Negara: Amerika Serikat

  • CT Ungkap ‘Isi Kepala’ Trump Dibalik Kebijakan Tarif Impor

    CT Ungkap ‘Isi Kepala’ Trump Dibalik Kebijakan Tarif Impor

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan kebijakan tarif impor tinggi di puluhan negara dunia. Kebijakan tersebut dinilai tak terlepas dari latar belakang Trump sebagai seorang pengusaha.

    Founder & Chairman CT Corp Chairul Tanjung mengungkap kebijakan tarif Trump sebelumnya telah diterapkan pada periode pertamanya tahun 2017. Hal ini sejalan dengan slogan ‘Make It America Great Again’, di mana Trump berupaya membuat AS tetap menjadi negara adikuasa.

    Pria yang akrab disapa CT ini mengatakan, langkah penerapan tarif Trump pada periode kedua kepemimpinannya lebih keras lagi terhadap puluhan negara. Ia menilai, kebijakan itu diambil agar AS bisa dapat untung lebih dulu dari negara lainnya.

    “Bahwa Presiden Trump ini adalah memiliki latar belakang pengusaha, dia adalah seorang Business Man. Seorang Business Man berpikir harus win, harus menguntungkan. Itu adalah philosopy Business, sehingga dia mengambil kebijakan yang mengubah dari tadinya konsep Amerika sebagai The Fathers of the Old the Countries, untuk bilang Amerika harus dapat untung lebih dahulu,” kata CT dalam acara The Yudhoyono Institute ‘Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global’ di Ballroom Grand Sahid Jaya, Minggu (13/4/2025).

    Karenanya, keputusan menaikkan tarif impor di periode kedua kepemimpinan Trump dilakukan. Di sisi lain, CT juga mengatakan Trump mengejek negara-negara lain yang dikenakan tarif sebagai penghamba AS.

    “Ia mengejek negara-negara yang sekarang menghamba kepada Amerika untuk bagging kepada Amerika terhadap tarif yang diberikan untuk memberikan negosiasi,” jelasnya.

    Hingga saat ini, CT menyebut hanya ada satu negara yang menolak tunduk dengan kebijakan tarif Trump, yakni China. Hal ini menyulut eskalasi perang dagang antar AS dan China yang memicu ketidakpastian ekonomi.

    Diketahui, AS menetapkan tarif yang tinggi kepada China sebesar 145%. Kemudian, China membalas tarif tersebut menjadi sebesar 125% dari sebelumnya 84%.

    (kil/kil)

  • Tanpa Alasan Jelas, Visa 500 Mahasiswa hingga Peneliti Asing di AS Dicabut

    Tanpa Alasan Jelas, Visa 500 Mahasiswa hingga Peneliti Asing di AS Dicabut

    Jakarta

    Warga negara Rusia, Kseniia Petrova, yang bekerja sebagai peneliti di Harvard Medical School ditahan lantaran membawa embrio katak ‘non-berbahaya’ tanpa mendeklarasikannya di formulir bea cukai saat kembali ke Amerika Serikat (AS) dari Prancis. Alih-alih dikenai denda, visa kunjungan pertukaran miliknya dicabut dan dia dibawa ke tahanan.

    Dilansir CNN, Minggu (13/4/2025), pengacara Petrova, Greg Romanovsky menyebut tindakan yang dilakukan otoritas AS itu sebagai hukuman yang tidak sebanding. Greg mengatakan apa yang dilakukan kliennya hanya sebagai kesalahan yang tidak disengaja.

    CNN meminta tanggapan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri terkait hal tersebut namun tidak memberikan komentar. Kendati demikian, departemen tersebut menyampaikan kepada pesan ABC News mengenai alasan penahanan Petrova.

    “Pesan-pesan yang ditemukan di ponsel (Petrova) mengungkap bahwa ia berencana menyelundupkan material tersebut melewati bea cukai tanpa mendeklarasikannya,” tulis pesan tersebut.

    Saat ini Petrova mendekam di fasilitas tahanan Imigrasi dan Bea Cukai di Louisiana. Menurut catatan ICE, dia menunggu sidang pada 9 Juni yang bisa berakhir dengan deportasinya ke Rusia.

    Menurut pengacaranya, Petrova kemungkinan akan segera ditangkap karena sikap vokalnya menentang invasi Rusia ke Ukraina.

    “Penahanannya tidak hanya tidak perlu, tapi juga tidak adil,” ujar Romanovsky.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio bulan lalu mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri, di bawah kepemimpinannya, telah mencabut lebih dari 300 visa, sebagian besar adalah visa mahasiswa.

    Kasus-kasus yang pertama kali menjadi sorotan publik menarget individu yang dituduh mendukung organisasi teroris, seperti penangkapan Mahmoud Khalil setelah aksi protes pro-Palestina di Universitas Columbia.

