Negara: Amerika Serikat

  • Trump Tambah Tarif Impor Baja dan Aluminium dari Kanada jadi 50%

    Trump Tambah Tarif Impor Baja dan Aluminium dari Kanada jadi 50%

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump menaikkan rencana pengenaan tarif untuk seluruh impor baja dan aluminium dari Kanada menjadi 50%. Tarif baru ini naik dua kali lipat dibandingkan rencana semula 25%.

    Hal itu merupakan respons Trump karena Ontario memutuskan untuk memberi tarif 25% untuk ekspor listriknya ke AS. Dalam akun media sosialnya, Trump mengatakan sudah memberikan instruksi ke Menteri Perdagangan AS untuk menambahkan 25% lagi untuk tarif produk logam dari Kanada. Kebijakan baru Trump ini disebut akan berlaku mulai Rabu (12/3/2025) pagi waktu setempat.

    “Kanada harus segera membatalkan tarif Anti-Petani-Amerika dari 250% menjadi 390% atas produk susu AS, yang selama ini sudah keterlaluan. Saya akan mengumumkan Darurat Nasional untuk Listrik di daerah yang terancam,” tulis Trump, dikutip dari Reuters, Selasa (11/3/2025).

    Dia pun mengancam AS akan menaikkan tarif untuk mobil yang masuk ke AS mulai 2 April 2025 apabila tarif tinggi dari Kanada itu tidak juga dibatalkan.

    Sementara itu, Perdana Menteri Ontario Doug Ford yang mengawasi pusat manufaktur dan otomotif di Kanada menyampaikan dia tidak akan mengalah sampai tarif dari Trump untuk impor Kanada juga dihapuskan.

    Adapun, perkembangan terbaru dari tarif Trump ini kembali memukul pasar keuangan. Indeks S&P 500 tergelincir 1% saat perdagangan dibuka. Investor khawatir pajak impor tersebut akan menahan laju pertumbuhan ekonomi AS dan merusak inflasi. Sementara itu, indeks komposit di Toronto juga melemah 0,5% dan dolar Kanada tersungkur di hadapan dolar AS.

    Sementara itu, tarif impor 25% untuk impor baja dan aluminium ke AS dari berbagai negara akan berlaku mulai Rabu (12/3/2025). Adapun, tarif tersebut akan dikenakan untuk jutaan ton baja dan aluminium asal Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain.

    Trump sudah bersumpah bahwa tarif itu akan dilakukan untuk semua tanpa kecuali. Adapun, alasan Trump mengenakan tarif impor itu untuk melindungi industri AS yang saat ini terancam.

    Perkembangan tarif Trump sejak Januari 2025 ini pun mengacaukan selera investor, serta merusak keyakinan bisnis dan konsumen. Ekonom pun mewanti-wanti tarif itu bisa menyebabkan resesi.

  • AS Ukraina memulai pembicaraan di Arab Saudi

    AS Ukraina memulai pembicaraan di Arab Saudi

    ANTARA – Amerika Serikat dan Ukraina memulai pembicaraan di Arab Saudi, pada Selasa (11/3). Pertemuan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap Ukraina, karena AS baru-baru ini menangguhkan bantuan militer, yang mendorong Kiev untuk berunding dengan Rusia.
    (Ludmila Yusufin Diah Nastiti/Sandy Arizona/I Gusti Agung Ayu N)

  • Israel Panik Campur Geram Saat Utusan AS Sebut Hamas ‘Orang Baik’ dan ‘AS Bukan Agen Israel’ – Halaman all

    Israel Panik Campur Geram Saat Utusan AS Sebut Hamas ‘Orang Baik’ dan ‘AS Bukan Agen Israel’ – Halaman all

    Israel Panik Campur Geram Saat Utusan AS Sebut Hamas ‘Orang Baik’ dan ‘AS Bukan Agen Israel’

    TRIBUNNEWS.COM – Para pejabat terkait Israel dilaporkan sangat panik menyusul komentar yang dilontarkan Adam Boehler, utusan Amerika Serikat (AS) untuk urusan sandera.

    Laporan The National, Selasa (11/3/2025), menyatakan kepanikan ini terjadi saar Boehler menggambarkan gerakan perlawanan Palestina, Hamas sebagai “orang baik” dan bahwa negaranya “bukan agen Israel”.

