Negara: Amerika Serikat

  • Wakil Trump Rayu Rakyat Greenland, Iming-imingi Lebih Baik Gabung AS daripada Denmark – Halaman all

    Wakil Trump Rayu Rakyat Greenland, Iming-imingi Lebih Baik Gabung AS daripada Denmark – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), JD Vance, merayu rakyat Greenland dengan mengatakan lebih baik bergabung dengan AS daripada Denmark.

    JD Vance menyampaikan pesan Presiden AS Donald Trump kepada rakyat Greenland ketika ia mengunnjungi para prajurit AS di Pangkalan Luar Angkasa Pituffik di Greenland barat laut pada hari Jumat (28/3/2025).

    Ia menekankan tekad pemerintahan Donald Trump untuk memperluas kehadiran permanennya di pulau Arktik tersebut.

    “Saya ingin menyampaikan pesan dari Presiden Trump,” kata Vance kepada para penerbang dan pengawal yang berkumpul.

    “Dia berterima kasih atas pengabdian Anda, berterima kasih atas apa yang Anda lakukan di sini… karena misi yang Anda lakukan sangat penting bagi Amerika Serikat,” lanjutnya.

    Ia juga menegaskan bahwa tidak ada “rencana segera” untuk memperluas kehadiran militer AS dengan pangkalan-pangkalan baru.

    “Washington akan meningkatkan investasi, termasuk berinvestasi pada kapal pemecah es militer tambahan, berinvestasi pada kapal angkatan laut tambahan yang akan memiliki kehadiran lebih besar di Greenland,” ujarnya.

    Selain itu, ia menekankan AS mendukung penentuan nasib sendiri Greenland, tetapi menjelaskan AS membayangkan masa depan di mana pulau tersebut pada akhirnya berpihak pada AS.

    “Saya pikir akan jauh lebih baik jika Anda berada di bawah payung keamanan Amerika Serikat daripada berada di bawah payung keamanan Denmark,” katanya.

    JD Vance menuduh pemerintah Denmark telah mengecewakan rakyat Greenland dan mengklaim pulau itu sangat rentan saat ini.

    “Anda (pemerintah Denmark) kurang berinvestasi pada masyarakat Greenland, dan Anda kurang berinvestasi pada arsitektur keamanan daratan yang luar biasa dan indah ini yang dipenuhi dengan masyarakat yang luar biasa. Itu harus diubah, dan karena itu belum berubah, inilah mengapa kebijakan Presiden Trump di Greenland seperti sekarang,” kata Vance, dikutip dari NPR.

    Namun, ia meyakinkan rakyat Greenland bahwa AS tidak akan menggunakan kekuatan militer untuk mewujudkan ambisi Trump.

    “Kami tidak yakin bahwa kekuatan militer akan diperlukan… Karena kami yakin bahwa penduduk Greenland adalah orang-orang yang rasional dan baik, kami yakin kami akan mampu membuat kesepakatan, seperti Donald Trump, untuk menjamin keamanan wilayah ini,” kata JD Vance.

    Wakil presiden tersebut membenarkan pendekatan pemerintah AS yang semakin tegas dengan menunjuk pada meningkatnya aktivitas China dan Rusia di kawasan tersebut.

    Ia menggambarkan Greenland sebagai titik api geopolitik di era baru persaingan strategis.

    “Kita tahu bahwa Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lain sangat tertarik pada jalur-jalur Arktik, rute-rute angkatan laut Arktik, dan juga mineral-mineral di wilayah Arktik,” katanya.

    “Kita perlu memastikan bahwa Amerika memimpin di Arktik – karena kita tahu bahwa jika Amerika tidak melakukannya, negara-negara lain akan mengisi kekosongan yang kita tinggalkan,” tambahnya.

    Ia juga menyoroti peran penting Greenland dalam sistem peringatan dini rudal AS, dengan menggambarkan fungsi pangkalan tersebut sebagai perisai penting jika rudal ditembakkan dari negara musuh.

    Putin: AS Ingin Aneksasi Greenland Sejak 1860-an

    Kunjungan wakil presiden dilakukan sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menguraikan kebijakan Arktik Moskow.

    Putin juga memperingatkan bahwa rencana aneksasi AS terhadap Greenland telah dimulai sejak tahun 1860-an.

    Putin menegaskan pernyataan Donald Trump untuk menganeksasi Greenland harus ditanggapi dengan serius dan tidak dianggap sebagai omong kosong belaka.

    Rencana Amerika untuk merebut Greenland dimulai sejak tahun 1860, tetapi pada saat itu mereka tidak mendapat dukungan Kongres, kata presiden Rusia.

