Negara: Amerika Serikat

  • Muslim AS Ogah Pilih Biden di Pilpres 2024 gegara Dukung Agresi Israel

    Muslim AS Ogah Pilih Biden di Pilpres 2024 gegara Dukung Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Komunitas Muslim Amerika Serikat menyatakan enggan memilih Joe Biden dalam pemilihan presiden (Pilpres) tahun depan, usai pemerintahannya saat ini mendukung agresi Israel ke Gaza.

    Mulai muncul tagar #AbandonBiden agar komunitas Arab-AS tak memilih Biden di pilpres tahun depan.

    “Konferensi #AbandonBiden 2024 ini digelar dengan latar belakang pemilihan presiden tahun 2024 mendatang dan keputusan untuk menarik dukungan ke Presiden Biden karena enggan menyerukan gencatan senjata dan melindungi orang-orang tak berdosa di Palestina dan Israel,” kata kelompok tersebut.

    Kampanye penolakan Biden meluas di beberapa negara bagian AS. Di waktu yang bersamaan mereka menuntut Biden menyerukan gencatan senjata permanen. Aksi ini menyebar hingga Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, dan Florida.

    Penolakan mereka terhadap Biden bukan berarti mendukung pesaingnya di Pilpres, Donald Trump.

    “Kami tak mendukung Trump,” ungkap Muslim Amerika.

    Direktur Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Minnesota Jaylani Hussein juga mengatakan mereka punya banyak pilihan.

    “Kami bukan cuma punya dua pilihan. Kami punya banyak pilihan,” kata Hussein.

    Komunitas Muslim di AS ini menganggap penolakan suara mereka ke Biden menjadi satu-satunya cara untuk bisa mengubah arah kebijakan AS.

    AS selama ini memandang Israel berhak membela diri usai kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melakukan serangan dadakan di bagian selatan negara itu.

    Sejumlah pejabat AS juga ogah menyerukan gencatan senjata permanen untuk menyelesaikan konflik Israel-Hamas.

    Biden bahkan mengajukan gagasan jeda kemanusiaan atau humanitarian pause di Gaza.

    Israel dan Hamas sempat sepakat gencatan senjata empat hari sejak 24 November dan diperpanjang hingga total kesepakatan ini menjadi enam hari.

    Namun, sejumlah pihak menilai langkah itu tak cukup. Benar saja, selama gencatan senjata Israel masih menyerang Gaza.

    Dukungan yang menurun dari komunitas Muslim di Negeri Paman Sam tercermin dari salah satu hasil survei baru-baru ini.

    Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan dukungan Biden dari komunitas Arab-Amerika di AS hanya menjadi 17 persen.

    Penurunan suara ini berdampak penting di negara bagian termasuk Michigan.

    Menurut laporan Arab American Institute, Biden meraih suara hingga 5 persen dari warga Amerika keturunan Arab di Michigan. Dia juga menang dengan selisih 2,8 poin.

    (isa/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ultimatum Serius Muslim AS soal Agresi Israel Bisa Bikin Biden Pusing

    Ultimatum Serius Muslim AS soal Agresi Israel Bisa Bikin Biden Pusing

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendapat kecaman sekaligus ultimatum serius dari pemimpin Muslim di negara bagian AS atas dukungannya soal agresi militer Israel ke Palestina.

    Ancaman itu disebut-sebut bisa bikin Biden pusing terkait peluangnya maju di pemilihan presiden AS 2024.

    Para pemimpin Muslim tersebut berjanji pada Sabtu (2/12) akan menggalang komunitas mereka untuk menolak terpilihnya kembali Biden sebagai presiden.

    Dilansir dari Al jazeera, kampanye #AbandonBiden mulai digaungkan saat warga Muslim Amerika di Minnesota menuntut Biden menyerukan gencatan senjata sejak 31 Oktober.

    Aksi ini menyebar hingga Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, dan Florida.

