mereka yang akan dirilis pada 2030 mendatang.

    Seperti dikutip dari Nikkei Asia, pada bulan Mei 2025 Honda mengumumkan akan memangkas anggaran R&D untuk model-model yang akan dirilis pada tahun 2030 dari 10 triliun yen (Rp 1.300 triliun) menjadi 7 triliun yen (Rp 910 triliun).

    Kabarnya sebagian dana yang dihemat tersebut akan difokuskan untuk pengembangan mobil hybrid. Honda juga disebut-sebut tak lagi menargetkan 30% penjualan mobil listrik BEV dari total penjualan mereka pada 2030 nanti.

    Tentunya bukan hal aneh jika pabrikan-pabrikan otmotif ternama dunia merevisi ulang target mereka terkait kendaraan elektrifikasi. Sebelum Honda, Ford dan Toyota sudah lebih dahulu menunda peluncuran crossover EV terbaru mereka.

    Pabrikan besar lainnya seperti Nissan juga menunda peluncuran Xterra listriknya selama sepuluh bulan hingga November 2028 dan saudaranya, Infiniti, hingga Maret 2029.

    Langkah Honda dipandang sebagai reaksi terhadap melambatnya permintaan kendaraan listrik di banyak negara, dan perubahan pajak kendaraan listrik di Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

    Kendati ada efisiensi, Honda masih memiliki beberapa kendaraan listrik yang siap diproduksi, termasuk 0 SUV dan 0 Saloon sedan yang rencananya diluncurkan secara global tahun depan.

    Honda juga sedang mengembangkan Afeela 1 bekerja sama dengan Sony. Sementara itu di China, perusahaan ini sudah memiliki tiga mobil listrik ‘Ye’ – SUV P7 dan S7, serta GT yang akan segera diluncurkan.

    Sehubungan dengan peralihan fokus, Honda akan mengumumkan model hybrid terbaru mereka, termasuk Prelude yang akan segera hadir pada tahun 2027. Arsitektur baru ini disebut-sebut dapat mengurangi biaya hingga 30% dan meningkatkan penghematan bahan bakar hingga 10%.

    Honda memperkirakan penjualan mobil hybrid akan mencapai angka 2,2 juta unit pada tahun 2030, dengan penjualan EV berkurang menjadi sekitar 750.000 unit.

    (lua/dry)

  • Frustrasi dengan Putin, Trump Kirim 10 Rudal Patriot ke Ukraina

    Frustrasi dengan Putin, Trump Kirim 10 Rudal Patriot ke Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan rasa frustrasinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump pun berjanji untuk mengirimkan lebih banyak senjata pertahanan ke Ukraina, termasuk mengirimkan 10 rudal canggih Patriot ke negara yang tengah berperang melawan Rusia itu.

    Berbicara dalam rapat kabinet pada hari Selasa (8/7) waktu setempat, Trump mengatakan ia semakin frustrasi dengan pemimpin Rusia tersebut. “Kami menerima banyak omong kosong yang dilontarkan kepada kami oleh Putin, jika Anda ingin tahu yang sebenarnya. Dia selalu sangat baik, tetapi ternyata tidak ada artinya,” cetus Trump dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (9/7/2025).

    Ketika ditanya apakah ia ingin melihat sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, Trump menjawab: “Saya sedang mempertimbangkannya.”

    Sebelumnya pada hari Senin (7/7) lalu, Trump mengatakan ia “kecewa” dengan presiden Rusia itu dan akan mengirim “lebih banyak senjata” ke Ukraina.

    “Kami akan mengirimkan lebih banyak senjata yang kami miliki kepada mereka (Ukraina). Mereka harus mampu mempertahankan diri. Mereka sedang terpukul sangat keras sekarang,” kata Trump.

    Situs web berita AS, Axios melaporkan bahwa Trump telah setuju untuk segera mengirim 10 rudal Patriot ke Ukraina. Para pejabat Ukraina mengatakan pada hari Selasa, bahwa mereka berterima kasih atas perubahan sikap Trump, tetapi menyebut jumlah rudal Patriot yang dipasok ke Kyiv “sangat kecil”. Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan sedang berusaha untuk mengklarifikasi detailnya.

    Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan belum menerima pemberitahuan resmi tentang perubahan kebijakan tersebut dan “sangat penting” bagi Ukraina untuk memiliki “stabilitas, kontinuitas, dan prediktabilitas” dalam penyediaan senjata, terutama sistem pertahanan udara.