    “Perlu saya ingatkan bahwa pada tahun 1868, pembelian Alaska diejek di surat kabar Amerika. Pembelian itu disebut kegilaan, ‘kotak es’, dan ‘taman beruang kutub’ milik Andrew Johnson, presiden AS saat itu. Dan usulannya tentang Greenland gagal,” kata Putin pada hari Kamis (27/3/2025) seperti diberitakan Russia Today.

    Putin mencatat bahwa AS, Jerman, dan Denmark juga hampir menandatangani kesepakatan tukar-menukar tanah pada tahun 1910.

    Kesepakatan tersebut hampir membuat Denmark menyerahkan Greenland kepada Amerika namun, kesepakatan itu akhirnya gagal.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Hilal Tak Penuhi Kriteria, Lebaran Jatuh pada 31 Maret 2025

    Hilal Tak Penuhi Kriteria, Lebaran Jatuh pada 31 Maret 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) menyebutkan tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia belum memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), sehingga Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah diperkirakan jatuh pada 31 Maret 2025.

    Hal itu disampaikan anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya dalam seminar membahas posisi hilal menjelang sidang Isbat Lebaran 2025 di kantor pusat Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3/2025) sore.

    Cecep memaparkan tinggi hilal di seluruh wilayah NKRI antara -3°15’28″(-3,26°) sampai dengan -1°04’34″(-1,08°), dengan elongasi antara 1°36’23″(1,61°) sampai dengan 1°12’53″(1,21°).

    Merujuk kriteria MABIMS, awal bulan hijriah ditetapkan jika hilal memiliki tinggi minimal 3 derajat dan elongasi atau jarak sudut antara dua benda langit mencapai 6,4 derajat.

    “Berdasarkan kriteria MABIMS pada tanggal 29 Ramadan 1446 Hijriah/29 Maret 2025 Masehi, posisi hilal di wilayah NKRI tidak ada yang memenuhi kriteria tinggi hilal minimum 3 derajat dan elongasi minimum 6,4 derajat,” katanya, dilansir dari Antara.

    Sehingga Cecep memprakirakan 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada Senin (31/3/2025) dengan merujuk kepada metode istikmal atau menyempurnakan/membulatkan bilangan bulan menjadi 30 hari jika rukyatul hilal atau pengamatan hilal tidak berhasil dilakukan. 

    Namun hasil resminya tetap menunggu keputusan sidang isbat yang akan digelar sore ini, setelah pemantauan hilal. 

    Ia juga memaparkan secara hisab atau perhitungan astronomi, ijtimak atau konjungsi yang bisa digunakan untuk memvalidasi rukyatul hilal terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB.

    Namun, Cecep menjelaskan ijtimak kali ini bertepatan dengan momentum gerhana matahari parsial, sehingga kejadian ini tidak bisa dilihat secara sempurna.

    “Sayangnya gerhana tidak bisa diamati di wilayah Indonesia, hanya di wilayah Arika Barat Laut, Eropa, serta Rusia bagian Utara,” ujarnya.

    Cecep juga mengungkapkan terdapat potensi perbedaan perayaan Idulfitri di belahan dunia lain seperti di wilayah Amerika Utara, Tengah, serta sebagian wilayah Amerika Selatan bagian Utara yang hilalnya memenuhi syarat jika mengacu pada kriteria MABIMS.

    Namun demikian, sambungnya, tentunya berbagai wilayah tersebut mungkin memiliki kriteria yang berbeda dalam menentukan 1 Syawal 1446 Hijriah.

    “Di seluruh wilayah NKRI tidak memenuhi kriteria visibilitas hilal atau imkan rukyat MABIMS. Oleh karenanya, hilal menjelang awal Syawal 1446 Hijriah pada hari rukyat ini secara teoritis diprediksi mustahil dapat dirukyat, karena posisinya berada di bawah ufuk pada saat matahari terbenam,” tutur Cecep Nurwendaya.

  • Banyak Orang AS Ogah Beli Mobil Tesla, Elon Musk Biang Keroknya

    Banyak Orang AS Ogah Beli Mobil Tesla, Elon Musk Biang Keroknya

    Jakarta

    Baru-baru ini, lembaga survei di Amerika Serikat (AS) melakukan studi terkait minat masyarakat setempat dalam membeli mobil listrik Tesla. Hasilnya, mayoritas responden mengaku tak minat memiliki kendaraan tersebut dan menjadikan Elon Musk sebagai alasan utama!

