Negara: Amerika Serikat

  • Utang Pemerintah Hampir Rp9.000 Triliun, Indef Wanti-Wanti Tarif Pajak Naik

    Utang Pemerintah Hampir Rp9.000 Triliun, Indef Wanti-Wanti Tarif Pajak Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Indef mengkhawatirkan tarif pajak akan naik ketika utang pemerintah terus meningkat. Data Januari 2025, posisi utang pemerintah mencapai Rp8.909,14 triliun.

    Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama melihat pemerintah seakan bergantung kepada utang untuk pembiayaan berbagai programnya. Masalahnya, pertumbuhan utang pemerintah tersebut sejalan dengan yield alias imbal hasil yang juga tinggi.

    Riza mencontohkan, pemerintah menargetkan yield surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun mencapai 7% berdasarkan asumsi makro APBN 2025. Target tersebut bertambah 0,2% dari tahun sebelumnya.

    “Jadi bisa dibayangkan yield SBN kita itu terus meningkat setiap tahunnya. Jadi beban dari meminjam utang itu semakin memberatkan APBN. Di 2025 saja, porsinya dari belanja pemerintah pusat itu sudah sekitar 20%,” jelas Riza dalam diskusi Indef secara daring, Rabu (19/3/2025).

    Masalahnya, secara historis pertumbuhan penerimaan pajak tidak sebanding dengan pertumbuhan utang pemerintah. Akibatnya, pemerintah perlu harus mencari sumber dana tambahan.

    “Bisa jadi nanti solusi singkatnya adalah meningkatkan tarif pajak lagi, di mana itu semakin memberatkan generasi mendatang,” ujar Riza.

    Di sisi lain, lembaga pemeringkatan Fitch Ratings menilai rasio utang pemerintah sebesar 39,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) per Januari 2025 masih berada dalam posisi yang rendah.

    Besaran utang ini membuat Fitch mempertahankan peringkat kredit Indonesia berada pada level BBB dengan outlook stabil.

    Mengacu laporan terbarunya, Fitch memprediksikan rasio utang pemerintah akan mengalami penurunan dalam 3 tahun mendatang.

    “Fitch memperkirakan penurunan moderat pada utang pemerintah secara umum menjadi 39,1% dari PDB pada 2028 dari 40,4% pada 2025,” tulisnya, dikutip pada Selasa (11/3/2025).

    Rasio utang pemerintah Indonesia tersebut lebih rendah dari rata-rata negara dengan kategori BBB yang sebesar 58%.

    Lembaga asal Amerika Serikat (AS) tersebut memperkirakan meski rasio utang tetap terjaga rendah, akan ada sedikit peningkatan defisit anggaran di tahun-tahun mendatang untuk mengakomodasi tambahan belanja sosial pemerintah dan investasi infrastruktur. 

  • Bukan Resesi! Krisis Baru Hantui Amerika karena Donald Trump

    Bukan Resesi! Krisis Baru Hantui Amerika karena Donald Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus menjadi sorotan sejak menduduki posisi orang nomor satu di Negeri Paman Sam Januari lalu. Ia telah menandatangani serangkaian perintah eksekutif dan sejumlah kebijakan yang jauh berbeda dari pendahulunya, Joe Biden.

    Salah satu kebijakan keras yang dirancang Trump adalah deportasi sebagian besar anggota geng Venezuela yang diduga ke penjara kontroversial di El Salvador. Hal ini ia lakukan meski Hakim Distrik AS James Boasberg memintanya untuk tidak melakukan hal tersebut.

    Hal ini pun memunculkan asumsi bahwa AS sedang berada dalam krisis konstitusional. Pasalnya, manuver presiden Partai Republik itu dirasa melanggar sistem pemerintahan AS, yang dibangun atas gagasan bahwa tiga cabang pemerintahan yang setara dan seimbang satu sama lain.

    “Orang-orang pada umumnya menggunakan istilah ‘krisis konstitusional’ untuk menggambarkan periode ketika lembaga-lembaga pemerintah jelas-jelas berkonflik,” tulis profesor hukum Sanford Levinson dari Universitas Texas dan Jack Balkin dari Yale pada tahun 2009, dikutip CNN International, Rabu (19/3/2025).

    Namun, Levinson berpendapat bahwa telah terjadi penggunaan istilah tersebut secara sembarangan. Pasalnya, sejumlah lembaga tinggi pemerintahan selalu berada dalam konflik.

    “Keberadaan konflik, bahkan konflik yang mendalam, tidak dapat menjadi definisi krisis. Lembaga-lembaga pemerintah selalu berkonflik. Jika satu cabang berhenti memberikan pengawasan sepenuhnya, sistem akan menjadi kacau,” tambah Levinson.