    Namun saat ini semakin banyak ancaman deportasi terhadap mahasiswa terjadi karena alasan yang relatif sepele-seperti pelanggaran kecil yang sudah lama terjadi, menurut pengacara imigrasi-atau bahkan tanpa alasan yang jelas.

    Penargetan terhadap warga negara asing yang terafiliasi dengan universitas-universitas ternama AS ini terjadi di tengah tindakan keras imigrasi yang lebih luas oleh pemerintahan Trump, termasuk penggunaan kewenangan luas untuk menyatakan sejumlah migran sebagai anggota geng dan mendeportasi mereka tanpa sidang.

    “Semua instrumen dalam undang-undang imigrasi sebenarnya sudah ada sebelumnya, tapi sekarang digunakan dengan cara yang menimbulkan kepanikan massal, kekacauan, dan ketakutan, dengan harapan para mahasiswa tidak mendapatkan bantuan hukum yang memadai dan pada akhirnya akan meninggalkan negara ini secara sukarela,” kata Jeff Joseph, presiden terpilih Asosiasi Pengacara Imigrasi Amerika.

    Lihat juga Video Trump Teken Aturan Deportasi Mahasiswa yang Ikut Aksi Pro-Palestina

    (knv/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Di balik mencla-mencle DonaldTrump dalam perang tarif

    Di balik mencla-mencle DonaldTrump dalam perang tarif

    Dia (Trump) juga menghadapi bayangan mengerikan dari fakta bahwa investor kini tak ragu mencampakkan US Treasury.

    Jakarta (ANTARA) – Obligasi atau surat utang adalah sertifikat yang menunjukkan pemiliknya telah meminjamkan uang kepada peminjam tertentu yang akan dibayar kembali pada periode tertentu.

    Seperti perusahaan menerbitkan obligasi untuk meminjam uang, pemerintah pun menerbitkan surat utang guna membayar investasi dan pengeluaran-pengeluaran lain.

    Investor akan mendapatkan yield atau imbal hasil, yang kasarnya adalah jumlah uang sebagai bunga untuk obligasi yang dimilikinya.

    Obligasi merupakan safe haven atau instrumen investasi teraman ketika produk-produk investasi lain bergolak karena banyak faktor.

    Di antara obligasi yang dianggap paling aman dan paling dipercaya investor global, adalah surat utang pemerintah AS atau “US Treasury”, karena dijamin oleh sebuah perekonomian terbesar di dunia.

    Ketika terjadi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, investor biasanya meninggalkan aset-aset berisiko seperti saham untuk mereka alihkan ke obligasi, khususnya “US Treasury”.

    Ketika kecenderungan itu terjadi, yield turun. Tapi belakangan hari ini, pergerakan yield US Treasury malah menolak keumuman.

    Terutama sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump melancarkan perang tarif ke banyak negara, US Treasury menunjukkan perilaku ganjil. Bukannya turun, malah naik.

    Trump pada awalnya percaya pasar obligasi bakal tenang. Ternyata, Trump salah menaksir reaksi pasar, karena yang terjadi kemudian perang tarif justru memicu kekhawatiran resesi di AS.

    Ini karena tarif impor yang besar kepada puluhan negara yang juga eksportir ke AS, seketika menaikkan harga barang di AS, yang sudah sangat tergantung kepada impor, sehingga inflasi pun meninggi. Dalam kata lain, prakarsa tarif Trump malah meminta tumbal dari pasar dan konsumen domestik AS.

    Kekhawatiran resesi juga membuat investor menjadi ragu mengutangi pemerintah AS, sehingga minat memiliki US Treasury pun berkurang. Mereka tak lagi menganggap US Treasury aman dan terpercaya, melainkan instrumen asset yang berisiko tinggi.

    “Jika US Treasury bukan lagi tempat aman untuk menyimpan uang kita, di mana lagi kita harus menyimpan uang kita? Apakah ada obligasi lain yang lebih likuid?”, kata Brian Rehling, kepala strategi pendapatan tetap Wells Fargo Investment Institute, seperti dikutip AP.

    Perang dagang berkepanjangan antara AS dan China, yang berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi global dan menciptakan resesi, membuat risiko itu bertambah tinggi.

    Maka, yang terjadi kemudian adalah aksi jual US Treasury malah membesar.

    Tak ragu campakkan US Treasury

    Ada dugaan Jepang dan China, yang menjadi dua negara asing pemilik terbesar US Treasury, melepas obligasi pemerintah AS itu sebagai balasan atas tarif yang dijatuhkan Trump kepada mereka.

    Akibat aksi jual yang masif itu, nilai US Treasury turun dan sebaliknya, yield-nya naik, sehingga utang pemerintah AS mendatang menjadi lebih mahal untuk diterbitkan.