    “Konferensi #AbandonBiden 2024 ini diadakan dengan latar belakang pemilihan presiden tahun 2024 mendatang dan keputusan untuk menarik dukungan kepada Presiden Biden karena keengganannya menyerukan gencatan senjata dan melindungi orang-orang tak berdosa di Palestina dan Israel,”  kata kelompok tersebut.

    Partai Demokrat di Michigan telah memperingatkan Gedung Putih terkait cara Biden menangani perang di Gaza dapat menghilangkan cukup banyak dukungan dari komunitas Arab-Amerika yang mempengaruhi hasil pemilihan presiden 2024, dikutip dari Press TV.

    Presiden dan wakil presiden Amerika Serikat dipilih oleh sekelompok pemilik suara yang sebagian besar dipilih oleh partai politik di negara bagian tersebut.

    “Kami tidak punya dua pilihan. Kami punya banyak pilihan,” kata Jaylani Hussein, direktur Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Minnesota.

    Pernyataan ini dikeluarkan oleh Hussein saat ditanya mengenai alternatif Biden pada konferensi pers di Dearborn, Michigan.

    Dunia perpolitikan Amerika Serikat didominasi oleh dua partai, yaitu Demokrat dan Republik. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi kandidat independen untuk mencalonkan diri.

    Beberapa kandidat presiden Amerika Serikat menyampaikan penolakan mereka terhadap agresi Israel ke Gaza.

    Cornel West, Mantan profesor Harvard dan filsuf kulit hitam terkemuka yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen, menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menentang pendudukan Israel di Palestina.

    Jill Stein, yang ikut serta dalam platform Partai Hijau, juga menuntut adanya gencatan senjata di Gaza.

    Namun, sumbangan pihak swasta ke dalam sistem politik Amerika Serikat membuat kandidat independen lebih sedikit mendapatkan sokongan dana. Hal ini berarti kandidat independen akan sulit mengalahkan calon kandidat dari dua partai besar.

    Hingga saat ini, para pejabat Amerika Serikat menolak tekanan untuk menghentikan perang Israel dan Hamas secara permanen.

    Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menegaskan pernyataan Biden bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri.

    Penolakan komunitas Muslim terhadap Biden bukan berarti mereka mengharapkan kembali kepemimpinan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    “Kami tidak mendukung Trump,” ungkap Muslim Amerika.

    Mereka menganggap penolakan suara terhadap Biden merupakan satu-satunya cara mengubah kebijakan negara tersebut.

    Survey yang baru-baru ini diakan menunjukkan bahwa terjadi penurunan drastis dukungan Arab-Amerika dari suara mayoritas menjadi hanya 17 persen.

    Penurunan suara ini berdampak penting di negara-negara bagian, seperti Michigan, di mana Biden memperoleh kemenangan dengan selisih 2,8 poin persentase dan warga Amerika keturunan Arab memperoleh 5 persen suara, menurut Arab American Institute.

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Houthi Yaman Serukan Siap Kirim Ribuan Milisi ke Gaza Lawan Israel

    Houthi Yaman Serukan Siap Kirim Ribuan Milisi ke Gaza Lawan Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok pemberontak Houthi Yaman bersiap mengirimkan pasukan berjumlah ribuan milisi ke Gaza untuk membantu Palestina melawan Israel.

    Milisi tersebut sebelumnya menggelar parade unjuk kekuatan di Sanaa, Yaman, pada Sabtu (2/12) untuk menyatakan kesiapan mereka dikirim ke Gaza, seperti dilansir dari media Iran, Press TV.

    Dalam foto yang dirilis Reuters, para milisi yang mengenakan baju tradisional Yaman tampak mengangkat senjata api laras panjang di Alun-alun Al Sabeen, Sabtu.

    Terdapat pula spanduk dan poster bertuliskan seruan untuk memboikot Amerika Serikat dan Israel karena telah melancarkan agresi ke Palestina.

    Massa parade meneriakkan slogan “siap melayanimu Al Aqsa,” dan “Wahai Al Quds, tentaramu datang, Ansarullah datang,” hingga “Matilah Amerika dan Israel.”