    Hal serupa juga ditimpali Profesor Hukum University of California Berkeley, John Yoo. Menurutnya, terlalu berlebihan apabila saat ini AS digolongkan sebagai masuk dalam krisis konstitusi.

    “AS saat ini tidak sedang dalam krisis konstitusional. Presiden pasti akan berkonflik dengan pengadilan dan Kongres,” kata Yoo.

    Trump Tak Tunduk Hukum?

    Pemerintah Trump saat ini tidak mengatakan bahwa mereka memiliki kewenangan untuk menentang pengadilan. Namun tampaknya mereka sedang mempertimbangkan ide tersebut.

    “Seorang hakim pengadilan distrik tidak dapat memerintahkan pengusiran teroris asing ke tanah asing sebagaimana ia tidak dapat mengarahkan pergerakan Air Force One,” kata penasehat Gedung Putih, Stephen Miller.

    Direktur senior Program Kebebasan dan Keamanan Nasional di Brennan Center for Justice, Elizabeth Goitein, menganggap bahwa seharusnya pemerintah mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan koridor hukum. Misalnya, banding.

    “Solusi presiden adalah mengajukan banding, mungkin mengajukan banding darurat ke pengadilan banding, tetapi tidak menentang perintah tersebut,” katanya, juga di CNN Max. “Itulah arti dari checks and balances. Artinya, presiden tidak dapat duduk sebagai hakim atas tindakannya sendiri.”

    Trump ‘Dikultuskan’?

    Levinson dari Universitas Texas menambahkan bahwa saat ini AS terjebak dalam kultur bagaimana memanfaatkan setiap kemungkinan hukum atau teknis hukum untuk kepentingan dan kemenangan partai politik.

    Walau begitu, ia mencatat perubahan besar telah terjadi di Kongres pada awal Trump 2.0, di mana Kongres, yang juga dikuasai Partai Republik, telah runtuh legitimasinya sebagai lembaga tinggi negara.

    “Kaum Republik yang mungkin enam tahun lalu menentang Trump dalam beberapa isu, katanya, telah berubah menjadi apa yang saya pikir benar-benar kultus kepribadian,” tambahnya.

    (sef/sef)

  • Kecerdasan Manusia Semakin Turun, Ada Apa?

    Kecerdasan Manusia Semakin Turun, Ada Apa?

    Jakarta

    Manusia pada hari ini tampaknya semakin kurang pintar dibandingkan generasi di masa sebelumnya. Hal itu terungkap dalam penelitian terbaru dari beberapa institusi. Apa kira-kira penyebabnya?

    Seperti dikutip detikINET dari Futurism, sebagian orang dari beberapa rentang usia saat ini punya kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan penalaran, kemampuan pemecahan masalah dan juga keterampilan memproses informasi.

    Kesimpulan itu didasarkan pada beberapa tes yang melacak skil kognitif remaja dan dewasa muda. Datanya antara lain berasal dari studi University of Michigan’s Monitoring the Future yang mendokumentasikan kesulitan konsentrasi pada sebagian remaja usia 18 tahun.

    Kemudian juga dari Programme for International Student Assessment(PISA)yang mengukur keterampilan belajar remaja usia 15 tahun di seluruh dunia. Dari riset selama bertahun-tahun itu, terindikasi anak muda menurun kemampuannya untuk fokus dan pemikiran kritisnya juga merosot.

    Meski memang telah terjadi penurunan tajam dalam keterampilan kognitif sejak pandemi COVID-19 karena gangguan di sektor pendidikan kala itu tren ini sebenarnya telah terlihat setidaknya sejak pertengahan 2010-an.

    Tak ada jawaban tunggal mengapa keterampilan kognitif menurun, tapi satu indikator utama adalah penurunan tajam dalam membaca dan perubahan cara mengonsumsi informasi dan media.

    Tahun 2022, National Endowment for the Arts menemukan hanya 37,6% orang Amerika membaca novel atau cerita pendek, turun dari 41,5% tahun 2017 dan 45,2% tahun 2012.

    Kemudian, hubungan manusia dengan informasi secara umum juga bergeser. Penelitian menunjukkan bahwa banyaknya waktu yang dihabiskan di layar gadget berpotensi merusak fungsi verbal pada anak-anak dan mempersulit orang dewasa usia kuliah untuk berkonsentrasi dan mengingat informasi.

    (fyk/fay)

  • Ingin Gencatan Senjata Tanpa Syarat, Zelensky Harap AS Tekan Rusia, Yakin Perang Berakhir Tahun Ini – Halaman all

    Ingin Gencatan Senjata Tanpa Syarat, Zelensky Harap AS Tekan Rusia, Yakin Perang Berakhir Tahun Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan komentarnya mengenai upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mewujudkan perdamaian terkait perang dengan Rusia.