    “Kami berterima kasih kepada Amerika Serikat atas semua dukungannya dan sangat menghargai upaya mitra Amerika yang bertujuan untuk mencapai perdamaian sejati,” kata kementerian dalam pernyataannya.

    Janji Trump untuk menambah pengiriman senjata ke Ukraina muncul setelah serangan udara Rusia selama tujuh jam pada Kamis malam lalu di ibu kota Ukraina, Kyiv, yang melibatkan lebih dari 550 drone dan rudal balistik.

    Departemen Pertahanan AS mengatakan “senjata pertahanan tambahan” kini akan dikirim ke Ukraina “atas perintah Presiden Trump”. Keputusan ini diambil setelah percakapan telepon antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Jumat lalu, yang dipuji oleh Zelensky sebagai percakapan terbaik mereka hingga saat ini.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rincian MoU Dagang RI-AS US$ 34 M, Ada Gandum, Kedelai sampai BBM

    Rincian MoU Dagang RI-AS US$ 34 M, Ada Gandum, Kedelai sampai BBM

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia dan Amerika Serikat resmi menjalin kerja sama atau kemitraan strategis. Kemitraan strategis ini diikat melalui perusahaan-perusahaan Indonesia dan Amerika Serikat dengan komitmen merealisasikan impor senilai US$ 34 miliar.

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan nilai komitmen impor itu jauh lebih tinggi dari defisit transaksi perdagangan yang membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif sebesar 32% terhadap Indonesia, yaitu senilai US$ 18 miliar sampai dengan US$ 19 miliar.

    Komitmen itu telah diumumkan sejak 7 Juli 2025 melalui penandatangan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan AS atau sehari sebelum Trump mengumumkan tetap mengenakan tarif 32% kepada Indonesia setelah negosiasi selama 90 hari.

    Foto: MoU PT Kilang Pertamina Internasional dan KDT Global Resource. (Dok. Istimewa)
    MoU PT Kilang Pertamina Internasional dan KDT Global Resource. (Dok. Istimewa)

    “Hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS selama ini selalu baik dan perlu terus dijaga. Salah satu langkah untuk memperkuat hubungan ini adalah melalui komitmen para pelaku usaha Indonesia untuk membeli produk-produk unggulan AS di sektor pertanian dan energi, dengan nilai total mencapai US$ 34 miliar,” ujar Airlangga dalam siaran pers, Rabu (9/7/2025).

    Pada Senin lalu (7/7/2025), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kedutaan Besar Indonesia di Washington, D.C memang telah menyelenggarakan serangkaian pertemuan bisnis tingkat tinggi.

    Adapun, para pemimpin industri Indonesia dari sektor-sektor strategis seperti energi, dan pertanian turut serta, termasuk PT. Pertamina, dan PT. Busana Apparel Group (mewakili Asosiasi Pertekstilan Indonesia), FKS Group, Sorini Agro Asia Corporindo (sebagai anggota dari Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia), dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia.

    Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan dan komitmen komersial, sebagaimana tercermin dalam penandatanganan berbagai nota kesepahaman, yang membuka jalan bagi peluang kerja sama baru dan memperdalam hubungan ekonomi bilateral.

    Sejumlah kesepakatan kerja sama yang telah dilakukan misalnya antara MoU Indonesia’s Wheat Producer dan US Wheat Associates, MoU Sorini Agro Asia Corporindo dan Cargill terkait pembelian jagung, MoU FKS Group and Zen-Noh Grain Corp terkait pembelian Soybean and Soybean Meals, MoU PT Kilang Pertamina International and ExxonMobil, MoU PT Kilang Pertamina Internasional dan KDT Global Resource, hingga MoU antara PT Kilang Pertamina Internasional dan Chevron.

    “Kami meyakini, kemitraan ini dapat menciptakan ribuan lapangan kerja yang berkualitas, mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta meningkatkan pertukaran pengetahuan dan teknologi di kedua negara,” ungkap Sade Bimantara, Wakil Dubes / Kuasa Usaha Ad Interim, Kedutaan Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

    Indonesia berharap dapat membangun hubungan ekonomi berorientasi pada masa depan yang menguntungkan kedua negara dan berkontribusi pada kemakmuran kawasan dan global.