    Teriakan itu sebagai ungkapan kemarahan atas kekejaman dan kejahayan pasukan Israel melakukan agresi di Gaza dan Tepi Barat, Palestina.

    Parade ribuan milisi Houthi Yaman itu disaksikan langsung oleh pemimpin polotik kelompok tersebut, Muhammad Ali Al Houthi.

    “Di hari yang bersejarah ini, orang-orang Yaman memastikan kesediaan mereka seperti pemimpin Ansarullah (Abdul Malik Al Houthi), semoga Tuhan melindunginya, mengatakan ‘buka jalan bagi kami dan kalian akan mendapati ratusan hingga ribuan orang-orang Yaman siap bergerak mempertahankan tempat suci Masjid Al Aqsa dan bergabung bersama orang-orang Palestina,’” ujar Muhammad Ali Al Houthi, dilansir dari Iran Press TV.

    “Massa ini menunjukkan kesiapan orang-orang Yaman dan kesadaran serta kecemasan mereka terhadap pangkal masalah bagi Muslim dunia,” ia menambahkan.

    Sebelumnya, para pemimpin Houthi Yaman bersumpah akan membantu Palestina melawan agresi Israel.

    Kelompok itu menyatakan siap bekerja sama dengan faksi lain dari “Poros Perlawanan” yang mencakup faksi-faksi Muslim Syiah bekingan Irak dan Hizbullah Lebanon.

    Gerakan Houthi Yaman sendiri pernah memerangi koalisi pimpinan Saudi sejak 2015. Saat itu ratusan ribu orang tewas.

    Ancaman serangan sejumlah faksi ini dilontarkan setelah AS menyatakan bakal memberikan amunisi tambahan ke Israel dan mengerahkan sekelompok kapal induk USS Gerald R Ford ke kawasan Mediterania Timur.

    Saat ini AS bahkan dilaporkan sudah mulai mengirim amunisi dan peralatan militer ke Israel.

    Mereka juga mengklaim bertanggung jawab atas rentetan aksi serangan kapal-kapal dagang Barat dan Israel di Laut Merah menggunakan rudal dan drone.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Wapres AS Tegur Keras Israel: Terlalu Banyak Warga Sipil Terbunuh

    Wapres AS Tegur Keras Israel: Terlalu Banyak Warga Sipil Terbunuh

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menegur keras atas meningkatnya jumlah korban sipil dalam gencatan senjata Israel dan Hamas di Jalur Gaza, Palestina.

    “Terlalu banyak warga Palestina yang tidak bersalah terbunuh,” ujar Harris kepada wartawan pada perundingan iklim PBB di Dubai, Sabtu (2/12) waktu setempat, dikutip dari AFP.

    “Sejujurnya, skala penderitaan warga sipil serta gambar dan video yang datang dari Gaza sangat menyedihkan,” kata dia.

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang di Jalur Gaza tak akan berhenti hingga berhasil “menumpas” kelompok Hamas.

    Netanyahu mengklaim upaya diplomatik berhasil membuat sandera Israel dibebaskan oleh Hamas. Hal itu di luar upaya yang menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan Gaza.

    “(Perang) akan terus berlanjut sampai kita mencapai semua tujuan kita, yaitu mendapatkan kembali para sandera dan melenyapkan Hamas,” jelas Netanyahu saat konferensi pers pada Sabtu (2/12) waktu setempat, dikutip dari Al Jazeera.

    “Operasi darat diperlukan utnuk mencapai tujuan yang disebutkan sebelumnya,” imbuh dia.

    Netanyahu kukuh bahwa pasukan militer Israel tak melanggar peraturan hukum internasional saat melancarkan agresi di Gaza.

    Padahal, Israel terang-terangan melakukan pelanggaran hukum internasional. Terdapat setidaknya tiga hukum internasional yang dilanggar Israel selama agresi ini.