    Sebab, Zelensky berharap akan ada gencatan senjata tanpa syarat pada suatu saat nanti.

    Untuk mewujudkan keinginannya, Zelensky berharap AS akan terus menekan Rusia.

    “Kami berharap Amerika akan terus bekerja dan menekan Rusia untuk melaksanakan segala sesuatunya,” katanya, Rabu (19/3/2025), dilansir The Guardian.

    Ia menambahkan bahwa gencatan senjata tanpa syarat akan menjadi “salah satu langkah awal menuju perdamaian.”

    “Saya yakin tahun ini perang dapat berakhir dengan perdamaian yang bermartabat, tetapi jaminan keamanan sangat dibutuhkan, jika tidak, Putin akan kembali berperang. Itulah hakikatnya,” jelasnya.

    Menurutnya, garis merah Ukraina adalah pengakuan wilayah Ukraina yang diduduki sebagai wilayah Rusia.

    “Kami tidak akan menyetujui itu,” tegas Zelensky.

    Zelensky Ingin Tahu Rincian Pembicaraan Trump-Putin

    Pada Selasa (18/3/2025), Volodymyr Zelensky meminta rincian lebih lanjut dalam usulan Presiden Trump untuk gencatan senjata dengan Rusia yang akan menyelamatkan target energi dan infrastruktur.

    Zelensky juga memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sedang menekan Ukraina dalam operasi darat.

    Zelensky menyampaikan pernyataannya dalam konferensi pers yang diselenggarakan tak lama setelah Trump menelepon Putin untuk membahas persyaratan gencatan senjata.

    Putin menahan diri untuk tidak berkomitmen pada gencatan senjata yang diajukan AS yang diterima Ukraina minggu lalu dan yang akan menghentikan serangan darat dan udara.

    “Kami mendukung semua langkah yang bertujuan untuk mengakhiri perang. Kami akan mendukungnya.”

    “Namun, untuk mendukungnya, kami perlu memahami apa sebenarnya yang kami dukung,” kata Zelensky dalam pernyataan dalam bahasa Ukraina dan dibagikan oleh Reuters. 

    “Ketika Presiden Trump punya waktu, dia orang yang sibuk. Ketika dia punya waktu, kita bisa menelepon saya kapan saja. Dia punya nomor telepon saya.”

    “Kami siap untuk membicarakan langkah selanjutnya, dengan senang hati,” jelasnya.

    Pemimpin Ukraina mengatakan pertukaran tahanan yang ditetapkan pada hari Rabu akan menunjukkan keinginan dan hasrat Rusia untuk mengakhiri perang.

    Namun, ia mengatakan Kyiv skeptis dalam mempercayai Rusia, dengan mengatakan tidak ada kepercayaan pada Putin untuk mempertahankan gencatan senjata.

    “Itulah sebabnya saya katakan kita perlu memahami bagaimana cara kerjanya secara teknis sehingga tidak hanya bergantung pada keinginan mereka. Itu saja,” kata Zelensky.

    Zelensky mengatakan Putin berniat melancarkan operasi ofensif di area-area penting di wilayah Ukraina, yang diklaim Moskow sebagai wilayah aneksasinya tetapi tidak memiliki kendali penuh.

    Ini termasuk wilayah Ukraina di Zaporizhia, lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir penting, dan area Sumy dan Kharkiv di timur laut negara itu, di perbatasan dengan Rusia.

    “Putin ingin melakukan beberapa operasi ofensif,” kata Zelensky.

    “Ia akan mencoba melakukannya. Untuk apa? Untuk memberikan tekanan maksimal pada Ukraina. Kapan itu akan terjadi? Percayalah, ia akan mencoba melakukannya dalam beberapa bulan ke depan,” lanjutnya.

    PIDATO ZELENSKY – Foto ini diambil dari laman Kepresidenan Ukraina pada Jumat (14/3/2025), memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara dalam pidato hariannya di media sosial, Kamis (13/3/2025). (Kantor Kepresidenan Ukraina)

    Zelensky juga berbicara tentang tuntutan yang diajukan Putin dalam panggilan telepon dengan Trump, bahwa gencatan senjata apa pun akan mengharuskan Ukraina menghentikan perekrutan tentara baru dan menghentikan persenjataan kembali.

    Zelensky juga menolak seruan Putin agar AS mengakhiri bantuan militer untuk Ukraina. 

    Trump sempat menghentikan bantuan militer AS dan pembagian intelijen, tetapi mengembalikannya ketika Zelensky menyetujui gencatan senjata selama 30 hari. 