    Disitat dari Carscoops, Jumat (28/3), survei itu menunjukkan, 67 persen orang Amerika Serikat mengaku tak mau membeli atau menyewa mobil listrik Tesla. Sementara 37 persen dari angka tersebut mengatakan Elon Musk selaku CEO perusahaan sebagai faktor utamanya.

    “Ini berarti Elon Musk sendiri membuat 37 persen orang Amerika tidak tertarik membeli Tesla. Itu jauh lebih besar daripada 27 persen yang mengatakan bos yang blak-blakan itu tak terlibat dalam keputusan untuk tak mempertimbangkan Tesla,” demikian tulis survei tersebut.

    Elon Musk. Foto: AFP/CHIP SOMODEVILLA

    Meski Musk dulu kerap diagung-agungkan penggemar mobil listrik, namun sekarang ‘pesonanya’ mulai luntur. Bahkan, ketika ada survei soal ‘Apakah Elon Musk merupakan alasan Anda membeli atau menyewa Tesla di masa mendatang?’, hanya 1 persen responden yang menjawab iya.

    Sementara survei yang diadakan Yahoo News dan YouGov pada 20-24 Maret lalu mengungkap, 45 persen dari 1.677 responden punya opini buruk tentang Elon Musk. Kemudian 10 persennya menganggap kurang baik dan hanya 21 persen yang beropini baik.

    Penelitian yang sama mengungkap, 52 persen orang percaya Musk hanya peduli soal dirinya sendiri ketimbang negara. Angka-angka tersebut menunjukkan Tesla dan Musk mengalami masa-masa sulit di negaranya sendiri.

    Sebelumnya, sejak beberapa bulan terakhir, Tesla dan Musk mendapat gelombang serangan dari masyarakat Amerika Serikat. Bahkan, sejumlah kelompok sampai melakukan perusakan dan pembakaran fasilitas Tesla seperti dealer, ruang pamer dan pom pengisian daya listrik.

    Musk mengaku heran melihat perlakuan tersebut. Sebab, sebagai CEO Tesla, dia hanya ingin membuat dan menjual kendaraan listrik ke konsumen.

    “Tingkat kekerasan ini gila dan sangat salah. Tesla hanya membuat mobil listrik dan tidak melakukan apa pun untuk pantas mendapat serangan jahat ini,” kata Musk.

    (sfn/dry)

  • Cara Lihat Gerhana Matahari Sebagian Hari Ini Jelang Buka Puasa

    Cara Lihat Gerhana Matahari Sebagian Hari Ini Jelang Buka Puasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah fenomena Gerhana Bulan Total baru saja terjadi pada 14 Maret 2025, masyarakat Bumi akan kembali melihat fenomena Gerhana Matahari Sebagian.

    Perlu dicatat, Gerhana Matahari Sebagian tak sama dengan Gerhana Matahari Total yang terlihat dari permukaan Bumi. Seperti namanya, Gerhana Matahari Sebagian hanya memperlihatkan Matahari yang tertutup sebagian dengan Bulan.Sebagian wilayah Amerika Utara dan Greenland akan melihat Gerhana Matahari Sebagian hingga 90%.

    Di Iqaluit yang merupakan kapital Nunavut di Kanada, permukaan Matahari akan tertutup hingga 92%, dikutip dari The Guardian.

    Dari London, Gerhana Matahari Sebagian akan muncul antara 10:07-12:00 GMT atau 17:07-19.00 WIB. Gerhana maksimal akan terjadi pada 11:03 GMT atau 18:03 WIB, ketika lebih dari 30% permukaan Matahari akan tertutup Bulan.

    Angka ini meningkat makin jauh ke utara. Di Glasgow misalnya, angka maksimum terjadi pada pukul 11:06 GMT atau 18:06 WIB, dengan tingkat kegelapan hanya sekitar 42%.

    Fenomena ini berbarengan dengan fase Bulan baru. Artinya, Bulan akan berada di sisi Bumi bersamaan dengan Matahari. Bulan tak akan kelihatan di langit malam.

    Bagi yang berkesempatan mengamatinya, harus hati-hati. Sebab, melihat langsung ke Matahari dapat menyebabkan kerusakan pada mata.

    Disarankan untuk menggunakan kacamata dengan sertifikasi yang tepat untuk mengurangi cahaya dan panas yang masuk. Misalnya, kacamata yang bersertifikat CE atau ISO, dengan standar ISO 12312-2:2015.

    Sayangnya, penampakan Gerhana Matahari Sebagian tak bisa dinikmati oleh masyarakat di Indonesia. Namun, Anda masih bisa menyaksikannya lewat layanan streaming melalui channel YouTube Royal Observatory Greenwich pada link ini pada pukul 18.00 WIB sembari ngabuburit dan menunggu hasil Sidang Isbat.