    Fakta pasar obligasi pemerintah AS yang senilai 29 triliun dolar AS itu merupakan fondasi sistem keuangan global dan AS, membuat tekanan jual yang besar pada obligasi berpengaruh buruk ke semua sendi perekonomian AS, termasuk perbankan.

    Jika bank tertular demam risiko investasi yang meninggi, maka mereka berisiko gagal bayar untuk kemudian membawa AS ke krisis keuangan.

    Akibat lebih jauhnya adalah kewajiban AS untuk membayar bunga menjadi lebih tinggi daripada utangnya sendiri.

    Dengan demikian, alih-alih memangkas defisit, tarif malah memicu defisit anggaran yang besar yang membuat utang pemerintah makin menggunung hingga berisiko gagal bayar.

    Hal yang juga muncul dari perang tarif adalah performa dolar AS yang tergerus. Mengapa? Karena, defisit perdagangan AS yang terpangkas oleh tarif impor ke sejumlah negara, khususnya China, justru mengurangi kebutuhan negara-negara untuk memarkir cadangan devisa mereka dalam aset berdenominasi dolar AS.

    Semua skenario itu sangat mengganggu pikiran investor, pebisnis, politisi dan elemen-elemen pemerintahan Presiden Trump.

    Kekhawatiran itulah yang diyakini sebagai alasan sebenarnya di balik keputusan Trump mengurangi tarif ke sejumlah negara menjadi flat 10 persen dan pelaksanaan tarif ditunda sampai 90 hari ke depan.

    Trump sesumbar dia melakukan hal itu karena banyak pemimpin dunia menghubunginya untuk menegosiasi ulang perdagangan dengan AS. Tapi, sejumlah media massa di AS dengan mengutip sejumlah sumber Gedung Putih, mengungkapkan fakta lain bahwa kekhawatiran akibat tekanan jual US Treasury yang semakin luas yang membuat Trump berubah pikiran.

    Trump memang berhasil menenangkan pasar, tapi sepertinya itu untuk sementara waktu. Dia juga menghadapi bayangan mengerikan dari fakta bahwa investor kini tak ragu mencampakkan US Treasury.

    Menurut laporan AP, yield obligasi bertenor 10 tahun masih 4,01 persen pada pekan lalu. Tapi sampai Jumat pekan ini telah melonjak menjadi 4,58 persen.

    Bagi pasar obligasi yang pergerakannya diukur dalam basis seperseratus poin persentase, pergerakan yield seperti itu sudah teramat besar yang semestinya mengusik banyak sistem kebijakan.

    Tak akan segera sirna

    Jika hal itu dibiarkan, akan fatal akibatnya terhadap rakyat biasa, karena salah satunya bisa menaikkan bunga pinjaman, termasuk kredit kepemilikan rumah dan kendaraan.

    Ini karena bank atau lembaga bisnis yang memanfaatkan pasar obligasi untuk pendanaan, akan dipaksa meneruskan beban kenaikan yield kepada konsumen.

    Jika pun tak melakukan hal itu, mereka akan dipaksa memangkas lapangan kerja. Sungguh dua pilihan yang sama buruknya untuk rakyat biasa.

    Sayang, kecenderungan seperti ini tampaknya belum akan segera sirna, apalagi China terus meladeni tantangan perang dagang dari AS.

    Menteri Keuangan Scott Bessent mengakui tekanan akibat kecenderungan aneh di pasar obligasi.

    Bessent yang sebelum menjadi menteri adalah manajer hedge fund yang tahu luar dalam pasar obligasi, menuding investor meminjam terlalu banyak sehingga pasar obligasi bergerak liar.

    Ada yang bilang China sengaja mengurangi kepemilikan US Treasury sebagai balasan atas serangan tarif dari Trump kepada negara itu. Namun, analisis itu terlalu spekulatif karena dengan menjual US Treasury, sama saja bunuh diri untuk China..

    Mengingat menjual US Treasury pada dasarnya menukarkan dolar AS dengan yuan, maka melepas US Treasury sama artinya membiarkan yuan terapresiasi, yang akibatnya buruk bagi ekspor China.

    Sementara itu di Inggris, orang-orang mengaitkan pergerakan aneh di pasar obligasi AS itu dengan reaksi pasar obligasi di Inggris pada 2022, ketika pasar menanggapi kebijakan fiskal dan anggaran yang dikeluarkan PM Inggris saat itu, Liz Truss.

    Reaksi buruk pasar membuat pasar obligasi Inggris jatuh untuk kemudian meruntuhkan kepercayaan investor kepada perekonomian Inggris, sehingga bayangan krisis pun terlihat jelas.