    “Ia melihat bahwa Amerika Serikat dapat mengambil langkah-langkah (untuk menghentikan bantuan militer dan pembagian informasi intelijen) dan itulah sebabnya ia mengangkat topik-topik yang menurutnya dapat menguntungkannya.”

    “Itu pernah terjadi sebelumnya, jadi mengapa tidak melakukannya lagi. Namun sekali lagi, itu berarti melemahkan tentara Ukraina,” kata Zelensky. 

    “Saya pikir bantuan militer akan terus berlanjut. Kami mendapat bantuan dari Amerika Serikat dan rekan-rekan Eropa.”

    “Kami terus berhubungan dengan mereka. Saya yakin tidak akan ada pengkhianatan dari pihak mitra dan aliran bantuan militer akan terus berlanjut,” paparnya.

    Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon dengan Presiden AS Donald Trump untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina, Selasa (18/3/2025).

    Namun, percakapan mereka yang sangat dinanti-nantikan gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas.

    Pemimpin AS dan Rusia berbincang selama lebih dari 90 menit, dan keduanya menyatakan harapan untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara.

    Meski demikian, Putin tidak menyetujui usulan Washington untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina yang mencakup seluruh perang.

    Dilansir The Moscow Times, Kremlin mengatakan Putin telah memerintahkan militernya untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina selama 30 hari.

    Sementara Gedung Putih menyatakan bahwa “para pemimpin sepakat bahwa gerakan menuju perdamaian akan dimulai dengan gencatan senjata energi dan infrastruktur.”

    Trump menegaskan di jejaring sosial Truth Social miliknya bahwa mereka memiliki “kesepakatan bahwa kami akan bekerja cepat untuk melakukan Gencatan Senjata Lengkap dan, pada akhirnya, mengakhiri perang yang sangat mengerikan ini.”

    Namun, Kremlin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “syarat utama” untuk perdamaian adalah “penghentian total” dukungan militer dan intelijen Barat terhadap militer Ukraina yang tengah berjuang — tuntutan yang akan sulit diterima oleh Ukraina dan sekutu Baratnya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • Google Ungkap China Diam-Diam Bangun Kapal Induk Nuklir Raksasa

    Google Ungkap China Diam-Diam Bangun Kapal Induk Nuklir Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – China tengah membangun kapal induk yang akan memperkuat angkatan lautnya. Uniknya kabar tersebut diketahui lewat foto satelit dari Maxar Technologies, sebuah kontraktor pertahanan yang digunakan oleh pemerintah Amerika.

    Dari gambar tersebut, China diduga tengah mengembangkan kapal induk nuklir raksasa yang belum pernah ada sebelumnya. Kapal induk itu disebut sebagai Type 004.

    Satelit merekam pekerjaan konstruksi di galangan kapal di Dalian, di provinsi Liaoning, China, yang menunjukkan sebuah modul kapal induk.

    Di dekat modul itu terdapat maket pesawat tempur berbasis kapal induk seri J-15 Flanker dan helikopter angkatan laut seri Z-8.

    Mengutip laporan TWZ, maket semacam ini sering digunakan dalam pekerjaan pengembangan kapal induk di China, baik di darat maupun di laut.

    Gambar-gambar dari satelit menunjukkan bahwa kapal induk akan memungkinkan jet tempur diluncurkan dari empat bagian dek penerbangan.

    Sehingga para analis menyimpulkan gambar-gambar tersebut menunjukkan desain kapal yang baru, tidak seperti model yang ada saat ini di armada angkatan laut China.

    Terlihat juga garis yang membentang di sepanjang modul yang diduga sebagai parit untuk jalur peluru kendali, yang menunjukkan bahwa Type 004 akan memiliki dua peluru kendali di bagian pinggang, di samping dua peluru kendali haluan.

    Foto-foto satelit dari Dalian bukanlah tanda pertama bahwa China sedang membangun kapal induk untuk menyaingi kapal-kapal induk bertenaga nuklir yang dimiliki Amerika Serikat.

    Pada November, sekelompok analis di Middlebury Institute of International Studies mempublikasikan bukti satelit bahwa China telah membangun prototipe reaktor angkatan laut untuk kapal perang permukaan yang besar, demikian dikutip dari NBC News, Rabu (19/3/2025).

    China sendiri tidak merahasiakan ambisinya untuk memiliki angkatan laut yang disebut sebagai angkatan laut air biru untuk menyaingi Amerika Serikat dan telah mengejar pengembangan kapal induk selama beberapa tahun.