    (fab/fab)

  • Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menugaskan badan intelijen Mossad untuk mencari negara yang bisa menampung warga Gaza.

    Laporan terbaru menyebutkan Israel telah menghubungi Sudan, Somalia, Indonesia dan negara-negara lainnya untuk menerima pengungsi warga Gaza Palestina.

    Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.

    Demikian dikutip dari Times of Israel dikutip hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Media itu memberitakan bahwa beberapa negara telah mengkonfirmasi menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, kebanyakan anak-anak, untuk dirawat.

    Namun demikian  hingga saat ini belum ada negara yang setuju untuk menampung sejumlah besar warga Gaza.

    Didukung Donald Trump

    Upaya Israel ‘mengusir’ warga Gaza telah mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Bulan lalu, Trump mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat mengambil alih Gaza dan merelokasi seluruh populasi dua juta orang.

    Meski belakangan dia  mengklarifikasi bahwa tidak ada warga Palestina yang akan diusir secara paksa.

    Trump juga menyangkal  rencana relokasi itu  sebagai pembersihan etnis di Gaza.

    Israel juga bersikeras bahwa warga Gaza tidak akan dipaksa pergi tetapi para pejabat belum menjelaskan bagaimana caranya warga Gaza pergi secara sukarela.

    Menurut situs berita Axios, AS tidak secara aktif berupaya memajukan rencana Trump.

    Sementara utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff malah  fokus pada pemulihan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas.

    Israel Klaim Telah Hubungi Indonesia dan Lainnya

    Israel klaim telah melakukan  pembicaraan dengan negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik, Somalia dan Sudan Selatan agar bisa menampung warga Gaza.

    “Termasuk berbicara dengan Indonesia dan negara-negara lain agar  menerima warga Palestina,” demikian Axios melaporkan, mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS.

    Namun media itu menyebut pembicaraan tersebut belum membuahkan hasil.

    Laporan sebelumnya telah menyebutkan Suriah , Sudan dan wilayah Somaliland yang memisahkan diri sebagai tujuan potensial untuk merelokasi warga Gaza yang sedang diincar AS dan Israel.

    Ditolak Palestina dan Dunia Arab

    Otoritas Palestina dan dunia Arab sebelumnya telah menolak keras upaya relokasi warga Gaza.

    Dengan alasan bahwa warga Palestina seharusnya diizinkan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.

    Memindahkan mereka ke tempat lain hanya akan memicu lebih banyak konflik dan ekstremisme di tempat lain.

    Bantahan Kemlu RI

    Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Rolliansyah Soemirat, memastikan pemerintah tidak pernah membahas rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia.

    Hal itu sekaligus menanggapi informasi yang beredar dari media asing.

    “Pemerintah Indonesia tidak pernah membahas dengan pihak manapun ataupun mendengar informasi tentang rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia yang disebut oleh beberapa media asing,” ujar Rolliansyah dalam keterangannya, Kamis (27/3/2025).

    Rolliansyah kembali menegaskan tidak ada satu pun kesepakatan pemerintah dengan pihak mana pun terkait wacana tersebut.

    “Dapat kami tegaskan bahwa tidak ada pembahasan apalagi kesepakatan antara Indonesia dengan pihak manapun mengenai hal tersebut,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menambahkan saat ini pemerintah justru lebih mengedepankan rencana gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Selain itu, desakan agar pembangunan kembali Gaza pasca penjajahan Israel.

    “Saat ini, Indonesia lebih memfokuskan dan mendorong terwujudnya Gencatan Senjata tahap II dan masuknya bantuan kemanusiaan, serta memastikan dimulainya rekonstruksi di Gaza,” pungkasnya.

     

  • Hakim Larang Deportasi Mahasiswi Doktoral Asal Turki yang Ditangkap karena Dituding Dukung Hamas

    Hakim Larang Deportasi Mahasiswi Doktoral Asal Turki yang Ditangkap karena Dituding Dukung Hamas

    JAKARTA – Hakim federal di Massachusetts, AS, memerintahkan larangan deportasi mahasiswi doktoral asal Turki di Universitas Tufts untuk sementara waktu. Mahasiswi program doktoral ini ditangkap petugas imigrasi federal AS setelahmenyuarakan dukungan bagi warga Palestina dalam perang Israel di Gaza.

    Rumeysa Ozturk, wanita berusia 30 tahun, ditangkap petugas imigrasi AS di dekat rumahnya di Massachusetts, menurut video yang menjadi viral yang menunjukkan penangkapan oleh agen federal yang mengenakan penutup kepala.