    Inggris lalu bertindak cepat mematikan pangkal masalah, dengan menjatuhkan Liz Truss dari posisi perdana menteri. Truss pun menjadi kepala pemerintahan paling singkat di Inggris, karena hanya menjabat 49 hari.

    Banyak kalangan, termasuk di AS, yang mengkhawatirkan nasib Truss yang “dijatuhkan” oleh pasar obligasi, bisa dialami pula oleh Trump.

    Trump sendiri tak mau dijadikan biang keladi tunggal seperti Inggris menuding Lizz Truss, jika semua gonjang ganjing akibat perang tarif membesar untuk kemudian menciptakan resesi seperti dibayangkan para ekonom. Dia akan cepat bergerak sehingga kecil kemungkinan akan bernasib seperti Lizz Truss.

    Namun, Trump akan terus menghadapi masalah-masalah besar yang tak dia harapkan, yang akan kian membesar seiring sikap keras beberapa negara, terutama China, yang terus meladeni manuver perang tarif Trump.

    Copyright © ANTARA 2025

  • Apple Alihkan Produksi iPhone Rp369 Triliun dari China ke India

    Apple Alihkan Produksi iPhone Rp369 Triliun dari China ke India

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan raksasa, Apple Inc. dikabarkan akan memindahkan produksi iPhone dari China ke India senilai US$22 miliar atau sekitar Rp369 triliun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS) dalam 12 bulan yang berakhir pada Maret.

    Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan produksi hampir 60% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, kebijakan itu juga dilakukan usai adanya kebijakan tarif baru yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Melansir dari Bloomberg, Minggu (13/4/2025), Apple kini memproduksi 20% atau satu dari lima iPhone di India. Peningkatan produksi iPhone ini menunjukkan Apple dan para pemasoknya tengah mempercepat peralihan dari China ke India.

    Adapun, sebagian besar iPhone buatan India dirakit di pabrik milik Foxconn Technology Group di India selatan. Divisi manufaktur elektronik Tata Group, yang telah membeli Wistron Corp. dan mengendalikan operasional Pegatron Corp., juga merupakan pemasok utama.

    Dari total produksi di India, Apple mengekspor iPhone senilai 1,5 triliun rupee atau U$17,4 miliar dari wilayah tersebut selama tahun fiskal yang berakhir Maret 2025, menurut pernyataan menteri teknologi India pada 8 April.

    Menurut sumber, pengiriman iPhone dari India ke AS meningkat usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk menerapkan kebijakan tarif timbal balik alias tarif resiprokal pada Februari. Sementara itu, rata-rata produksi dan ekspor Apple dari India melonjak sepanjang tahun fiskal hingga Maret.

    Bloomberg sebelumnya juga melaporkan bahwa Apple akan semakin memprioritaskan iPhone dari rantai pasokan India untuk pelanggan di AS.

    Untuk diketahui, pemerintahan Trump pada Jumat malam memberikan pengecualian terhadap barang-barang elektronik, termasuk handphone dan komputer dari tarif resiprokal.

    Pengecualian tersebut merupakan kabar baik bagi perusahaan seperti Apple dan Nvidia Corp., meski tampaknya tidak mencakup tarif terpisah sebesar 20% atas barang dari China, yang diberlakukan sebagai tekanan terhadap Beijing terkait fentanyl.

    Hal ini juga berarti iPhone buatan India untuk saat ini tidak akan dikenai bea masuk. Kecuali, untuk pengecualian yang diumumkan pada Jumat, total tarif Trump terhadap China tetap sebesar 145%, dan kemungkinan besar akan memaksa Apple untuk mempercepat pergeseran rantai pasokan mereka.

    Namun, dengan hampir 200 pemasok dan ketergantungan besar terhadap China, perpindahan ke negara lain bisa memakan waktu bertahun-tahun.

    Meski Trump ingin iPhone dibuat di AS, Apple kemungkinan tidak akan memindahkan produksi ke sana dalam waktu dekat lantaran keterbatasan fasilitas dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat perangkat tersebut.

    Saat ini, Apple merakit seluruh lini iPhone di India, termasuk model Pro berbahan titanium yang lebih mahal.

    Keberhasilan manufaktur Apple di negara terpadat di dunia ini juga didukung oleh subsidi negara yang terkait dengan ambisi Perdana Menteri Narendra Modi untuk menjadikan India sebagai pusat manufaktur.

    Adapun, Modi juga berupaya memperluas manufaktur komponen elektronik dengan insentif keuangan baru senilai US$2,7 miliar, dan fokus pada pengembangan ambisi semikonduktor India.

    Kini, Apple memiliki pangsa pasar hampir 8% di pasar ponsel pintar India, di mana penjualannya yang sebagian besar berasal dari iPhone mencapai hampir US$8 miliar pada tahun fiskal 2024.

