Jakarta, Beritasatu.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan proses identifikasi dan pencocokan identitas korban bencana banjir telah mulai dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada data kependudukan dan catatan sipil (dukcapil).
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, pemutakhiran data ini menghasilkan temuan baru, terutama adanya sejumlah korban yang sebelumnya tercatat sebagai korban bencana, tetapi ternyata telah meninggal dunia sebelum banjir terjadi.
“Proses identifikasi dilakukan dengan pencocokan identitas berdasarkan nama dan alamat (by name, by address). Dari situ ditemukan fakta ada beberapa korban yang sebenarnya sudah meninggal sebelum kejadian banjir,” ujarnya.
Abdul Muhari menjelaskan, bencana banjir tidak hanya berdampak pada kawasan permukiman, tetapi juga merusak area pemakaman. Akibatnya, sejumlah jasad ditemukan pascabencana dan sempat diduga sebagai korban banjir.
“Bencana juga berdampak pada lokasi pemakaman, ditemukan jasad-jasad yang setelah dilakukan identifikasi ternyata bukan korban banjir. Data tersebut kemudian kami keluarkan dari daftar korban,” jelasnya.
Dengan hasil identifikasi tersebut, BNPB melakukan pengurangan jumlah korban meninggal di sejumlah wilayah, khususnya pada level kecamatan. Pemutakhiran data, kata Abdul Muhari, akan terus dilakukan secara berkelanjutan.
“Ini akan terus kami lakukan untuk memastikan data korban benar-benar detail, akurat, dan valid, by name dan by address,” tegasnya.
BNPB menegaskan pemutakhiran data korban bencana menjadi bagian penting dalam penanganan pascabencana, terutama untuk memastikan ketepatan penyaluran bantuan serta kejelasan informasi kepada publik.