    (dem/dem)

  • Menanti Peluncuran Satelit Biomassa ESA

    Menanti Peluncuran Satelit Biomassa ESA

    Bisnis.com, JAKARTA – Satelit Biomassa Eropa telah tiba di Pelabuhan Pariacabo, Kourou, Guyana Prancis pada awal pekan lalu setelah perjalanan dua pekan menyeberangi Samudra Atlantik. Kini, satelit tersebut telah berada di ruang aman yang bersih di Pelabuhan Antariksa Eropa (Europe’s Spaceport).

    Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) dalam keterangan resminya awal pekan ini mengungkapkan bahwa satelit ini akan diperiksa secara menyeluruh guna memastikan kondisinya baik. Namun, saat ini satelit tersebut dalam kondisi sangat baik.

    Selama beberapa pekan ke depan, tim akan mempersiapkan satelit pengamatan Bumi yang canggih ini untuk lepas landas dengan roket Vega-C pada April 2025. Satelit dengan berat 1,25 ton itu akan mengorbit di ketinggian 666 kilometer dari permukaan Bumi.

    Setelah mengorbit, satelit ini akan memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi baru tentang keadaan hutan seperti bagaimana hutan berubah seiring waktu dan memajukan pengetahuan tentang siklus karbon.

    “Ini adalah satelit pertama yang membawa radar aperture sintetis P-band polarimetrik penuh untuk pencitraan interferometrik. Berkat panjang gelombang P-band yang panjang, sekitar 70 cm, sinyal radar dapat membelah seluruh lapisan hutan untuk mengukur biomassa, yang berarti batang, cabang, dan tangkai berkayu, yang merupakan tempat pohon menyimpan sebagian besar karbonnya,’ tulis manajemen ESA dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (19/3/2025).

    Lewat teknologi luar angkasa baru tersebut, akan menghasilkan banyak informasi baru yang memungkinkan para ilmuwan untuk secara akurat menilai stok dan fluks karbon hutan yang dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan, degradasi hutan, dan pertumbuhan kembali hutan.

    Adapun, kontraktor utama ESA untuk satelit Biomassa -Airbus di Stevenenge, Inggris- telah memimpin pengembangan dengan konsorsium lebih dari 50 perusahaan dari 20 negara, termasuk perusahaan asal Amerika Serikat, L3 Harris, yang mengembangkan antena kawat kasa besar sebagai ciri khas satelit ini.

    Satelit tersebut memulai perjalanannya ke Guyana Prancis pada 21 Februari 2025 setelah diangkut lewat jalur darat dari markas Airbus di Toulouse, Prancis ke Pelabuhan Sete, tempat kapal kargo MN Toucan berlabuh. Kapal ini dirancang khusus untuk mengangkut kargo berharga antariksa mengarungi Atlantik.

    Stefan Kiryenko, Biomass Launch Campaign Manager di ESA, mengatakan bahwa setelah tiba di Pelabuhan Antariksa Eropa, pihaknya akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terkait kondisi satelt tersebut.

    “Kemudian, kami memiliki program intensi selama enam pekan untuk mempersiapkannya agar dapat dibungkis dalam rangka roket Vega-C untuk lepas landas pada akhir April,” katanya dalam keterangan resmi ESA, dikutip Rabu (19/3/2025).

    Sementara itu, Simonetta Cheli, Director of Earth Observation Programmes di ESA, mengungkapkan bahwa satelit Biomassa dengan sempurna mewujudkan misi ESA Earth Explorer yang dirancang untuk menunjukkan bagaimana teknologi mutakhir dapat memberikan wawasan inovatif mengenai sistem kompleks planet ini.

    “Dengan mendorong batasan penginderaan jarak jauh, satelit Biomassa tidak hanya memajukan pemahaman kita tentang hutan global dan siklus karbon, tetapi juga menunjukkan potensi transformatif inovasi berbasis ruang angkasa dalam mengatasi tantangan lingkungan paling mendesak di Bumi,” jelasnya.

    Pada medio Februari 2025, ESA mengungkapkan bahwa misi Biomassa baru telah dirancang untuk membantu mengukur siklus karbon global guna memahami bagaimana hutan berubah dan implikasi selanjutnya terhadap iklim.

  • Gejolak di Pasar Saham Bersifat Temporer

    Gejolak di Pasar Saham Bersifat Temporer

    Jakarta, Beritasatu.com – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menilai, gejolak yang terjadi di pasar saham saat ini disebabkan oleh tekanan perekonomian global, terutama yang berkaitan dengan kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS)

    Destry mengungkapkan, secara kumulatif, dari Januari hingga Maret, modal asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp 22 triliun. Namun, pada saat yang sama, modal asing masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 25 triliun.

    Ekspektasi pelaku pasar terhadap SBN dan SRBI tetap berdasarkan fundamental perekonomian nasional.