    Mereka menyerang warga sipil hingga korban jiwa yang berjatuhan mencapai lebih dari 15 ribu sejak agresi dimulai pada 7 Oktober lalu. Selain itu, Israel juga menyandera, memblokir kebutuhan dasar, pemindahan paksa warga sipil, hingga menyerang rumah sakit dan tempat ibadah.

    Adapun menurut Netanyahu, ini merupakan perang jangka panjang yang pada akhirnya akan dimenangkan oleh pihaknya.

    Lebih lanjut, Israel dan Hamas tidak menemui kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga berakhir pada Jumat (1/12).

    Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, sepakat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang hingga dua kali.

    Dalam periode gencatan senjata yang berlangsung selama sepekan itu, Netanyahu mengatakan pasukan militernya menghabiskan waktu untuk melanjutkan agresinya di Gaza.

    Setelah gencatan senjata berakhir, sejauh ini dilaporkan lebih dari 180 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka usai Israel kembali menyerang Gaza. Sementara itu, total korban jiwa setelah agresi Israel dimulai pada 7 Oktober lalu mencapai lebih dari 15 ribu yang didominasi perempuan dan anak-anak.

    (pop/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Alasan Gencatan Senjata Israel-Hamas Berakhir sampai Gaza Dibom Lagi

    Alasan Gencatan Senjata Israel-Hamas Berakhir sampai Gaza Dibom Lagi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gencatan senjata Israel dan Hamas di Jalur Gaza Palestina akhirnya berakhir pada Jumat (1/12) setelah keduanya tak lagi mencapai kesepakatan soal perpanjangan jeda pertempuran.

    Israel pun segera melancarkan rentetan serangannya lagi ke Jalur Gaza tak lama setelah masa gencatan senjata habis pada Jumat pagi pukul 07.00 waktu lokal atau 12.00 WIB.

    Militer Israel menyalahkan Hamas atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata. Tel Aviv menuding Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata terutama soal pembebasan sandera.

    Beberapa jam sebelum gencatan senjata selesai, Hamas mengklaim Israel menolak tawaran milisi tersebut soal pembebasan sejumlah sandera tambahan.

    Dilansir Al Jazeera, tiga dari beberapa sandera yang rencananya dibebaskan Hamas ini tewas akibat bombardir Israel selama masa tawanan dan kelompok penguasa Gaza itu berencana mengembalikan jasad mereka.

    Namun, Israel disebut menolaknya lantaran menganggap Hamas melanggar janji untuk membebaskan sandera dengan kondisi selamat.

    Senada dengan Israel, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony J. Blinken juga menyalahkan sikap Hamas yang mengingkari komitmennya menjadi alasan gencatan senjata berakhir tanpa ada perpanjangan lagi. 

    Blinken mengatakan sudah melihat tanda-tanda bahwa Israel telah mengambil langkah baru untuk melindungi warga sipil saat mereka melanjutkan operasi militernya.

    “Penting untuk dipahami mengapa jeda ini berakhir: Ini berakhir karena Hamas. Hamas mengingkari komitmen yang dibuatnya,” kata Blinken di akhir kunjungannya ke Timur Tengah seperti dilaporkan The New York Times.

    Dia mencatat bahwa beberapa jam sebelum gencatan tujuh hari berakhir, Hamas “melakukan serangan teroris yang mengerikan di Yerusalem”. Penembakan pada Kamis (30/11) itu menewaskan tiga orang dan melukai enam orang.

    Hamas memang mengakui bertanggung jawab atas penembakan di Yerusalem tersebut. Blinken juga menambahkan Hamas turut menembakkan roket ke Israel pada Jumat dan gagal membebaskan sandera yang telah dijanjikan untuk bebas.

    PM Netanyahu kian tertekan

    Gencatan senjata berakhir juga berlangsung kala Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus ditekan untuk terus melanjutkan peperangan di Gaza.

    Dikutip Al Jazeera, elite militer Israel telah lama mendesak agar perang di Gaza berlanjut. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan menegaskan pasukannya telah siap menggempur Gaza lagi dari darat, udara, dan laut ketika gencatan selesai.