  • AHY Ungkap Kekacauan Besar Imbas Perang Dagang AS-China

    AHY Ungkap Kekacauan Besar Imbas Perang Dagang AS-China

    Jakarta

    Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS) – China yang semakin memanas. Di mana, AS menetapkan tarif 145% untuk semua produk dari China, sementara China membalas dengan menerapkan tarif 125% untuk produk yang masuk ke negaranya.

    AHY mengatakan perang dagang tersebut akan memberikan dampak yang besar bagi dibandingkan perang dagang yang terjadi dari 2018-2020. Ia mengatakan pada masa tersebut, berdasarkan data Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengakibatkan penurunan volume perdagangan dunia sebesar 3% dan menyumbang pada penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) global sekitar 0,8%.

    “Saat ini, eskalasi baru yang dipicu kebijakan Trump berdampak lebih luas dan jauh lebih signifikan. Kenaikan tarif ini jelas akan berdampak baik ke pasar keuangan maupun sektor real. Dampaknya, resiko resesi global di tahun ini meningkat tajam,” kata AHY dalam Panel Discussion The Yudhoyono Institute (TYI) di Grand Sahid Jakarta, Minggu (13/4/2025).

    AHY mengatakan, kebijakan sepihak AS untuk menetapkan tarif ke berbagai negara ini justru membawa dunia menuju dua arah yang ekstrem. Pertama, terjadinya perlawanan kolektif, di mana negara-negara akan menjauhi dominasi Amerika Serikat dan membangun global ekonomi baru.

    Kedua, ia mengatakan, jika kebijakan ini terbukti efektif, maka dunia justru akan semakin tunduk pada satu kekuatan yang semakin hegemonik, yaitu Amerika Serikat.

    “Apapun hasilnya, satu hal yang pasti, kita menghadapi risiko fragmentasi, bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara politik dan keamanan. Aliansi baru akan terbentuk, polarisasi akan semakin tajam, konflik lama berpotensi membesar dengan negara-negara besar saling berebut pengaruh. Asia Pasifik, termasuk kita, akan menjadi panggung utama dinamika ini,” katanya.

    Lebih lanjut, AHY mengatakan penetapan tarif 32% dari AS ke Indonesia juga akan berdampak langsung terhadap daya saing ekspor Indonesia. Meskipun tarif ini masih ditangguhkan oleh Presiden AS Donal Trump.

    “Indonesia sendiri terdampak langsung. Tarif impor 32 persen bukan antara yang kecil, walaupun saat ini masih ditanggungkan,” katanya.

    (kil/kil)

  • PKS Dukung Penuh Rencana Prabowo Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia

    PKS Dukung Penuh Rencana Prabowo Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA – Legislator PKS mendukung penuh rencana Presiden Prabowo Subianto mengevakuasi warga Gaza, Palestina ke Indonesia untuk mendapat pengobatan hingga tuntas.

    Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini menilai bahwa upaya Presiden Prabowo Subianto itu harus didukung penuh karena rakyat Gaza bisa diselamatkan dari kebiadaban Israel dengan mengobati mereka yang terluka dengan perawatan dan pelayanan medis yang layak dan tuntas. 

    “Ini upaya darurat untuk menyelamatkan korban sipil dengan evakuasi dan ini bukan relokasi warga Palestina dari tanah tinggal mereka,” tuturnya dikutip, Minggu (13/4/2025). 

    Jazuli mengatakan bahwa kondisi Palestina saat ini sangat memprihatinkan, terutama di sekitar Jalur Gaza. Pasalnya, kata Jazuli, tidak ada lagi fasilitas kesehatan karena semuanya sudah dihancurkan oleh Israel.

    “Faktanya di Gaza dan tempat-tempat pengungsian tidak ada lagi fasilitas medis, rumah sakit, dokter, hingga obat-obatan. Semuanya sudah dihancurkan oleh kebiadaban penjajah Israel,” kata Jazuli.

    Dia memastikan bahwa DPR bakal dukung penuh upaya Presiden Prabowo Subianto untuk menyelamatkan warga Palestina di Jalur Gaza. 

    “Ini amanat konstitusi sekaligus hutang sejarah bangsa Indonesia yang akan kita perjuangkan sampai Palestina merdeka,” ujarnya.

    Wacana Prabowo untuk merelokasi warga Gaza, meskipun sementara, menuai kritik keras karena hal tersebut sejalan dengan keinginan pihak Zionis agar warga Palestina pergi dari tanahnya sehingga Israel bisa menduduki wilayah tersebut. Bahkan, kritik di antaranya datang dari pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Wakil Ketua Umum MUI Buya Anwar Abbas mengatakan bahwa pernyataan Prabowo itu justru bisa saja ditafsirkan sebagai dukungan terhadap AS dalam mengosongkan wilayah Gaza.