    “Kini Para pejabat AS mulai meredakan suasana setelah komentar Adam Boehler, yang membuat Israel panik,” kata laporan itu.

    Sebelumnya, para pejabat Israel dilaporkan sudah sangat marah saat mengetahui kalau AS menggelar pembicaraan langsung dengan Hamas terkait pembebasan sandera warga negara mereka.

    Israel merasa tidak dilibatkan dalam pembicaraan yang juga membahas soal kelanjutan kesepakatan gencatan senjata Tiga Tahap yang sudah dicapai pada bulan Januari.

    Israel yang sudah cemas, makin gerah saat Boehler memicu kekhawatiran lebih lanjut dengan serangkaian wawancara media di saluran AS dan Israel, di mana ia mengatakan AS memiliki “kepentingan khusus yang dipertaruhkan”.

    “Komentarnya menimbulkan kekhawatiran di Israel kalau AS, sekutu terpenting Israel, yang telah memainkan peran utama dalam negosiasi penyanderaan dan mendukung negara tersebut selama perang Gaza , dapat menjadi mitra yang kurang dapat diprediksi di bawah Presiden Donald Trump,” kata laporan The National.

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi Netanyahu pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) berbicara dengan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), di Gedung Putih. (Instagram/b.netanyahu)

    Israel Tuding AS Tidak Konsisten

    Chuck Freilich, peneliti senior di lembaga pemikir The Institute for National Security Studies (INSS) dan mantan wakil penasihat keamanan nasional Israel, mengatakan kepada The National bahwa siapa pun yang menyetujui komentar Boehler telah “melanggar kebijakan Amerika selama puluhan tahun untuk tidak berbicara dengan Hamas sejak lembaga itu didirikan.

    Hal itu juga melanggar  sikap umum AS yang selama ini teguh untuk tidak bernegosiasi dengan organisasi yang sudah dilabeli sebagai “organisasi teroris”.

    Menyadari banyak salah tafsir oleh pihak Israel, Boehler kemudian berkata dalam sebuah posting di X:

    “Saya ingin MENJELASKAN dengan SANGAT JELAS karena beberapa orang telah salah menafsirkan. Hamas adalah organisasi teroris yang telah membunuh ribuan orang tak berdosa. Mereka secara DEFINISI adalah orang-orang JAHAT.”

    Sehari setelah wawancara Boehler, Menteri Luar Negeri, AS Marco Rubio mengatakan negosiasi langsung negaranya dengan Hamas merupakan “situasi satu kali” yang belum “membuahkan hasil”.

    “Utusan khusus kami untuk para sandera, yang tugasnya adalah membebaskan orang-orang, memiliki kesempatan untuk berbicara langsung dengan seseorang yang memiliki kendali atas orang-orang ini dan diberi izin serta didorong untuk melakukannya,” kata Rubio.

    Adapun Freilich mengatakan, pertemuan AS-Hamas itu sudah berlangsung beberapa kali.

    “Jadi ini bukan hanya sekali, tetapi katakanlah itu adalah upaya satu kali untuk melakukan pembicaraan dengan mereka, itu mungkin telah merusak upaya Witkoff,” tambahnya, merujuk pada utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, yang sangat dihormati di kalangan warga Israel yang menginginkan pembebasan sandera diprioritaskan. 

    “Sepertinya mungkin pemerintahan AS di bawah Trump) tidak terkoordinasi dan berbicara dengan satu suara.”

    Komentar Rubio memang muncul saat Witkoff, tokoh kunci dalam upaya pembebasan sandera di Gaza, yang beberapa di antaranya memegang kewarganegaraan AS, mengatakan “semua hal bisa didiskusikan” dalam perundingan saat ini asalkan Hamas melakukan demiliterisasi dan meninggalkan Gaza.

    “Jika mereka pergi, maka semua hal bisa didiskusikan untuk mencapai perdamaian dan itulah yang harus mereka lakukan,” katanya.

