TRIBUNNEWS.COM – Salah satu rumah sakit di ibu kota Myanmar, Naypyidaw mengaku kewalahan menampung para pasien korban gempa pada Jumat (28/3/2025).
Rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur dilaporkan mengalami lonjakan pasien akibat gempa dahsyat mengguncang Myanmar.
Bahkan beberapa korban bahkan harus dirawat di luar gedung rumah sakit karena kapasitas yang penuh usai ratusan korban gempa dilarikan ke RS tersebut.
“Saya belum pernah melihat (sesuatu) seperti ini sebelumnya. Kami berusaha menangani situasi ini. Saya sangat lelah sekarang,” kata salah satu dokter, sebagaimana dikutip dari The Statesman.
“Pasien berbaring di luar, beberapa mengerang kesakitan, yang lain syok, mata mereka kosong karena tidak percaya,” imbuhnya.
Lonjakan korban semakin tak terbendung lantaran IGD rumah sakit rusak parah dan sebuah mobil hancur tertimpa beton berat dari pintu masuk IGD yang runtuh.
“Ratusan orang yang terluka berdatangan. Tetapi gedung gawat darurat di sini juga ambruk,” kata pejabat keamanan di rumah sakit itu.
Korban Tewas Bertambah Jadi 23 Orang
Pasca gempa dahsyat melanda Myanmar, sekitar 20 orang dilaporkan tewas di antaranya merupakan warga Myanmar dan tiga lainnya dari Thailand.
“Sekitar 20 orang tewas setelah mereka tiba di rumah sakit kami sejauh ini. Banyak orang terluka,” kata dokter di rumah sakit umum berkapasitas 1.000 tempat tidur di Naypyidaw yang meminta identitasnya dirahasiakan, dilansir AFP.
Sementara itu lebih dari 200 orang dilaporkan terluka di Myanmar, menurut seorang dokter di Rumah Sakit Umum Mandalay.
Gempa terjadi di dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, sekitar pukul 12.50 waktu setempat, menurut laporan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Tak lama setelah gempa tersebut terjadi, gempa susulan dengan kekuatan mencapai Magnitudo 6,4 dilaporkan mengguncang area yang sama di Myanmar.
Salah satu warga yang tinggal di Mandalay kota berpenduduk 1,5 juta jiwa, menuturkan dirinya melihat sebuah gedung lima lantai ambruk akibat guncangan gempa.
Selain menghancurkan gedung-gedung, gempa Myanmar juga membuat jembatan yang menghubungkan wilayah Ava dan Sagaing runtuh.
Insiden itu terekam video yang dibagikan di media sosial, dalam rekaman video itu menunjukkan beberapa bagian Jembatan Sagaing Lama yang runtuh dan jatuh ke dalam Sungai Irrawaddy, yang mengalir dari utara ke selatan di negara tersebut.
Junta Militer Tetapkan Status Darurat
Usai guncangan gempa memicu kerusakan parah di sejumlah wilayah, Junta militer Myanmar langsung mengumumkan situasi darurat, Jumat (28/3/2025).
Adapun status darurat ini ditetapkan untuk 6 wilayah diantaranya Sagaing, Mandalay, Bago, Magway, serta Shan bagian timur.
Selain itu, junta militer juga turut memberlakukan status darurat di Naypyidaw, ibu kota yang menjadi kediaman bagi para pemimpin tertinggi junta.
Junta militer Myanmar bahkan meminta bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional usai diguncang gempa dahsyat 7,7 magnitudo.
“Kami ingin komunitas internasional memberi bantuan kemanusiaan sesegera mungkin,” kata juru bicara junta Zaw Min tun di rumah sakit di Naypyidaw.
Permintaan bantuan ini menjadi langkah yang tidak biasa bagi pemerintahan militer Myanmar yang selama ini lebih memilih untuk menangani permasalahan dalam negeri secara tertutup.
Penyebab Gempa Myanmar
Mengutip laporan Myanmar Now, gempa yang mengguncang Mandalay, Myanmar, pada hari ini karena dipicu aktivitas Sesar Besar Sagaing.
Sesar Sagaing sendiri adalah struktur tektonik besar yang membelah pusat Myanmar.
Sesar itu membagi negara tersebut menjadi separuh bagian barat yang bergerak ke utara bersama Lempeng Hindia, dan separuh bagian timur yang menempel pada Lempeng Eurasia.
Sesar Sagaing menghubungkan dua domain tektonik yang sangat berbeda namun sama-sama aktif: Laut Andaman di selatan dan sintaksis Himalaya timur di utara.
Adapun guncangan gempa seperti ini bukan kali pertama yang terjadi di Myanmar, AFP mencatat, gempa kuat akibat aktivitas Sesar Sagaing beberapa kali terjadi di Myanmar.
Gempa kuat berkekuatan 7,0 atau lebih pernah terjadi antara tahun 1930 dan 1956 di dekat Sesar Sagaing.
Di tahun 2012, gempa di atas 6 magnitudo terjadi di daerah Thabeikkyin, 100 km sebelah utara Mandalay.
Pada 2016, gempa berkekuatan 6,8 magnitudo kembali mengguncang ibu kota kuno, di Bagan, menewaskan setidaknya 3 orang.
(Tribun News / Namira Yunia)