Jakarta, CNN Indonesia —
Ada sejumlah bisnis berpotensi cuan yang cocok digarap menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024-2025.
Peluang bisnis ini bahkan bisa dimulai dengan modal Rp5 juta saja.
Perencana Keuangan PINA Evelin Candratio membagi peluang tersebut ke dalam lima kelompok besar. Pertama, bisnis makanan dan minuman yang pas dijual saat memasuki libur Nataru.
Misalnya, hampers Natal yang terjangkau dengan isi snack, cokelat, dan minuman. Ide ini juga mencakup penjualan kue kering rumahan bertema Natal.
Kedua, bisnis jasa dekorasi dan hadiah yang bisa ditempuh dengan menawarkan jasa menghias lampu dan pohon natal, boneka-boneka Santa Claus atau Sinterklas, hingga menyediakan hadiah custom mulai dari cangkir sampai bingkai foto bertema Nataru.
Selanjutnya, opsi ketiga adalah jasa penyelenggara event. Ia mencontohkan ide membuka photo booth atau penyewaan kostum, layanan bungkus kado, sampai jasa perencanaan acara Natal dan Tahun Baru.
Keempat, Evelin merekomendasikan bisnis musiman berupa pop up store. Langkah ini juga bisa juga digarap berbentuk kios atau bazar di mal.
“Berkolaborasi dengan mall atau bazar lokal untuk menjual barang-barang perayaan yang dikurasi atau produk yang cepat diminati, seperti kembang api, mainan kecil, atau makanan ringan,” kata Evelin kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/12).
Opsi yang terakhir adalah bisnis jualan barang-barang masa lalu yang kembali ngetren di era sekarang. Misalnya, menjual atau menyewakan pakaian dan aksesori pesta edisi Nataru sebelumnya.
Ia menegaskan pentingnya memahami target market sebelum memilih opsi bisnis musiman. Evelin menyebut salah satu langkah awal yang harus ditempuh adalah mengidentifikasi siapa calon pembelinya, apakah keluarga, profesional, atau dari kalangan pelajar.
“Alokasikan Rp5 juta dengan bijak untuk biaya inventaris, pemasaran, dan operasional. Hindari pengeluaran berlebihan di awal, simpan sebagian dana untuk biaya tak terduga,” sarannya.
Evelin juga mencontohkan bagaimana mengalokasikan modal Rp5 juta untuk bisnis hampers Nataru serta berapa potensi untungnya, sebagai berikut:
a. Contoh isi hampers:
– Kue (150g): Rp15 ribu
– Cokelat (kemasan kecil): Rp10 ribu
– Teh/kopi sachet (3 bungkus): Rp7.000
– Lilin/barang dekorasi: Rp10 ribu
– Kemasan/packaging: Rp8.000
– Total biaya per hampers: Rp50 ribu
Evelin menyarankan Anda menambahkan 50 persen dari total biaya agar cuan. Jadi, harga jualnya adalah Rp75 ribu per hampers
b. Biaya produksi dan potensi cuan
Alokasi
– 90 persen untuk stok hampers: Rp4,5 juta
– 10 persen untuk biaya pemasaran dan operasional: Rp500 ribu
Jumlah hampers
– Anggaran Rp4,5 juta dibagi biaya produksi Rp50 ribu. Hasilnya, ada 90 hampers yang bisa dijual.
Pendapatan
– 90 hampers X harga jual Rp75 ribu= Rp6.750.000
Laba
– Pendapatan: Rp6.750.000
– Biaya (persediaan + operasional): Rp5 juta
– Laba Bersih: Rp6.750.000-Rp5 juta= Rp1.750.000
Bersambung ke halaman berikutnya…
Bisakah Bisnis Musiman sambut Nataru jadi Ladang Cuan Permanen?
Perencana Keuangan Finansialku Laurensia Vina Dharmawan menegaskan bisnis musiman sangat mungkin untuk dipermanenkan. Namun, ada empat strategi besar agar ini tetap menjadi ladang cuan.
“Bisnis musiman memang bisa menjadi batu loncatan untuk usaha yang lebih besar, asal dikelola dengan perencanaan matang dan fleksibilitas tinggi,” bebernya.
Strategi pertama adalah melakukan diversifikasi produk. Laurensia menyebut hampers Natal dan Tahun baru bisa disesuaikan dengan momen yang ada, seperti perayaan ulang tahun, pernikahan, atau Idulfitri.
[Gambas:Photo CNN]
Kedua, perlu upaya branding yang kuat. Ia menyebut bisnis Anda harus dikenal masyarakat karena kualitas dan pelayanan yang baik.
“Membangun reputasi akan membantu menjaga loyalitas pelanggan di luar momen musiman,” ucap Laurensia.
Upaya ketiga yang tak kalah penting adalah memaksimalkan data pelanggan. Laurensia mengatakan nomor kontak pelanggan selama Nataru mesti dikumpulkan agar bisa menawarkan produk dan jasa lainnya di masa mendatang.
Keempat, ia menekankan pentingnya adaptasi dengan tren pasar. Pebisnis diminta untuk selalu up to date dengan kebutuhan masyarakat agar usaha tersebut relevan sepanjang tahun.
Di lain sisi, Laurensia menyebut media sosial tak boleh luput untuk dimanfaatkan sebagai sarana promosi produk. Platform Instagram, TikTok, dan WhatsApp diklaim bisa membantu menjangkau lebih banyak pelanggan dengan biaya rendah.