Jakarta, CNBC Indonesia – Sekelompok ilmuwan menemukan lubang misterius berbentuk kawah pada 2014 lalu ketika melintas di Yamal Peninsula, Siberia, Rusia. Luasnya sekitar 30 meter dengan kedalaman lebih dari 50 meter.
Di sekelilingnya ada semacam ejecta atau partikel yang terlempar ke area tersebut. Hal ini memunculkan asumsi pembentukan lubang itu berasal dari ledakan.
Sejak saat itu, ada banyak lubang yang bermunculan di sekitar Yamal dan Gydan. Engineer Kimia dari Universiy of Cambridge, Ana Morgado, mengatakan banyaknya metana yang dirilis dari lubang itu mengindikasikan dampak pemanasan global.
“Ada kondisi yang sangat spesifik yang memungkinkan fenomena ini terjadi,” kata Morgado, dikutip dari Science Alert, Kamis (31/10/2024).
Tim ilmuwan mengatakan temuan ini bukan cuma disebabkan lelehan permafrost yang membesar karena kenaikan suhu. Hal itu tentu saja terjadi, tetapi dampak yang dihasilkan tak akan sebesar lubang-lubang yang ditemukan.
Ahli Geofisika dari Spanish National Research Council, Julyan Cartwright, mengatakan hanya ada dua pemicu ledakan terjadi dan menyebabkan lubang sangat besar.
“Bisa jadi karena reaksi kimia yang menyebabkan ledakan, seperti yang terjadi pada ledakan dinamit, atau ledakan fisika seperti ketika Anda memompa ban sepeda hingga meledak,” ia menjelaskan.
Karena tak ada cahaya atau produk yang terbakar saat investigasi dilakukan, bisa jadi ledakan itu disebabkan reaksi kimia. Namun, peneliti menyimpulkan tekanan yang inovatif pasti juga berasal dari sumber fisik.
Pada akhirnya, peneliti berpendapat bahwa hal ini adalah osmosis: kecenderungan suatu cairan untuk bergerak sedemikian rupa sehingga konsentrasi zat terlarut di dalamnya menjadi seimbang.
Saat permafrost menghangat dalam periode waktu lama karena perubahan iklim, permukaan akan melebur dan air akan mengalir ke bawah. Fluktuasinya biasanya rendah, tetapi karena kenaikan suhu, partikel-partikel dari permukaan mengalir jauh ke bawah hingga bertemu dengan lapisan air asin yang dinamai cryopeg.
Biasanya, cryopeg berada di atas lapisan hidrat metana. Stabilitasnya terjaga oleh tekanan tinggi dan suhu rendah dari cryopeg.
Namun, ketika lelehan air dari permukaan masuk ke cryopeg, tekanan rendah dan konten yang penuh garam tak hanya akan menyerap partikel-partikel dari permukaan, tetapi akan bertindak sebagai pompa melalui osmosis.
Alhasil, hidrat metana yang tadinya stabil kini terganggu. Mereka akhirnya merilis gas metana dan menyebabkan ledakan fisik.
“Ini mungkin menjadi fenomena sangat langka. Namun, jumlah metana yang dikeluarkan akan memiliki dampak besar terhadap pemanasan global,” kata Morgado.
(fab/fab)