    “Untuk memungkinkan putusan Pengadilan atas yurisdiksinya memutuskan petisi tersebut, Ozturk tidak akan dideportasi dari Amerika Serikat hingga ada perintah lebih lanjut dari Pengadilan ini,” kata hakim dilansir Reuters, Sabtu, 29 Maret.

    Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) menuduh Ozturk terlibat dalam kegiatan yang mendukung Hamas, kelompok yang oleh pemerintah AS dikategorikan sebagai “organisasi teroris asing.”

    DHS belum memberikan komentar tentang putusan tersebut, yang disambut baik oleh pengacara mahasiswa Turki tersebut.

    Ozturk, mahasiswi program doktoral Tufts untuk Studi Anak dan Pengembangan Manusia, memiliki visa F-1 (visa pelajar).

    Setahun yang lalu, ia ikut menulis opini, yang mengkritik tanggapan Tufts terhadap seruan untuk menarik investasi dari perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel dan untuk “mengakui genosida Palestina.”

    Pengacaranya menyebut penangkapan Ozturk melanggar hukum.

    Presiden Donald Trump telah berjanji untuk mendeportasi pengunjuk rasa asing pro-Palestina dan menuduh mereka mendukung Hamas, bersikap antisemit, dan menimbulkan hambatan kebijakan luar negeri.

    Para pengunjuk rasa, termasuk beberapa kelompok Yahudi, mengatakan pemerintahan Trump mencampuradukkan kritik mereka terhadap serangan Israel di Gaza dan advokasi mereka untuk hak-hak Palestina dengan antisemitisme dan dukungan untuk Hamas.

    Beberapa pelajar dan pengunjuk rasa telah dicabut visanya oleh pemerintahan Trump, yang mengatakan mungkin telah mencabut lebih dari 300 visa.

  • Manfaatkan Surplus Nasional, Indonesia Ekspor 1,6 Juta Telur ke AS

    Manfaatkan Surplus Nasional, Indonesia Ekspor 1,6 Juta Telur ke AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Pertanian (Kementan) siap memfasilitasi ekspor 1,6 juta butir telur ayam konsumsi ke Amerika Serikat (AS) setelah produksi nasional mengalami surplus hingga 288.700 ton atau sekitar 5 miliar butir per bulan.

    Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menyatakan, kelebihan produksi ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memasok telur ke negara-negara yang mengalami krisis akibat wabah HPAI, termasuk AS.

    Negeri Paman Sam dilaporkan mengalami defisit telur yang menyebabkan lonjakan harga hingga US$ 4,11 atau sekitar Rp 68.000 per butir.

    “Kami terus mendorong peningkatan ekspor dengan memastikan kualitas, keamanan pangan, dan persyaratan negara tujuan terpenuhi,” ujar Agung di Jakarta, Sabtu (29/3/2025).

    Ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendukung ekspor produk peternakan, termasuk telur ayam, untuk membantu negara-negara yang mengalami krisis pasokan.

    “Sebagai langkah awal, ekspor 1,6 juta butir telur per bulan ke AS diharapkan dapat terealisasi. Saat ini, kami sedang dalam tahap penjajakan dan pemenuhan protokol ekspor,” jelasnya.

    Sebelumnya, Indonesia telah mengekspor telur konsumsi ke Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA). Agung menambahkan bahwa ekspor ke AS harus memenuhi standar ketat dari otoritas keamanan pangan setempat.

    “Telur yang diekspor harus berkualitas tinggi, bebas Salmonella, dan tidak mengandung residu antibiotik sesuai standar yang ditetapkan Food and Drug Administration (FDA) AS,” katanya.

    Ia memastikan ekspor ini tidak akan mengganggu pasokan dalam negeri, karena pemerintah tetap mengutamakan stabilitas harga dan ketersediaan di pasar domestik.

    “Ekspor dilakukan dengan tetap menjaga keseimbangan pasokan dan harga dalam negeri,” ujar Agung.

    Diketahui, produksi telur nasional pada 2025 diperkirakan mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhan domestik sekitar 6,2 juta ton, sehingga terdapat potensi surplus sebesar 288.000 ton untuk bisa ekspor telur.
     

  • Korban Jiwa Tembus 1.000 Lebih, ‘Jangan Berpikir Ada Harapan’

    Korban Jiwa Tembus 1.000 Lebih, ‘Jangan Berpikir Ada Harapan’

    PIKIRAN RAKYAT – Tim penyelamat asing mulai tiba di Myanmar pada Sabtu 29 Maret 2025 untuk membantu pencarian korban selamat dari gempa bumi dahsyat yang telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa.