    Gallant memang sejauh ini yang paling agresif menyerukan agresi Israel ke Gaza berlanjut. Sementara itu, Netanyahu mempertahan sikap hawkish-nya selama konflik ini berlangsung dan memilih untuk tampil sebagai pemimpin secara umum dengan menyerahkan urusan pertahanan sepenuhnya pada militer Israel.

    Sikap ini diambil Netanyahu kala dirinya terus menghadapi tekanan untuk mundur tak hanya dari publik Israel tapi dari beberapa pendahulunya. Sejauh ini, setidaknya tiga mantan PM Israel telah mengkritik keras kepemimpinan Netanyahu yang dianggap gagal menyelamatkan keamanan nasional imbas serangan Hamas ke negara itu pada 7 Oktober lalu.

    Serangan Hamas itu menjadi pematik agresi brutal Israel ke Palestina hingga hari ini telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang, termasuk lebih dari 6 ribu anak-anak dan 4 ribu perempuan.

    Sejak itu, sebagian publik Israel, terutama warga yang tinggal di perbatasan dekat Gaza dan keluarga korban sandera Hamas menganggap pemerintah Zionis kecolongan dan gagal melindungi keamanan nasional. Beberapa survei publik yang dibuat media lokal Israel juga memaparkan mayoritas warga ingin Netanyahu bertanggung jawab atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    (els/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Korea Selatan Sukses Luncurkan Satelit Mata-mata untuk Intai Korut

    Korea Selatan Sukses Luncurkan Satelit Mata-mata untuk Intai Korut

    Jakarta, CNN Indonesia

    Korea Selatan sukses meluncurkan satelit mata-mata militer pertamanya pada Jumat (1/12). Peluncuran terjadi kurang lebih sepekan setelah Korea Utara meluncurkan satelit yang sama.

    Melansir AFP, satelit itu diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa AS Vandenberg di California, Amerika Serikat. Satelit dibawa oleh salah satu roket SpaceX Falcon 9 yang bertuliskan ‘KOREA’.

    Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa satelit tersebut mencapai orbit kira-kira empat menit setelah diluncurkan pada pukul 10.19 waktu setempat. Komunikasi juga telah terjalin dengan kendali darat.

    Artinya, satelit mata-mata Korea Selatan berhasil beroperasi secara normal tanpa kendala.

    Dengan keberhasilan ini, Korea Selatan kini memiliki satelit pengintai yang bisa memantau Korea Utara. Satelit ini diklaim mampu mendeteksi objek sekecil 30 sentimeter.

    “Mempertimbangkan resolusi dan kapasitasnya untuk observasi, teknologi satelit kami berada di peringkat lima besar secara global,” ujar pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

    Korea Selatan sendiri berencana meluncurkan empat satelit pengintai tambahan pada akhir tahun 2025. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengintaiannya di Korea Utara.

    Sebelumnya, Korea Utara juga berhasil meluncurkan satelit mata-mata yang diberi nama Malligyong-1 pada Selasa (21/11) lalu.

    Roket yang membawa satelit tersebut diluncurkan ke arah selatan dan diyakini telah melewati prefektur Okinawa, Jepang.

    Satelit ini diklaim menampilkan citra kota Seoul hingga wilayah yang menjadi pangkalan militer Amerika Serikat.

    (asr/asr)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pejabat Israel Diklaim Abaikan Laporan Intel soal Hamas Akan Menyerang

    Pejabat Israel Diklaim Abaikan Laporan Intel soal Hamas Akan Menyerang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Para pejabat Israel disebut telah menerima laporan dari intelijen bahwa kelompok Hamas Palestina tengah bersiap melancarkan serangan ke Israel, sebelum serangan terjadi 7 Oktober lalu.

    Namun, pejabat-pejabat itu mengabaikan laporan tersebut.

    Kabar ini diungkapkan oleh surat kabar New York Times pada Kamis (30/11). NYT menyebut dokumen yang telah diterima otoritas Israel “telah menguraikan persis poin demi poin jenis invasi yang menghancurkan yang menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang (di Israel).”