    ISRAEL KERAHKAN TANK – Foto yang diambil Tribunnews.com melalui Telegram Quds News Agency pada Selasa (25/2/2025) memperlihatkan tentara Israel melanjutkan agresinya terhadap Jenin dengan mengerahkan tank. Warga Palestina takut Tepi Barat akan menjadi Gaza kedua setelah Israel mengerahkan tank untuk pertama kalinya di sana. (Telegram Quds News Agency)

    Israel Ogah-ogahan Negosiasi Tahap II Gencatan Senjata

    Sementara itu, banyak media Israel mengkritik utusan yang disandera tersebut, dengan menerbitkan artikel opini yang menggambarkan pejabat tersebut sebagai “naif”.

    Tim negosiator tingkat menengah Israel tiba di Qatar pada hari Senin untuk melakukan negosiasi tidak langsung terbaru dengan Hamas mengenai nasib gencatan senjata di Gaza.

    Sumber-sumber mengatakan, dilansir The National kalau delegasi Israel di Doha kurang berminat dalam negosiasi tahap kedua dari kesepakatan tersebut.

    Hal itu karena pembahasan akan berfokus pada gencatan senjata permanen di Gaza dan penarikan penuh Pasukan Israel dari wilayah tersebut.

    Meskipun jajak pendapat di Israel secara konsisten menunjukkan kalau  mayoritas publik mendukung kelanjutan kesepakatan pembebasan sandera, pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggaungkan pernyataan sejumlah menteri yang menentang keras kesepakatan apa pun dengan Hamas.

    Netanyahu sendiri dituduh oleh banyak pihak di Israel mengulur-ulur kesepakatan untuk menghentikan koalisinya dari keruntuhan.

    Penundaan dalam transisi dari fase pertama kesepakatan yang telah berakhir ke fase kedua telah memunculkan kekhawatiran bahwa pimpinan Israel siap untuk melanjutkan pertempuran, sebuah langkah yang akan menjerumuskan Gaza ke dalam bencana kemanusiaan lebih lanjut.

    Menurut para kritikus, niat Israel melanjutkan perang akan menempatkan para sandera Israel  yang masih hidup di Gaza dalam bahaya yang mematikan.

    Kepala staf militer baru Israel, Eyal Zamir, pada hari Senin mengatakan negaranya “harus siap menghadapi kenyataan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun perang”.

  • Potret Serangan Terbesar Ukraina, Ratusan Drone Serbu ‘Jantung’ Rusia

    Potret Serangan Terbesar Ukraina, Ratusan Drone Serbu ‘Jantung’ Rusia

    Ukraina akan menyampaikan kepada Amerika Serikat (AS) sebuah rencana untuk gencatan senjata sebagian dengan Rusia, dengan harapan untuk memulihkan dukungan dari dermawan utamanya, yang di bawah Presiden Donald Trump telah menuntut konsesi untuk mengakhiri perang tiga tahun tersebut. (Moscow Region Governor Andrei Vorobyev official telegram channel via AP)

  • Houthi Siap Menggila Lagi, Bakal Kembali Serang Kapal di Laut Merah

    Houthi Siap Menggila Lagi, Bakal Kembali Serang Kapal di Laut Merah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok militan Houthi yang didukung Iran kembali mengancam akan melanjutkan operasi maritim terhadap Israel jika negara tersebut tidak mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Ancaman ini datang di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk menghentikan krisis kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.

    Sejak 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan ratusan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, termasuk terhadap personel militer Amerika Serikat yang bertugas menjaga keamanan jalur pelayaran internasional.

    Sebagai kelompok yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, aksi Houthi telah mengganggu jalur perdagangan global, meningkatkan biaya pengiriman dan asuransi, serta memaksa beberapa kapal mengambil rute yang lebih panjang.

    Nasruddin Amer, Wakil Kepala Otoritas Media Houthi, mengatakan bahwa pemimpin kelompok tersebut, Abdul Malik al-Houthi, telah memberi Israel tenggat waktu untuk mengakhiri blokade bantuan kemanusiaan ke Gaza. Jika Israel tidak memenuhi tuntutan tersebut, Houthi siap melanjutkan operasi maritimnya.

    “Ada tenggat waktu dari pemimpin Abdul Malik al-Houthi bagi Israel untuk mencabut blokade bantuan kemanusiaan ke Gaza. Jika tidak dipenuhi, pasukan militer kami siap melanjutkan operasi angkatan laut melawan Israel,” kata Amer kepada Newsweek pada Senin (10/3/2025).

