JABAR EKSPRES – Alun-Alun Kabupaten Ciamis menjadi saksi pertunjukan budaya penuh makna bertajuk Yaumiddini, Minggu (30/3/2025).
Acara ini merupakan puncak dari rangkaian Riak Ramadan 2025 yang digelar sejak 23 Maret lalu, menghadirkan kolaborasi unik lintas iman dan generasi.
Pertunjukan ini memadukan musik, puisi, satire sosial, dan wayang, dengan melibatkan beragam kelompok seni.
Gamelan Ki Pamanah Rasa (komunitas pemuda Muslim), Angklung Silih Asih dari Gereja Katolik Santo Yohanes (umat Katolik Tionghoa), serta Sakola Motekar (anak-anak Muslim) turut meramaikan panggung. Tak ketinggalan, seniman seperti Noer JM, Didon Nurdani, Jessica Purboyo, Andi Slide, dan Dalang Rian Nugraha turut memeriahkan acara.
BACA JUGA: Besok Lebaran, Pemkot Bogor Musnahkan 1792 Miras Ilegal Hasil Razia Selama Ramadan
Puisi-puisi karya Emha Ainun Nadjib menjadi benang merah pertunjukan ini, menyampaikan pesan cinta sekaligus kritik sosial. Penonton diajak menyelami sejarah kepemimpinan Indonesia lewat sajian teatrikal jenaka yang sarat makna.
“Meski perjalanan bangsa ini penuh luka dan ketidaksempurnaan, kecintaan kami tak pernah padam. Kami menyampaikannya melalui seni,” ujar Mang Ebel, penulis naskah Yaumiddini.
Salah satu momen paling dinanti adalah orasi takjil bertajuk ‘Kolak Koruptor’ dan ‘Es Campur Pemuda Negeri’. Dengan gaya santai dan humoris, para seniman menyindir fenomena sosial-politik yang kerap terjadi di tengah masyarakat.
“Acara ini bukan sekadar tontonan, melainkan ruang perjumpaan lintas agama dan budaya. Para seniman membuktikan bahwa seni mampu menyatukan perbedaan dengan cara yang sederhana namun menyentuh,” ujarnya.
BACA JUGA: Masih Jadi Primadona! Jelang Lebaran, Pasar Cimol Gedebage Dipadati Pengunjung
Pertunjukan ditutup dengan pembacaan puisi Yaumiddini yang penuh doa dan harapan, diiringi lagu “Al I’tiraf” dalam format kolaborasi. Semua pemain naik ke panggung, menutup pertunjukan dengan semangat persaudaraan.
“Keragaman bukan penghalang untuk bersatu, dan harapan akan Indonesia yang damai tetap hidup di tengah gegap gempita budaya,” ujar Mang Ebel. (CEP)