    Dokumen yang telah ditinjau oleh NYT itu sendiri tidak merinci kapan tepatnya Hamas akan menyerang. Namun ada rincian soal rentetan roket, upaya untuk melumpuhkan pengawasan, dan gelombang orang-orang bersenjata menyeberang ke Israel melalui darat dan udara.

    The Times melaporkan dokumen tersebut juga mencakup informasi keamanan sensitif tentang kapasitas dan lokasi militer Israel. Dokumen itu disebut telah beredar luas di kalangan pemimpin militer dan intelijen negara itu.

    Namun, tidak diketahui apakah dokumen intel itu telah ditinjau atau belum oleh para pejabat Israel.

    Dilansir dari AFP, militer Israel tahun lalu sempat menyatakan bahwa terlalu dini untuk menyebut rencana itu benar dirancang oleh Hamas. Seorang analis intelijen yang mewanti-wanti bahwa Hamas telah melakukan latihan sesuai rencana tersebut bahkan dipecat karena peringatannya.

    Analis perempuan tersebut saat itu mengatakan ada “rencana yang dirancang untuk memulai perang.”

    Militer Israel cuma merespons untuk “tunggu dengan sabar.”

    Peringatan itu pada dasarnya tidak menunjukkan bahwa Hamas bakal melaksanakan rencana itu dalam waktu dekat. Seiring dengan itu, intelijen Israel pun terus percaya bahwa Hamas tidak menginginkan perang dengan mereka.

    Ini sama dengan kegagalan intelijen Amerika Serikat menghindari serangan 11 September 2001 silam.

    Serangan Hamas ke Israel sejauh ini menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang, menurut pejabat Israel.

    Sementara itu, agresi darat dan udara Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, dengan mayoritas anak-anak dan perempuan, menurut pihak berwenang Hamas.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel-Hamas Disebut Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata 1 Hari Lagi

    Israel-Hamas Disebut Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata 1 Hari Lagi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dan Hamas Palestina dilaporkan sepakat memperpanjang gencatan senjata di Jalur Gaza selama satu hari hingga hari ke delapan besok, Sabtu (2/12).

    Kabar ini diutarakan pejabat Mesir yang terlibat memediasi perundingan gencatan senjata kepada The Wall Street Journal pada Jumat (1/12).

    Belum ada pengumuman resmi mengenai perpanjangan gencatan senjata dari kedua pihak terkait. Para mediator seperti Mesir dan Qatar, juga Amerika Serikat, belum buka suara terkait kemungkinan perpanjangan gencatan senjata yang ketiga kali ini.

    Menurut laporan WSJ seperti dikutip Reuters, penambahan satu hari jeda pertempuran ini akan dipergunakan untuk membebaskan tambahan 10 sandera Hamas seperti perjanjian di awal kesepakatan.

    Seorang sumber yang dekat dengan kelompok Hamas sebelumnya juga mengatakan kepada AFP bahwa mereka “bersedia memperpanjang gencatan senjata.”

    “Para mediator saat ini melakukan upaya yang kuat, intens dan berkelanjutan untuk satu hari tambahan dalam gencatan senjata dan kemudian berupaya untuk memperpanjangnya lagi pada hari-hari lainnya,” kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya itu.

    Israel dan Hamas sepakat menerapkan gencatan senjata selama empat hari di Gaza terhitung mulai Jumat (24/11). Pada Selasa (28/11), keduanya sepakat memperpanjang lagi jeda pertempuran sebanyak dua hari. 

    Israel dan Hamas pun akhirnya kembali sepakat memperpanjang gencatan senjata satu hari hingga hari ini. Perpanjangan jeda pertempuran tersebut disepakati keduanya beberapa menit menjelang gencatan senjata berakhir.

    Dalam perjanjian awal, Israel dan Hamas memang sepakat bahwa gencatan senjata bisa diperpanjang satu hari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan.