    “Kami berharap bahwa apa yang terjadi kemarin bersifat sementara, karena tentunya ada faktor kejutan dari kebijakan-kebijakan global,” ujar Destry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan BI pada Maret 2025 di Gedung Thamrin, Jakarta, Rabu (19/3/2025).

    Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11.19.31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) setelah indeks harga saham gabungan (IHSG) turun hingga 5%.

    Keputusan untuk pasar saham tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 mengenai Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.

    Destry menambahkan bahwa koreksi di pasar saham telah terjadi sejak akhir 2024. Ia menjelaskan, kondisi pasar saham sangat erat kaitannya dengan ekspektasi pelaku pasar terhadap perekonomian.

    “Saham sangat sensitif terhadap sentimen ekonomi, baik global maupun domestik. Berbagai kebijakan dari Presiden AS Donald Trump, misalnya, dapat memberikan dampak besar terhadap perekonomian secara keseluruhan,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Destry menegaskan bahwa BI tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar yang sesuai dengan fundamental ekonomi melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta SBN di pasar sekunder.

    “Bank Indonesia akan terus hadir di pasar untuk menunjukkan bahwa koreksi rupiah ini bersifat sementara. Oleh karena itu, BI melakukan intervensi melalui transaksi spot, DNDF, dan jika diperlukan, juga di SBN,” pungkasnya terkait pergerakan pasar saham domestik.

  • NVIDIA Rilis Teknologi Akurasi Kesiapsiagaan Bencana

    NVIDIA Rilis Teknologi Akurasi Kesiapsiagaan Bencana

    Bisnis.com, JAKARTA – NVIDIA Corporation merilis NVIDIA Omniverse Blueprint untuk analisis cuaca Earth-2 guna mempercepat pengembangan solusi perkiraan cuaca yang lebih akurat. Hal itu diumumkan saat GTC 2025 yang berlangsung di San Jose, California, Amerika Serikat, Selasa (18/3/2025).

    Langkah ini dilakukan lantaran peristiwa cuaca terkait iklim telah berdampak sebesar US$2 triliun pada ekonomi selama dekade terakhir. Omniverse Blueprint yang baru bakal membekali pengguna dengan teknologi terkini untuk membantu organisasi global meningkatkan manajemen risiko dan kesiapsiagaan bencana.

    Pendiri dan CEO NVIDIA Jensen Huang mengungkapkan bahwa dunia saat ini telah melihat lebih banyak kejadian cuaca ekstrem dan bencana alam daripada sebelumnya yang mengancam jiwa dan harta benda.

    “NVIDIA Omniverse Blueprint for Earth-2 akan membantu industri di seluruh dunia bersiap untuk menghadapi dan mengurangi perubahan iklim dan bencana terkait cuaca,” katanya saat membuka ajang tersebut.

    NVIDIA Omniverse Blueprint untuk analisis cuaca Eart-2 menawarkan alur kerja referensi -termasuk library akselerasi kartu grafis NVIDIA, kerangka kerja fisika seperti artificial intelligence (AI), alat pengembangan, dan layanan mikro- untuk membantu perusahaan beralih dari pembuatan prototipe ke produksi dnegan model perkiraan cuaca.

    Selain itu, layanan mikro NVIDIA NIM yang mudah digunakan untuk NVIDIA Eart-2 juga merupakan bagan dari Omniverse Blueprint, termasuk Corrdiff untuk downscaling dan FourCastNet untuk memprediksi dinamika atmosfer global dari berbagai variable cuaca dan iklim.

    Layanan ini telah digunakan oleh perusahaan teknologi cuaca, peneliti, dan lembaga pemerintah untuk memeroleh wawasan dan mengurangi risiko dari cuaca ekstrem.

    Sementara itu, perusahaan-perusahaan teknologi iklim terkemuka di industri termasuk AI G42, JBA Risk Management, Spire, dan perusahaan lainnya menggunakan Omniverse Blueprint untuk mengembangkan solusi unik yang dilengkapi AI.

    Platform NVIDIA Earth-2 membantu pengembang untuk memmbangun solusi yang memberikan peringatan dan peringatan terkini dalam hitungan detik, bukan menit atau jam yang menggunakan pemodelan berbasis prosesor (central processing unit/CPU) tradisional. Namun, hal ini mungkin untuk dilakukan apabila teknologi tersebut dipadukan dengan data perusahan milik perusahaan dalam industri teknologi iklim.

    Oleh sebab itu, G42 memadukan berbagai komponen Omniverse Blueprint dengan perkiraan berbasis AI miliknya sendiri untuk Earth-2 guna menyediakan teknologi AI untuk Pusat Meteorologi Nasional Uni Emirat Arab (UEA) sehingga memberikan perkiraan cuaca tingkat lanjut dan manajemen bencana.