    Gempa ini melumpuhkan infrastruktur vital di negara Asia Tenggara tersebut, yang sudah lebih dulu terpuruk akibat perang saudara berkepanjangan.

    Menurut laporan terbaru dari pemerintah militer Myanmar, jumlah korban tewas mencapai 1.002 jiwa, meningkat tajam dari laporan awal yang menyebutkan 144 orang pada Jumat 28 Maret 2025.

    Di negara tetangga, Thailand, gempa berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang bangunan hingga merobohkan gedung pencakar langit yang tengah dibangun di ibu kota Bangkok. Setidaknya sembilan orang tewas, 30 orang terjebak di bawah reruntuhan, dan 49 lainnya masih dinyatakan hilang.

    Berdasarkan pemodelan prediktif dari Dinas Geologi AS (USGS), jumlah korban tewas di Myanmar bisa terus meningkat hingga lebih dari 10.000 jiwa, dengan kerugian ekonomi yang diperkirakan melampaui total output tahunan negara tersebut. Gempa juga menyebabkan kerusakan signifikan pada jalan, jembatan, dan bangunan.

    Junta militer Myanmar, yang jarang meminta bantuan asing, kali ini mengeluarkan seruan internasional.

    “Operasi pencarian dan penyelamatan saat ini sedang dilakukan di daerah yang terkena dampak,” ujar pemerintah dalam pernyataan resmi pada Sabtu, 29 Maret 2025.

    Bantuan Internasional Mulai Berdatangan

    Tim penyelamat dari China telah tiba di Yangon, ibu kota komersial Myanmar, yang berjarak ratusan kilometer dari kota-kota terdampak seperti Mandalay dan Naypyitaw. Di Naypyitaw, sebagian rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur mengalami kerusakan akibat gempa.

    Negara-negara lain seperti Rusia, India, Malaysia, dan Singapura juga mulai mengirimkan pesawat bermuatan bantuan serta personel penyelamat.

    “Kami akan terus memantau perkembangan dan lebih banyak bantuan akan menyusul,” ucap Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar.

    Sementara itu, Korea Selatan berjanji memberikan bantuan kemanusiaan awal sebesar 2 juta dolar AS (Rp33 miliar) melalui organisasi internasional. Amerika Serikat, meskipun memiliki hubungan tegang dengan junta Myanmar dan telah menjatuhkan sanksi kepada pemimpinnya, juga menyatakan akan mengirimkan bantuan.

    ‘Jangan Berpikir Ada Harapan’

    Gempa yang terjadi sekitar pukul 12.00 siang waktu setempat memberikan dampak luas, mulai dari dataran tengah di Mandalay hingga perbukitan Shan. Kota Mandalay, yang merupakan kota terbesar kedua di Myanmar, menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak.

    Di sana, petugas penyelamat dan warga berlomba melawan waktu untuk mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan, meskipun terkendala minimnya alat berat. Salah satu korban selamat, Htet Min Oo (25), menggambarkan kepanikan yang terjadi saat ia berusaha menyelamatkan keluarganya.

    “Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah puing-puing,” katanya dengan air mata mengalir.

    “Setelah sekian lama, saya rasa tidak ada harapan,” tuturnya menambahkan.

    Operasi Penyelamatan di Bangkok

    Di Bangkok, yang berjarak sekitar 1.000 km dari pusat gempa, tim penyelamat berupaya menyelamatkan para pekerja konstruksi yang terjebak di bawah reruntuhan menara 33 lantai. Otoritas setempat menggunakan ekskavator, drone, dan anjing pelacak untuk menemukan 30 orang yang masih tertimbun, termasuk 15 orang yang diyakini masih hidup.

    “Kami akan melakukan segalanya, kami tidak akan menyerah untuk menyelamatkan nyawa. Kami akan menggunakan semua sumber daya,” ujar Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt, di lokasi kejadian.

    Banyak warga Bangkok menghabiskan malam di taman kota akibat ketakutan akan gempa susulan. Namun, situasi perlahan membaik pada Sabtu 29 Maret 2025 pagi.

    Sementara itu, Waanpetch Panta, seorang ibu yang putrinya berusia 18 tahun masih dinyatakan hilang, hanya bisa duduk menanti kabar.

    “Saya berdoa agar putri saya termasuk di antara mereka yang dibawa ke rumah sakit,” katanya penuh harap.