    Meski gencatan senjata terus diperpanjang, Israel tetap mengancam akan kembali menggempur Gaza habis-habisan ketika jeda pertempuran benar-benar selesai.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Menteri-Pejabat Israel yang Keras Kepala Tolak Setop Agresi Israel

    Menteri-Pejabat Israel yang Keras Kepala Tolak Setop Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina kembali diperpanjang hingga Jumat (1/12) atas kesepakatan kelompok Hamas dan Israel dengan Qatar sebagai mediator.

    Namun, gencatan senjata ini bukan berarti berakhirnya perang antara Hamas dan Israel.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus menegaskan bahwa pihaknya akan terus melanjutkan penghancuran kelompok Hamas setelah gencatan senjata berlangsung.

    “Sejak awal perang, saya menetapkan tiga tujuan: melenyapkan Hamas, mengembalikan semua korban penculikan, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” kata perdana menteri Netanyahu, dikutip dari Times of Israel.

    Beberapa menteri sampai politikus Israel juga menyampaikan penolakan terhadap pemberhentian agresi Israel ke Palestina.

    Berikut deret pejabat hingga menteri Israel yang menolak setop agresi Israel.

    Menteri Pertahanan Yoav Gallant

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pada Jumat (24/11) bahwa gencatan senjata yang disepakati selama beberapa hari di Gaza hanyalah “Jeda singkat”.

    Pernyataan ini dikeluarkan Gallant kepada mitranya dari Italia yang sedang berkunjung ke Tel Aviv, dikutip dari Reuters.

    Saat itu, Israel sedang mempersiapkan penerimaan 13 sandera yang dibebaskan dari Gaza sebagai imbalan pembebasan 39 warga Palestina.

    “Akan ada jeda singkat dan kemudian kami akan melanjutkan operasi dengan kekuatan militer penuh. Kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai tujuan kami: menghancurkan Hamas dan memulangkan sandera dari Gaza ke Israel – ada 240 sandera dan ini adalah sesuatu yang luar biasa. Kami tidak bisa menerima dan tidak bisa mentoleransinya,” kata Gallant.

    Menteri Kabinet Perang Benny Gantz

    Menteri Israel, Benny Gantz, pada pertengahan bulan lalu sempat melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, yang meminta penghentian kekerasan oleh pemukim Israel kepada warga Palestina di Tepi Barat.

    Dilansir dari Aljazeera, Benny Gantz merupakan pemimpin oposisi berhaluan tengah yang bergabung dengan kabinet masa perang Netanyahu setelah serangan kelompok Hamas ke Israel 7 Oktober.

    Gantz termasuk dalam empat pejabat Israel yang melakukan konferensi pers jumat lalu terkait kesiapan untuk melanjutkan perang.

    Keterlibatan Gantz dalam kabinet perang Israel yang dibentuk oleh Netanyahu mengejutkan banyak pihak. Selama ini Gantz dan Netanyahu dikenal berselisih dan bersaing dalam urusan politik.

    Mereka mungkin bersatu dalam perang, namun berselisih dalam politik.

    Salah satu foto yang diambil saat konferensi pers minggu lalu viral di media sosial karena memperlihatkan Netanyahu yang sendirian, sedangkan Gallant dan Gantz berdiri bersama di samping, dikutip dari Alshar Al-Awsat.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi

    Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi, menyetujui rencana operasional untuk melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza pada Rabu (29/11).

    “Herzi Halevi, kepala staf, mengadakan sesi hari ini (Rabu) untuk menyetujui rencana pertempuran tahap selanjutnya di markas Komando Selatan,” kata tentara Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami tahu apa yang perlu dilakukan, dan kami siap untuk langkah selanjutnya,” imbuhnya.

    Halevi selama ini memimpin berbagai serangan Israel ke Jalur Gaza dengan meningkatkan target sasaran serangan.

    Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan memecah belah pemerintahan jika agresi militer ke Palestina tidak dilanjutkan.

