Selain itu, kata Edvin berdasarkan pantauan Asia-Pacific Climate Center (APCC), kondisi tahun ini cenderung mendukung terjadinya kemarau basah.
Lebih lanjut, Edvin memprediksi kemarau basah akan berlangsung hingga akhir musim kemarau atau sekitar akhir Agustus 2025. Artinya, curah hujan yang relatif tinggi masih akan terjadi di sejumlah wilayah hingga beberapa bulan ke depan.
Meski begitu, kemarau basah ini tak sepenuhnya terlepas dari fenomena pemanasan global. Edvin menyebut, salah satu faktor yang berperan dalam perubahan iklim adalah peningkatan suhu muka laut.
“Biasanya karena kita ini daerah dengan kemarau tinggi, suhu-suhu muka laut itu sudah tinggi. Jadi kalau peningkatan suhu muka laut, artinya ada kaitannya dengan pemanasan global,” ucapnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4236989/original/095475400_1669200210-20221123-Cuaca-Ekstrem-Jakarta-Faizal-2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)