    “Pertanyaannya untuk apa Indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika tersebut? Bukankah Israel dan Donald Trump sudah menyampaikan keinginannya untuk mengosongkan Gaza?” kata Buya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Jumat (11/4/2025).

    Kemudian, Buya menilai bahwa jika rencana tersebut diwujudkan, maka Israel bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah Gaza. Alhasil wilayah yang bertahun-tahun diperjuangkan itu bisa saja akan jatuh kepada Israel.

    Sebagai contoh, wilayah yang dikuasai rakyat Palestina yang sudah dicaplok oleh Israel adalah kota Yerusalem. Bahkan, kota tersebut sudah dijadikan Ibu Kota Israel.

    “Jadi belajar kepada sejarah, maka Indonesia dalam menghadapi manuver yang dilakukan oleh Israel tersebut harus cerdas. Jangan sampai negara kita dikadalin oleh Israel,” tutur Buya.

    Oleh sebab itu, Buya meminta Prabowo agar tidak merealisasikan rencananya untuk mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia. Sebab, Israel belum tentu akan menerima kembali warga yang sudah dievakuasi tersebut.

    Dia juga menyarankan, apabila ingin membantu rakyat Palestina, maka lebih baik melalui bantuan untuk pengobatan, perawatan dan pasokan makanan langsung ke wilayah tersebut.

    “Sebagai bangsa yang sudah kenyang dijajah selama 350 tahun, kita harus tahu yang namanya penjajah itu punya seribu satu cara dan tipu daya. Untuk itu kita sebagai bangsa jangan pula sampai tertipu oleh mulut manis mereka,” pungkasnya.

  • Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintahan Donald Trump akan mengecualikan produk elektronik dan laptop dari tarif impor balasan. Keputusan ini akan memberikan keuntungan bagi raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung, serta produsen cip seperti Nvidia, dan diprediksi akan mendorong reli saham teknologi saat perdagangan saham Amerika Serikat (AS) dibuka kembali pada Senin (14/4/2025).

    Dikutip dari AP, Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menyatakan perangkat seperti smartphone, laptop, hard drive, monitor panel datar, dan beberapa jenis cip akan dikecualikan dari tarif impor Trump. Mesin pembuat semikonduktor juga termasuk dalam pengecualian tersebut. Artinya, produk-produk tersebut tidak akan dikenakan tarif 145% yang diberlakukan terhadap China, maupun tarif dasar 10% terhadap negara lain.

    Keputusan ini merupakan perubahan terbaru dalam kebijakan tarif pemerintahan Trump, yang sebelumnya telah beberapa kali melakukan pembalikan arah dalam rencana besar mereka untuk mengenakan tarif atas barang dari berbagai negara.

    Pengecualian ini mencerminkan pengakuan Trump bahwa tarif terhadap Tiongkok tidak akan secara signifikan mengalihkan manufaktur smartphone, komputer, dan perangkat lainnya ke AS dalam waktu dekat. Padahal sebelumnya, pemerintah memperkirakan perang dagang akan mendorong Apple memproduksi iPhone di AS untuk pertama kalinya.

    Namun, skenario tersebut dianggap tidak realistis mengingat Apple telah membangun rantai pasokan yang sangat kompleks di Tiongkok selama beberapa dekade. Membangun pabrik baru di AS akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan investasi miliaran dolar, serta bisa membuat harga iPhone melonjak hingga tiga kali lipat.

    Langkah ini sejalan dengan harapan industri teknologi ketika tokoh-tokoh besar seperti CEO Apple Tim Cook, CEO Tesla Elon Musk, CEO Google Sundar Pichai, pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan pendiri Amazon Jeff Bezos tampil mendukung Trump dalam pelantikannya pada 20 Januari lalu.

    Dukungan kolektif tersebut mencerminkan harapan bahwa Trump akan lebih berpihak pada industri dibanding pemerintahan Joe Biden, dan dapat mendorong pertumbuhan industri teknologi yang sudah berkembang pesat.

    Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Sabtu (13/4/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt tidak secara langsung menanggapi pengecualian tarif impor Trump tersebut, tetapi menegaskan bahwa pemerintahan tetap berkomitmen mendorong perusahaan teknologi untuk memindahkan manufaktur ke AS.

  • Hasil Perundingan Program Nuklir Iran di Oman: AS dan Iran Sepakat Bertemu Lagi Minggu Depan – Halaman all

    Hasil Perundingan Program Nuklir Iran di Oman: AS dan Iran Sepakat Bertemu Lagi Minggu Depan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran dan Amerika Serikat sepakat untuk mengadakan putaran perundingan nuklir Iran selanjutnya pada minggu depan, tepatnya pada Sabtu (19/4/2025).