    Blokade Israel

    Israel telah melarang masuknya bantuan ke Gaza setelah perundingan gencatan senjata dengan Hamas menemui jalan buntu awal Maret ini. Israel menuduh Hamas mencuri bantuan untuk mendukung operasi militernya, sebuah klaim yang dibantah oleh Hamas.

    “Kami tidak bisa membiarkan rakyat Gaza berada dalam kepungan, menderita kelaparan. Ancaman ini sangat serius,” tambah Amer.

    Kelompok Houthi memberikan Israel batas waktu empat hari sejak Juma untuk mencabut larangan bantuan.

    Sebelumnya, kelompok ini telah meluncurkan rudal dan drone ke Israel, meskipun sebagian besar berhasil dicegat. Israel sendiri telah meningkatkan keamanan di Laut Merah dengan menempatkan sistem pertahanan canggih dan memperkuat kehadiran angkatan lautnya, menurut laporan dari Middle East Institute.

    Pada Minggu, Menteri Energi Israel, Eli Cohen, memerintahkan Israel Electric Corporation untuk segera menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza, makin memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.

    Sementara itu, Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar terus berupaya menengahi perundingan antara Israel dan Hamas guna mencapai kesepakatan yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan Hamas sejak serangan Oktober 2023, serta langkah-langkah deeskalasi dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza.

    Juru bicara PBB, Stéphane Dujarric, mengungkapkan bahwa Israel telah menolak upaya PBB untuk mengumpulkan pasokan bantuan yang telah melintasi perbatasan Kerem Shalom sebelum penutupan.

    “Mengingat besarnya kebutuhan di Gaza, menutup perbatasan akan membawa konsekuensi yang sangat menghancurkan,” kata Dujarric.

    (luc/luc)

  • Pemimpin Houthi Mengutuk Pembunuhan di Suriah, Menuduh AS dan Israel Mendukung ‘Takfiri’ – Halaman all

    Pemimpin Houthi Mengutuk Pembunuhan di Suriah, Menuduh AS dan Israel Mendukung ‘Takfiri’ – Halaman all

    Pemimpin Houthi Mengutuk Pembunuhan di Suriah, Menuduh AS dan Israel Mendukung ‘Takfiri’

    TRIBUNNEWS.COM- Pemimpin gerakan Houthi di Yaman telah mengutuk pembunuhan baru-baru ini oleh pasukan keamanan Suriah, dan mengatakan bahwa ia meminta pertanggungjawaban para pendukung militer, politik, dan keuangan mereka.

    Dalam pidatonya kemarin, Sayyed Abdul-Malik Al-Houthi menuduh “kelompok Takfiri” melakukan tindakan genosida terhadap warga sipil Suriah yang tidak bersenjata. 

    “Mereka melayani kepentingan Israel dan Amerika Serikat dengan menghancurkan tatanan sosial Suriah,” katanya, dan menuduh lebih jauh bahwa kebrutalan mereka merupakan hasil dari “rekayasa Amerika, Israel, dan Zionis,” yang dirancang untuk mendistorsi citra Islam.

    Al-Houthi menegaskan bahwa, “Israel telah menyatakan perlindungannya terhadap Druze di Sweida, dan karena itu, kelompok Takfiri tidak berani menyakiti mereka, tetapi malah menunjukkan rasa hormat kepada mereka.” 

    Demikian pula, ia berpendapat bahwa AS menampilkan dirinya sebagai pelindung suku Kurdi dengan mempersenjatai dan merekrut mereka, sehingga membuat warga Suriah lainnya rentan.

    “Kelompok-kelompok ini tidak terlibat dalam jihad sejati,” tegasnya, merujuk pada Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), yang kini terintegrasi dengan pasukan keamanan Suriah. 

    “Jika mereka terlibat, mereka akan memerangi Israel.” Sebaliknya, ia menggambarkan mereka sebagai penjahat yang mendokumentasikan dan membanggakan kekejaman mereka secara daring.

    Pernyataannya muncul saat lebih dari 1.000 orang tewas di kota-kota pesisir Suriah, termasuk sedikitnya 745 warga sipil Alawi, di tengah bentrokan yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan keamanan, sekutu mereka, dan militan yang diduga terkait dengan mantan pemerintahan Bashar Al-Assad.

    Kecaman Al-Houthi muncul setelah Presiden sementara Suriah Ahmed Al-Sharaa berjanji untuk meluncurkan “komite pencari fakta terkait peristiwa di pesisir dan membentuk komite yang lebih tinggi.” 