    Ancaman tersebut disampaikan Ben Gvir saat terciptanya kesepakatan perpanjangan gencatan senjata hingga Kamis (30/11).

    “Menghentikan perang sama dengan menghancurkan pemerintah,” ungkap Ben Gvir, dikutip dari Times of Israel.

    Ben Gvir termasuk sebagai menteri yang menolak perjanjian bagi Hamas untuk melepaskan sandera yang mereka tangkap dengan imbalan gencatan senjata selama hari di Gaza.

    Ben Gvir memang dikenal sebagai menteri Israel yang sangat anti-Palestina. Ben Gvir sering menimbulkan kontroversi atas komentar-komentarnya terhadap Palestina.

  • Houthi Yaman Ancam Gempur Israel Jika Agresi ke Jalur Gaza Lanjut

    Houthi Yaman Ancam Gempur Israel Jika Agresi ke Jalur Gaza Lanjut

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok pemberontak Houthi di Yaman bersumpah akan menyerang Israel habis-habisan jika Tel Aviv kembali melancarkan agresi militernya ke Jalur Gaza Palestina ketika masa gencatan senjata berakhir.

    “Kami tak akan ragu untuk memperluas operasi militer terhadap entitas Israel termasuk target-target yang tidak akan mereka sangka di darat dan laut,” ucap juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam unggahannya di X pada Jumat (1/12).

    Ancaman itu diutarakan Houthi menyusul pernyataan Perdana Menteri Israel Netanyahu yang berjanji peperangan akan tetap berlanjut ketika gencatan senjata selesai.

    Netanyahu bersumpah bahwa Israel akan “berjuang sampai akhir”.

    “Selama beberapa hari terakhir saya telah mendengar pertanyaan ‘akan kah Israel kembali berperang setelah memaksimalkan fase pembebasan warga kami yang disandera? Jadi jawaban saya tegas: Ya,” kata Netanyahu pada Rabu (29/11) seperti dikutip CNN.

    “Ini adalah kebijakan saya, seluruh kabinet mendukungnya, seluruh pemerintah Israel mendukungnya, tentara Israel mendukungnya, rakyat pun mendukungnya. Itu lah yang akan kami lakukan,” paparnya menambahkan.

    Militer Israel bahkan menyatakan bakal menggempur lagi Gaza dari segala sisi baik darat, laut, maupun udara.

    Sementara itu, Houthi memang sudah ikut-ikutan menyerang Israel sejak negara Zionis itu melancarkan agresi brutal ke Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu. Agresi Israel ini terjadi imbas serangan dan penyanderaan yang dilakukan milisi Hamas di hari yang sama.

    Dikutip Al Jazeera, Houthi mengklaim telah menyerang wilayah utara Israel sebanyak lebih dari tiga kali sejak 7 Oktober lalu. Baru-baru ini, Houthi juga membajak sebuah kapal kargo Israel di lepas pantai Yaman.

    Saree sebelumnya menyatakan serangan ini ditujukan untuk kemenangan bangsa Palestina.

    “Kami akan terus melakukan operasi militer untuk mendukung rakyat Palestina, hingga agresi Israel di Gaza berhenti,” kata Saree seperti dikutip Reuters.

    Houthi bahkan mengultimatum Israel bahwa kelompoknya akan melancarkan serangan susulan yang lebih dahsyat ke negara itu dengan menembakkan rudal balistik dalam jumlah besar.

    Houthi masih menduduki Ibu Kota Sanaa di Yaman setelah melancarkan kudeta dan pemberontakan pada akhir 2014 hingga memicu perang sipil di negara tersebut hingga hari ini.

    Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara dan pusat populasi besar lainnya di Yaman. Sementara itu, pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas di Aden.

    Houthi merupakan milisi yang tergabung dalam “Poros Perlawanan”, kelompok-kelompok militan di Timur Tengah yang diyakini didukung oleh Iran.

    Houthi memang telah lama mendukung Palestina dan menentang Israel serta sekutunya, terutama Amerika Serikat.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]