    CEO Inception, perusaan G42, Andrew Jackson mengatakan bahwa pihaknya mengembangkan peramalan yang didukung AI untuk membantu pemerintah dan perusahaan memperkuat ketahanan terhadap cuaca ekstrem di dunia yang berubah dengan cepat.

    “Dengan menggunakan pemodelan cuaca dan iklim beresolusi tinggi, kami mengubah cara organisasi mengantisipasi dan menganggapi kondisi cuaca buruk dengan presisi dan kesepatan,” katanya.

    Dia menjelaskan bahwa pihaknya telah mengam sistem berbasis AI khusus berdasarkan model CorrDiff NVIDIA, yang memperkecil data cuaca kasar menjadi peramalan hiperlokal. Hal ini, imbuhnya, memungkinkan prediksi yang lebih cepat dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Menurutnya, apabila dikombinasikan dengan Earth-2 Blueprint, maka teknologi membekali para pengambil keputusan dengan kecerdasan yang dapat ditindaklanjuti untuk melindungi masyarakat, menjaga infrastruktur, dan merencanakan masa depan yang lebih tangguh.

  • BI Pertahankan Suku Bunga, LPEM FEB UI: Keputusan Tepat

    BI Pertahankan Suku Bunga, LPEM FEB UI: Keputusan Tepat

    Jakarta, Beritasatu.com – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menanggapi keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Keputusan ini dinilai tepat, terutama karena BI tetap menjaga pelonggaran likuiditas.

    “Saya pikir ini keputusan yang cukup tepat. Yang paling penting adalah BI propelonggaran likuiditas yang belum tentu tercermin dari suku bunga ini. BI perlu menjaga likuiditas karena pasar cukup khawatir dengan keterbatasan likuiditas di sektor finansial. Jadi, jika BI tetap menjaga likuiditasnya, ini langkah yang tepat,” ujar Kepala LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin, kepada Beritasatu.com secara daring, Rabu (19/3/2025).

    Menurut Chaikal, keputusan ini juga mendukung upaya BI menjaga selisih antara suku bunga BI dan The Fed di Amerika Serikat. The Fed dijadwalkan mengumumkan arah kebijakan suku bunganya pada Kamis (20/3/2025) waktu Indonesia, dengan konsensus pasar memperkirakan tetap di rentang 4,25%-4,50%.

    Ia juga menyoroti respons investor terhadap kebijakan BI. Menurutnya, penahanan suku bunga acuan dapat memengaruhi investor yang sensitif terhadap sentimen jangka pendek.

    “Pemerintah dan otoritas fiskal harus mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian global sudah cukup tinggi, jadi untuk investasi jangka pendek, pemerintah harus menjaga sentimen agar tetap positif dan tidak membuat perubahan kebijakan yang drastis,” tambahnya.

    Sebagai informasi, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 1,4% setelah pengumuman kebijakan BI terkait suku bunga ini.

  • Cari Kerja Sekarang Susah, Banyak Orang Beralih ke Profesi Ini

    Cari Kerja Sekarang Susah, Banyak Orang Beralih ke Profesi Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badai PHK masih berlanjut hingga sekarang. Sepanjang Februari 2025, sebanyak 15.000 karyawan kena PHK dan jadi pengangguran, menurut data situs pelacak Layoffs.fyi.

    Beberapa raksasa teknologi telah mengumumkan PHK besar-besaran di awal tahun ini. Beberapa di antaranya adalah Microsoft, Meta, Workday, dan HP.

    Di Indonesia, fenomena PHK juga terjadi di sektor ritel. Beberapa perusahaan yang melakukan PHK antara lain Sritex, Danbi, 2 pabrik sepatu Nike, 2 pabrik berlabel Yamaha, dan Sanken.

    Banyaknya PHK diiringi pula dengan sulitnya mencari kerja. Hal ini turut didorong oleh adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang lebih efisien dan mulai menggantikan beberapa profesi.

    Kendati banyak profesi yang diramal akan punah di masa depan, tetapi tak sedikit profesi baru yang tercipta berkat AI.

    Seorang lulusan sekolah jurnalis di Amerika Serikat, ditawari pekerjaan sebagai pelatih model AI oleh perusahaan data pelatihan AI, Outlier.

    Orang tersebut adalah Carla McCanna, lulusan baru dari Medill School of Journalism Northwestern University. Saat itu ia belum pernah mendengar tentang perusahaan ini, tapi tawaran pekerjaan itu datang melalui Handshake, portal perekrutan milik universitas tersebut.

    “Perekrut mengatakan bahwa keahlian saya sesuai dengan peran sebagai ahli penulisan dan bahwa saya akan melatih model AI untuk mengoptimalkan akurasi dan efisiensi,” ujar McCanna.