    Al-Sharaa sebelumnya mengatakan bahwa “komite independen” telah dibentuk untuk “menyelidiki pelanggaran terhadap warga sipil dan mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut,” seraya menambahkan bahwa para pelaku akan diadili.

    Kementerian Pertahanan Suriah hari ini mengatakan bahwa operasi militernya terhadap “sisa-sisa rezim sebelumnya” di provinsi pesisir Latakia dan Tartus telah berakhir.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Video: Fitch Tahan Rating Kredit RI – Kapitalisasi Wall Street Turun

    Video: Fitch Tahan Rating Kredit RI – Kapitalisasi Wall Street Turun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga pemeringkat fitch kembali mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level triple B dengan outlook stabil. Fitch menilai prospek ekonomi Indonesia masih terjaga didukung oleh pertumbuhan jangka menengah yang solid dan rasio utang pemerintah terhadap PDB yang rendah.

    Sementara itu, pasar saham Amerika Serikat terguncang. Kapitalisasi Wall Street lenyap Rp 66 Kuadriliun imbas kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

    Selengkapnya dalam Evening Up, CNBC Indonesia (Selasa, 11/03/2025)

  • Elon Musk Ribut dengan Pejabat Negara NATO, Ada Apa?

    Elon Musk Ribut dengan Pejabat Negara NATO, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Miliarder teknologi Elon Musk dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Marco Rubio bentrok dengan Menlu Polandia Radoslaw Sikorski atas penggunaan layanan internet Starlink milik Musk di Ukraina.

    Bentrokan terjadi di platfrom media sosial X pada Minggu (9/2/2025). Sikorski menyarankan bahwa Polandia, yang membayar biaya Starlink Ukraina untuk membantu mengusir invasi Rusia, mungkin harus mencari pemasok alternatif jika jaringan satelit Musk terbukti menjadi “penyedia yang tidak dapat diandalkan”.

    Sikorski membuat komentar setelah Musk, salah satu sekutu paling berpengaruh Presiden AS Donald Trump, mengatakan bahwa “seluruh garis depan akan runtuh” tentara Ukraina tanpa Starlink.

    “Saya benar-benar menantang Putin untuk satu lawan satu pertempuran fisik atas Ukraina dan sistem Starlink saya adalah tulang punggung tentara Ukraina. Seluruh garis depan mereka akan runtuh jika saya mematikannya,” kata Musk sebagai tanggapan terhadap pengguna X yang menuduhnya tidak memperlakukan Rusia sebagai agresor dan hanya mengkritik Ukraina.

    “Apa yang saya sakit adalah tahun pembantaian dalam kebuntuan yang Ukraina pasti akan kehilangan,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera pada Selasa (11/3/2025).

    Rubio sendiri membela Musk dan menuduh politisi Polandia itu “membuat sesuatu”.

    “Tidak ada yang membuat ancaman apapun tentang memotong Ukraina dari Starlink,” kata Rubio. “Dan ucapkan terima kasih karena tanpa Starlink Ukraina akan kalah perang ini sejak lama dan Rusia akan berada di perbatasan dengan Polandia sekarang.”

    Musk kemudian mengecam Sikorski sendiri. Ia memposting: “Diamlah, pria kecil. Anda membayar sebagian kecil dari biaya. Dan tidak ada pengganti untuk Starlink.”

    Bulan lalu, kantor berita Reuters, mengutip tiga sumber yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa perunding AS telah meningkatkan kemungkinan memotong akses Ukraina ke layanan Starlink sambil mendorong Kyiv untuk akses ke mineral penting negara itu.

    Pada Minggu, Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah Trump, bersikeras bahwa ia tidak akan memotong akses Ukraina ke Starlink meskipun ia melakukan ledakan dengan diplomat top Polandia.

    Polandia mendanai sekitar setengah dari 42.000 terminal Starlink yang beroperasi di Ukraina.

    Terminal-terminal tersebut telah menyediakan konektivitas internet penting bagi militer dan layanan penting Ukraina setelah Rusia menghancurkan jaringan komunikasi negara tersebut selama invasi skala penuh pada Februari 2022.