    Rincian Daftar MoU perusahaan Indonesia dan AS:

    MoU Indonesia’s Wheat Producer and US Wheat Associates
    MoU Sorini Agro Asia Corporindo and Cargill on purchase of corn.Letter from Cotton Council International to Indonesia’s Textile Association
    MoU FKS Group and Zen-Noh Grain Corp on Purchase of Soybean and Soybean
    MoU PT Kilang Pertamina Internasional and ExxonMobil
    MoU PT Kilang Pertamina Internasional dan KDT Global ResourceMoU between PT Kilang Pertamina Internasional and Chevron

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dampak Tarif Trump, AS Berpotensi Raup Bea Masuk US0 Miliar

    Dampak Tarif Trump, AS Berpotensi Raup Bea Masuk US$300 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent menyebut pemerintah berpotensi mendapat penerimaan bea masuk sebesar US$300 miliar dari kebijakan tarif impor yang dikeluarkan Presiden Donald Trump.

    Melansir Reuters pada Rabu (9/7/2025), Bessent menyebut penerimaan bea masuk dari kebijakan tarif telah mencapai sekitar US$100 miliar sepanjang 2025. Dia memperkirakan penerimaan tersebut akan melonjak menjadi US$300 miliar hingga akhir tahun.

    Bessent menyampaikan,  lonjakan pendapatan tarif sebagian besar mulai terealisasi pada kuartal II/2025, setelah Trump memberlakukan tarif universal sebesar 10% atas seluruh impor AS, serta menaikkan bea masuk untuk baja, aluminium, dan otomotif.

    “Jadi, kami memperkirakan totalnya bisa melewati US$300 miliar pada akhir tahun,” ujarnya dalam rapat kabinet di Gedung Putih.

    Menurut juru bicara Departemen Keuangan AS, proyeksi tersebut mengacu pada akhir tahun kalender 2025, yakni 31 Desember, bukan pada akhir tahun fiskal pemerintah AS yang jatuh pada 30 September.

    Apabila target US$300 miliar tercapai, maka penerimaan tarif akan mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa bulan ke depan. Hal tersebut juga mengindikasikan adanya peningkatan tarif secara signifikan dan menyeluruh terhadap berbagai produk impor.

    Bessent menambahkan, Kantor Anggaran Kongres atau Congressional Budget Office (CBO) memperkirakan bahwa pendapatan dari tarif selama 10 tahun ke depan akan mencapai US$2,8 triliun. Namun, menurutnya angka tersebut masih terlalu konservatif.

    Data Departemen Keuangan menunjukkan bea masuk bruto AS mencapai rekor tertinggi sebesar US$22,8 miliar pada Mei 2025, naik hampir empat kali lipat dibandingkan US$6,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

    Dengan demikian, total penerimaan bea masuk sepanjang delapan bulan pertama tahun fiskal 2025 telah mencapai US$86,1 miliar, sementara untuk lima bulan pertama tahun kalender 2025 tercatat sebesar US$63,4 miliar.

    Hasil anggaran bulan Juni dijadwalkan akan diumumkan pada Jumat (11/7/2025) waktu setempat, dan diperkirakan menunjukkan lonjakan tambahan dalam penerimaan bea masuk. 

    Berdasarkan pernyataan harian keuangan Departemen Keuangan, hingga 30 Juni 2025 total gabungan bea masuk dan pajak cukai telah menembus US$122 miliar untuk tahun fiskal berjalan.

    Trump sebelumnya menetapkan tenggat baru pada 1 Agustus 2025 untuk mulai memberlakukan tarif timbal balik yang lebih tinggi terhadap hampir seluruh mitra dagang AS. 

    Namun, pemerintahannya membuka peluang negosiasi dengan beberapa negara dalam tiga pekan ke depan untuk memperoleh keringanan.

    “Uang besar akan mulai masuk pada 1 Agustus. Hal itu sudah cukup jelas melalui surat-surat yang kami kirim kemarin dan hari ini,” kata Trump.

    Dalam kesempatan yang sama, Trump juga mengumumkan rencana penerapan tarif sebesar 50% atas impor tembaga—logam industri yang digunakan di berbagai sektor, mulai dari konstruksi perumahan, elektronik konsumen, kendaraan, jaringan listrik hingga alat-alat militer. 

    Selain itu, tarif tambahan atas produk semikonduktor dan farmasi juga tengah dipersiapkan.