    Dengan mediasi Oman, putaran pertama perundingan tidak langsung antara Iran dan AS digelar di ibu kota Oman, Muscat, pada Sabtu (12/4/2025).

    Mengutip PressTV, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan Steve Witkoff, Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Timur Tengah, memimpin jalannya perundingan tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan bahwa kedua belah pihak saling bertukar pandangan mengenai program nuklir damai Iran, terutama terkait pencabutan sanksi terhadap negara tersebut.

    Disebutkan pula bahwa perundingan berlangsung dalam suasana yang konstruktif dan dilandasi rasa saling menghormati.

    Di sela-sela pertemuan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengatakan kepada IRIB News di Muscat bahwa Iran memiliki satu tujuan yang sangat jelas dalam perundingan ini, yaitu untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

    “Kami memberikan kesempatan yang tulus dan jujur kepada diplomasi. Melalui perundingan ini, kami berharap dapat memajukan tidak hanya isu nuklir, tetapi yang lebih penting bagi kami, isu pencabutan sanksi,” ujar Baghaei.

    Menlu Oman: Pembicaraan Iran-AS Kondusif bagi Perdamaian Regional

    Menteri Luar Negeri Oman, Badr bin Hamad Al Busaidi, menyambut baik negosiasi antara Iran dan AS yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang adil dan mengikat.

    Dalam sebuah unggahan di akun X miliknya, Al Busaidi mengatakan bahwa pembicaraan tidak langsung antara Araghchi dan Witkoff berlangsung dalam suasana bersahabat.

    “Pertemuan tersebut kondusif untuk menjembatani berbagai sudut pandang dan, pada akhirnya, mewujudkan perdamaian, keamanan, serta stabilitas regional dan global,” tulis Al Busaidi.

    Ia juga menegaskan bahwa Oman akan terus bekerja sama dan melakukan upaya lebih lanjut guna membantu pencapaian tujuan tersebut.

    Isu Program Nuklir Iran

    Program nuklir dan persenjataan rudal Iran menarik perhatian internasional di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel.

    Mengutip Council on Foreign Relations, banyak pakar kebijakan luar negeri berpendapat bahwa jika Iran berhasil memperoleh senjata nuklir, hal itu dapat menyebabkan ketidakstabilan di Timur Tengah dan wilayah sekitarnya.

    Kekhawatiran utama adalah bahwa kepemilikan senjata nuklir oleh Iran akan menjadi ancaman besar bagi Israel, musuh bebuyutannya sejak lama.

    Beberapa pakar juga memperingatkan bahwa jika Iran meluncurkan serangan nuklir ke Israel, hal tersebut justru akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri.

    Apa pun skenarionya, terdapat risiko salah perhitungan yang dapat memicu pertukaran nuklir, menurut para analis.

    Kekhawatiran lainnya adalah bahwa kepemilikan senjata nuklir oleh Iran dapat mendorong negara-negara pesaing di kawasan, termasuk Arab Saudi, untuk mengembangkan program senjata nuklir mereka sendiri.

    Pengawasan internasional terhadap program nuklir dan rudal Iran semakin intensif pada akhir tahun 2024, menyusul terjadinya konflik militer antara Iran dan Israel, serta terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS.

    Pada masa jabatan pertamanya, Trump secara sepihak menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 (JCPOA) dan memberlakukan sanksi berat terhadap Iran.

    JCPOA adalah perjanjian internasional yang bertujuan membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi dan sejumlah ketentuan lainnya.

    Perjanjian ini disepakati di Wina pada 14 Juli 2015 antara Iran dan P5+1, yaitu lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB (China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat) ditambah Jerman, serta Uni Eropa.

    Kini, pemerintahan Trump menyatakan kesediaannya untuk melanjutkan perundingan dengan Iran, untuk pertama kalinya sejak AS menarik diri dari kesepakatan tersebut tujuh tahun lalu.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Evolusi Sambal Jahe Jadi Pecak ala Masyarakat Betawi

    Evolusi Sambal Jahe Jadi Pecak ala Masyarakat Betawi

    Liputan6.com, Yogyakarta – Sambal telah menjadi pelengkap bagi beragam hidangan khas Nusantara, termasuk bagi sebagian besar masyarakat Betawi. Meski identik dengan rasa pedas, tetapi tidak semua sambal menggunakan cabai. Salah satunya adalah sambal jahe khas Betawi yang merupakan cikal bakal kuliner pecak khas Betawi.

    Mengutip dari Seni & Budaya Betawi, dalam Kuliner Cita Rasa Pedas Gigitan Nikmat yang Selalu Memikat (2019) tertulis bahwa cita rasa pedas digunakan sebagai penanda munculnya era sambal. Pada era yang berlangsung setelah 1600 M itu, bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, dan bangsa lainnya datang ke Indonesia untuk berburu rempah.