    (luc/luc)

  • Video: Dominasi Mobil China Tak Terbendung Kebijakan Tarif Trump

    Video: Dominasi Mobil China Tak Terbendung Kebijakan Tarif Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya Amerika Serikat menekan dominasi mobil China dengan kebijakan tarif tinggi justru menciptakan dampak yang tak terduga. Alih-alih terhambat, produsen otomotif China kini semakin agresif berekspansi ke pasar global termasuk Indonesia. Lantas bagaimana dampaknya bagi industri otomotif nasional?

    Selengkapnya dalam Autobizz , CNBC Indonesia (Selasa, 11/03/2025)

  • Babak Akhir Rangkaian Konstelasi Satelit IoT Kineis

    Babak Akhir Rangkaian Konstelasi Satelit IoT Kineis

    Bisnis.com, JAKARTA – Pekan depan akan menjadi sejarah baru bagi Semenanjung Mahia di timur Selandia Baru. Roket Electron besutan Rocket Lab USA, Inc. bakal kembali mengudara membawa satelit milik Kineis Inc. untuk menyelesaikan rangkaian konstelasi satelit.

    Misi kali ini dinamakan High Five. Roket Electron dijadwalkan lepas landas dari Launch Complex 1, Semenanjung Mahia, Selandia Baru pada Selasa (18/3/2025) Pukul 14.31 waktu setempat. Misi High Five merupakan peluncuran khusus kelima dari lima peluncuran dalam kontrak bersama dengan Kineis.

    Pada misi kali ini, Electron bakal membawa lima satelit milik Kineis sehingga bakal menggenapi seluruh konstelasi 25 satelit internet of things (IoT). Empat misi sebelumnya bersama Kineis telah dilakukan  pada Juni, September, dan November 2024 serta Februari 2025.

    Pada Februari 2025, misi keempat dengan nama IoT 4 You and Me, sukses lepas landas dari Launch Complex 1, Semenanjung Mahia, Selandia Baru Pukul 9.43 waktu setempat. Pada misi ini, lima satelit sukses mengorbit pada ketinggian 647 kilometer (km) atau berada di orbit rendah bumi (low earth orbit/LEO).

    Adapun, misi High Five akan menjadi peluncuran ke-62 roket Electron secara keseluruhan serta menjadi peluncuran keempat pada tahun ini.

    Pendiri sekaligus CEO Rocket Lab Peter Back mengatakan bahwa seluruh konstelasi dikerahkan ke orbit yang tepat sesuai jadwal pelanggan dalam waktu kurang dari setahun.

    “Itulah nilai yang diberikan peluncuran khusus di Electron kepada pelanggan kami. Melakukannya secara berurutan dengan misi lain dari lokasi peluncuran yang sama hanya beberapa hari sebelumnya, makin membuktikan kepemimpinan industri Electron untuk operator satelit secara global,” katanya dalam keterangan resminya Senin (10/3/2025) waktu California Amerika Serikat, atau Selasa (11/3/2025) WIB.

    Dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya bangga dapat bekerja sama dengan Kineis untuk mewujudkan konstelasi IoT mereka dalam waktu singkat.

    Sementara itu, Chief Technology Officer Kineis Michel Sarthou mengungkapkan bahwa peluncuran kelima dengan Rocket Lab ini akan menandai tonggak penting bagi Kinéis.

    “Ini penyelesaian penyebaran konstelasi kami dalam waktu kurang dari setahun. Saya memuji komitmen dan profesionalisme tim Kineis, Rocket Lab, dan semua mitra kami. Tantangan luar biasa yang berhasil dicapai bersama,” ujarnya.

    Sebelumnya, Michel mengungkapkan bahwa penyelesaian konstelasi tersebut akan memungkinkan transmisi data hampir secara real-time dari mana saja di dunia. Dia mengatakan bahwa memproduksi 25 nanosatelit dan meluncurkannya ke orbit hanya dalam waktu delapan bulan merupakan prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Lewat penyelesaian konstelasi tersebut, imbuhnya, Kinéis bakal menghadirkan cakupan IoT global melalui konstelasi lengkap 25 nanosatelit.

    “Tonggak sejarah ini menunjukkan keahlian dan tekad tim dan mitra kami seperti Rocket Lab. Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan komitmen yang tak tergoyahkan yang telah kami terima sejak Kineis didirikan,” ujarnya.