    Saat itu, McCanna tidak memiliki pengalaman dalam pekerjaan yang berhubungan dengan data, pembelajaran mesin, atau industri teknologi.

    Keahlian yang disebut oleh perekrut adalah pengalaman jurnalistiknya, kemampuan menulis profesional, penelitian, dan pengecekan fakta.

    Sebelumnya, McCanna pernah magang di The Dallas Morning News dan majalah bulanan D Magazine, dan Agustus lalu, ia meraih gelar masternya di bidang jurnalisme.

    Namun, pekerjaan sebagai jurnalis cukup sulit saat ini dan persaingan untuk mendapatkannya sangat ketat.

    Pada 2024, industri media di AS sedang terpuruk, bahkan ada 5.000 jurnalis yang di PHK, naik 59% dari tahun sebelumnya, menurut laporan tahunan dari Challenger, Gray & Christmas).

    “Saya paling tertarik dengan majalah, penulisan feature, atau penulisan budaya dan musik, pekerjaan-pekerjaan tersebut di LinkedIn mendapatkan ribuan pelamar,” ujar McCanna, dikutip dari Niemanlab.

    “Sementara saya mencari posisi jurnalis saat itu, [pekerjaan Outlier] ini sepertinya bagus, karena ini benar-benar jarak jauh dan gajinya bagus jika konsisten,” imbuhnya.

    Selama beberapa bulan terakhir, McCanna telah bekerja penuh waktu untuk Outlier, mengambil proyek-proyek di platform dengan bayaran sekitar US$35 per jam.

    Pekerjaan data dengan cepat menjadi sumber pendapatan utamanya dan merupakan pekerjaan yang dia rekomendasikan kepada teman-teman sekelasnya di Medill.

    “Banyak dari kami yang masih mencari pekerjaan. Tiga kali saya memberi tahu seseorang tentang pekerjaan saya, dan mereka berkata, tolong kirimkan ke saya,” katanya. “Saat ini sangat sulit, dan banyak rekan-rekan saya yang mengatakan hal yang sama.”

    McCanna hanyalah salah satu dari sekian banyak jurnalis yang didekati oleh Outlier untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan data AI selama setahun terakhir.

    Menurut laporan Niemanlab yang berbicara dengan penulis berita lokal, jurnalis foto, dan reporter radio di seluruh AS, banyak dari mereka yang menerima pesan perekrutan serupa dari perusahaan atau mendengar tentang platform ini dari mulut ke mulut.

    Beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka telah mengambil pekerjaan paruh waktu di Outlier untuk menambah penghasilan atau menggantikan pekerjaan mereka di bidang jurnalisme, karena berkurangnya pekerjaan staf atau tugas-tugas lepas para jurnalis.

    Diluncurkan pada tahun 2023, Outlier adalah sebuah platform yang dimiliki dan dikelola oleh Scale AI, sebuah perusahaan anotasi data yang berbasis di San Francisco yang bernilai US$13,8 miliar. Di antara para pelanggannya terdapat perusahaan-perusahaan AI terbesar di dunia, termasuk OpenAI dan Meta.

    15 Profesi Terancam Punah

    Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) periode 2023-2027 menyebutkan sekitar 83 juta lapangan pekerjaan akan menghilang. Semua itu karena perkembangan teknologi yang makin masif.

    Riset Future of Work 2023 mengungkapkan 23% tenaga kerja pada sejumlah industri diperkirakan akan berubah. Semua itu terjadi hanya dalam kurun waktu lima tahun saja.

    Salah satu industri yang akan mengalami perusahaan drastis adalah media, hiburan dan olah raga. Sekitar 23% pekerjaan bakal lenyap atau muncul dengan profesi baru.

    Hal serupa juga akan terjadi pada lebih 23% pekerjaan di bidang pemerintahan, komunikasi digital dan teknologi informasi, real estat, layanan keuangan, serta transportasi dan rantai pasok.

    Berdasarkan laporan WEF, berikut 15 daftar pekerjaan yang perlahan menuju punah hingga tahun 2027 mendatang:

    Teller bank
    Petugas pos
    Kasir dan loket
    Data entry
    Sekretaris dan administrasi
    Staf pencatat stok (stock-keeping)
    Staf akuntansi, pembukuan, dan payroll
    Legislator dan pejabat pemerintahan
    Staf statistik, asuransi, dan keuangan
    Sales door-to-door, pedagang kaki lima, dan penjual koran
    Satpam
    Manajer kredit dan pinjaman
    Penyelidik dan pemeriksa klaim
    Penguji software
    Relationship manager

    (fab/fab)