    “Yang bisa saya lakukan hanyalah menunggu seperti ini,” ucapnya menambahkan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Kecewa, Pejabat AS Bocorkan Info Intelijen untuk Serang Houthi Yaman – Halaman all

    Israel Kecewa, Pejabat AS Bocorkan Info Intelijen untuk Serang Houthi Yaman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel kecewa dengan bocornya obrolan di aplikasi Signal yang mengungkap mereka memberi informasi intelijen kepada AS sehingga AS dapat melancarkan operasi militer terhadap gerakan Ansar Allah (Houthi) di Yaman.

    Sebelumnya, surat kabar Amerika Serikat (AS), Wall Street Journal, mengutip pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya, yang mengungkap pembagian informasi intelijen antara Israel dan AS.

    Pejabat itu mengatakan informasi yang disampaikan Israel ke AS didasarkan pada sumber intelijen Israel di Yaman, termasuk data lokasi seorang pemimpin Houthi.

    Wall Street Journal tidak merinci peran informasi ini dalam mengarahkan serangan AS terhadap Houthi.

    Namun, Israel menyatakan kekecewaan mendalam terhadap AS setelah data tersebut bocor dan dipublikasikan.

    Israel menganggap hal ini sebagai pelanggaran kerahasiaan intelijen yang dapat membahayakan sumbernya.

    Sebelumnya, pada Senin (24/3/2024), jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, menulis sebuah artikel yang mengungkap percakapan rahasia dalam grup obrolan Signal.

    Obrolan tersebut melibatkan pejabat AS yang membahas rincian tentang serangan militer yang diantisipasi terhadap Houthi.

    Menurut Goldberg, pada 11 Maret 2025, ia menerima permintaan panggilan di aplikasi Signal dari seorang pengguna bernama Mike Waltz, nama penasihat keamanan nasional presiden AS.

    Dua hari kemudian, ia ditambahkan ke grup obrolan tertutup tempat pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump membahas serangan militer di Yaman.

    Pada 15 Maret 2025, seorang pengguna di grup tersebut, Pete Hegseth (nama Menteri Pertahanan AS), mengunggah pesan yang merinci serangan AS yang akan datang terhadap Houthi, termasuk target, jenis senjata yang digunakan, dan perkiraan waktu serangan.

    Tak lama kemudian, unggahan di media sosial mulai melaporkan serangan udara AS di Yaman, yang menunjukkan waktu kebocoran informasi bertepatan dengan operasi sebenarnya.

    Menyusul kontroversi seputar laporan tersebut, Donald Trump menyatakan kelompok tersebut tidak merilis informasi rahasia.

    Presiden AS menegaskan ia tidak melihat adanya ancaman keamanan dalam masalah tersebut, seperti diberitakan Saudi Shafaqna. 

    Ia juga menyatakan keyakinan penuh terhadap tim keamanan nasionalnya, termasuk Waltz, meskipun adanya skandal pelanggaran data.

    Sementara itu, Mike Waltz membantah mengetahui mengapa Goldberg ditambahkan ke obrolan tertutup.

    Sementara Departemen Pertahanan AS belum mengeluarkan komentar resmi apa pun tentang masalah tersebut.

    Sebelumnya AS memulai serangannya terhadap Houthi di Yaman pada 15 Maret 2025.

    Sekutu Israel tersebut meluncurkan serangan Udara di berbagai kota di Yaman utara.

    Houthi memulai kembali operasi militernya terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah pada 14 Maret 2025, menyusul penolakan Israel untuk memenuhi tuntutan Houthi agar membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Sebelumnya pada 19 November 2023, Houthi menyatakan solidaritas untuk mendukung Gaza yang menghadapi serangan Israel.

    Serangan Houthi terhadap Israel sempat berhenti ketika Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Israel menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari 2025, sebelum akhirnya Israel melanggar perjanjian tersebut dengan meluncurkan serangan ke Gaza pada 18 Maret 2025. 

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Cerita Korban Selamat Gempa Myanmar-Thailand: Lantai Bergerak, Orang-Orang Panik dan Berteriak – Halaman all

    Cerita Korban Selamat Gempa Myanmar-Thailand: Lantai Bergerak, Orang-Orang Panik dan Berteriak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korban selamat dari gempa bumi dahsyat di Myanmar dan Thailand, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, menceritakan bagaimana mereka selamat dari kematian sementara bangunan-bangunan di sekitar mereka runtuh dalam sekejap mata.

    Dilansir India Times, tim penyelamat saat ini masih berusaha menjangkau korban yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan.

    Rangkaian gempa, dengan yang terkuat berkekuatan 7,7, menyebabkan kerusakan luas, merobohkan bangunan, menghancurkan jembatan, dan merusak jalan.

    Seperti Kota yang Hancur

    Seorang warga di Mandalay, Myanmar, menggambarkan detik-detik gempa kepada BBC.