    Sebenarnya sejak abad ke-13, cita rasa pedas dan kata sambal sudah dikenal di Indonesia. Namun, saat itu belum diketahui secara pasti bagaimana cita rasa pedas itu tercipta.

    Pada era selanjutnya, bangsa Eropa yang datang ke Indonesia juga telah mengenal sambal. Sambal kerap menjadi pelengkap hidangan Indonesia, seperti rijstaffel yang dikenal oleh bangsa Belanda.

    Seiring berjalannya waktu, sambal semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Hampir di setiap penjuru Nusantara terdapat tanaman cabai, termasuk cabai rawit, cabai merah, cabai keriting, dan cabai hijau yang kerap digunakan sebagai bahan pembuatan sambal.

    Dalam Eten en drinken in het Oude Java (makanan dan minuman pada masa Jawa Kuno, 2005), ahli arkeologi Jawa Kuno dari Leiden University Prof. H.I.R. Hinzler mengatakan bahwa masa Jawa Kuno (sebelum 1600) adalah masa yang merujuk pada era pra-sambal. Hal ini ditandai dengan hadirnya makanan yang didominasi warna kuning yang dihasilkan dari efek kunyit.

    Pada masa ini, sensasi pedas pada makanan diperoleh dari bagian rimpang tanaman jahe. Selainmemberi cita rasa pedas, jahe juga memberikan efek hangat.

    Jauh sebelum cabai dari Amerika Selatan masuk ke Indonesia, orang Indonesia telah memanfaatkan jahe sebagai pemberi rasa pedas. Cara ini banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa.

    Hal ini juga tertulis dalam naskah sastra kuno dari Jawa Timur, Kakawin Bhomantaka (atau Bhomakawya). Terdapat jenis sambal bernama sambal jahe. Sambal jahe menggunakan bahan berupa bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan jahe.

    Konon, jahe berasal dari China dan Asia Selatan (India). Kemudian, jahe banyak ditanam dan akhirnya menyebar ke Indonesia. Bagian jahe yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian rimpangnya.

    Kehadiran sambal jahe di Pulau Jawa lambat laun mulai tersebar ke Betawi. Sambal jahe di Betawi kemudian bertransformasi menjadi bumbu pecak, baik itu pecak ikan mas, gurame, pecak tembang, maupum pecak lele.

    Meski berakar dari sambal jahe, pecak tetap menggunakan cabai sebagai tambahan cita rasa pedas. Bumbu pecak umumnya menggunakan bahan berupa jeruk nipis, kencur, jahe, bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah.

    Penulis: Resla

  • Harga Emas Antam Masih Cetak Rekor Termahal Sepanjang Sejarah, Tembus Segini – Page 3

    Harga Emas Antam Masih Cetak Rekor Termahal Sepanjang Sejarah, Tembus Segini – Page 3

    Sebelumnya, harga emas menguat menyambut akhir pekan. Harga emas naik  melewati posisi USD 3.200 pada Jumat, 11 April 2025. Hal itu seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah dan perang dagang AS-China memicu kkehawatiran resesi yang mendorong investor berbondong-bondong mencari emas.

    Mengutip CNBC, Sabtu (12/4/2025), harga emas spot naik hampir 2% menjadi USD 3.232,89 per ounce, setelah mencapai rekor tertinggi USD 3.245,28 pada awal sesi perdagangan. Harga emas batangan telah naik lebih dari 6% pada pekan ini. Di sisi lain, harga emas berjangka AS naik 2,1% menjadi USD 3.244,6.

    Sementara itu, harga perak spot naik 2,7% menjadi USD 32,05 per ounce, sedangkan platinum bertambah 0,2% menjadi USD 939,80. Paladium bertambah 0,6 persen menjadi USD 913,65.

    “Emas jelas terlihat sebagai aset safe haven yang disukai di dunia yang kacau akibat perang dagang Trump. Dolar AS telah terdepresiasi dan obligasi pemerintah AS mengalami aksi jual besar-besaran, karena kepercayaan terhadap AS sebagai mitra dagang yang dapat diandalkan telah berkurang,” ujar Commodities Strategist WisdomTree, Nitesh Shah.

    Sementara itu, China menaikkan tarif impor AS menjadi 125% pada Jumat pekan ini sehingga meningkatkan taruhan dalam konfrontasi antara dua ekonomi terbesar di dunia.

    Dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pembeli luar negeri.

    Selain itu, sejumlah faktor juga mendukung reli harga emas pada 2025. Faktor itu mulai aksi beli oleh bank sentral, harapan penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed), ketidakstabilan geopolitik dan lonjakan arus investor ke ETF.