    “Kota ini seperti kota yang hancur,” katanya.

    “Beberapa orang masih terjebak di bawah reruntuhan.”

    “Gempanya sangat dahsyat.”

    “Saya belum pernah melihat gempa seperti itu sebelumnya.”

    “Gempa berlangsung sekitar tiga hingga empat menit.”

    “Saya menerima pesan dari teman-teman dan menyadari bahwa gempa tidak hanya terjadi di Yangon, tetapi juga di banyak tempat di seluruh negeri,” ujar korban selamat lainnya.

    Di ibu kota Myanmar, Nay Pyi Taw, seorang petugas penyelamat mengatakan mereka berusaha menyelamatkan seseorang yang terjebak di dalam rumah, tetapi tidak berhasil.

    Mereka kemudian menemukan mayat dan berhasil menyelamatkan satu orang yang terluka parah dari sebuah toko tukang emas, di mana petugas toko melaporkan 17 orang masih terjebak.

    “Kami hanya bisa menemukan orang di tempat yang suaranya masih terdengar,” kata petugas penyelamat.

    Gedung di Bangkok Runtuh dalam Sekejap

    Seorang pekerja konstruksi menceritakan bagaimana ia berhasil lolos dari maut setelah gedung pencakar langit di Chatuchak, Bangkok runtuh dalam sekejap.

    “Ketika shift kerja saya berakhir sekitar pukul 1 siang, saya keluar untuk mengambil air dan melihat adik laki-laki saya sebelum keluar,” kata pekerja konstruksi Khin Aung kepada AFP.

    “Saat saya keluar, saya melihat debu di mana-mana dan segera berlari menyelamatkan diri dari gedung yang runtuh,” tambah Aung.

    “Saya menelepon saudara laki-laki dan teman-teman saya melalui panggilan video, tetapi hanya satu yang mengangkat telepon.”

    “Saya tidak bisa melihat wajahnya dan hanya mendengar dia berlari.”

    “Saat itu seluruh gedung berguncang, dan ketika saya sedang meneleponnya, sambungan terputus dan gedung itu runtuh,” kata Aung.

    “Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya; kejadian itu terjadi dalam sekejap,” ujarnya.

    Situasi di Chinatown, Thailand

    GEMPA MYANMAR THAILAND – Seorang turis di Bangkok diwawancarai media India, ANI, mengenai gempa yang ia rasakan pada Jumat, 28 Maret 2025. Ia berkata orang-orang panik dan berteriak saat lantai mulai bergoyang (Tangkap layar X ANI)

    Di Chinatown, tak jauh dari gedung tersebut runtuh, seorang turis menceritakan guncangan yang ia rasakan.

    “Saya berada di Chinatown, yang dikenal sebagai tempat berbelanja,” kata seorang turis bernama John.

    “Tiba-tiba, lantai mulai bergerak. Saya melihat ke bawah, dan semua orang mulai berteriak, panik, dan berusaha keluar dari pasar melalui lorong-lorong sempit.”

    “Kami semua sangat ketakutan, berlari, berteriak, dan saling mendorong untuk keluar dari gedung.”

    “Tidak ada yang terjadi di pasar Chinatown itu, namun di Chatuchak, situasinya berbeda.”

    “Saya tidak yakin gedung apa itu, tetapi gedung setinggi 30 lantai yang sedang dibangun itu runtuh.”

    “Kami melihat gambar-gambar keruntuhannya, jadi saya yakin ada banyak orang di bawah reruntuhan.”

    Pihak berwenang memperkirakan hingga 100 pekerja mungkin terperangkap di bawah reruntuhan gedung yang kini hanya tersisa puing-puing.

    Lebih dari 1.000 Orang Tewas

    Lebih dari 1.000 orang dipastikan tewas di Myanmar setelah gempa berkekuatan 7,7 mengguncang pusat negara itu pada Jumat (28/3/2025), menyebabkan getaran yang terasa hingga China dan Thailand, serta menghancurkan bangunan di wilayah tersebut.

    Menurut laporan The Independent, Bangkok melaporkan jumlah korban tewas menjadi enam orang dengan 26 orang terluka, sementara 47 orang lainnya masih hilang di berbagai lokasi di ibu kota Thailand.

    Junta militer Myanmar melaporkan, 2.376 orang terluka dan 30 orang hilang.

    Jenderal militer yang berkuasa, Min Aung Hlaing, memperingatkan lebih banyak korban jiwa masih harus diantisipasi.

    Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa tersebut memiliki kedalaman 10 km dan berpusat di dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar.

    Gempa susulan berkekuatan 6,4 terjadi setelah gempa awal.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)