Jakarta –
Xiaomi telah terjun ke bisnis mobil listrik. Bahkan model perdananya yang dinamakan SU7 Max itu terindikasi laris manis di China, dengan 88 ribu unit telah dipesan dan masa tunggu sampai 6 bulan. Tetapi tentu masih panjang jalan bagi Xiaomi untuk merajai pasar mobil listrik.
Pendiri Xiaomi, Lei Jun, menyebut SU7 Max hanya akan dipasarkan di China. Tetapi tidak menutup kemungkinan pada masa mendatang, Xiaomi akan memasarkan model lain untuk pasar dunia, mungkin juga Eropa atau Amerika Utara.
Beberapa tantangan menghadang Xiaomi. China memang pasar mobil listrik yang sangat besar, dengan 9 juta kendaraan listrik diproduksi di sana tahun silam. Akan tetapi karena kompetisi sangat ketat, terjadi perang harga yang dapat mengikis laba para produsen.
Tesla adalah perusahaan pertama yang melakukan beberapa diskon senilai ribuan dolar ketika perusahaan Elon Musk itu turun ke posisi kedua di bawah rivalnya dari China, BYD, pada kuartal terakhir 2023. Saingan Tesla juga menyusul menurunkan harga, sehingga harga kendaraan turun lebih dari 8% tahun lalu.
Menambah kerugian bagi sektor otomotif, subsidi pemerintah China untuk mendorong transisi ke kendaraan listrik, senilai hampir USD 1.800 per kendaraan, habis akhir tahun 2022. Beberapa analis memperkirakan konsolidasi akan terjadi dalam dua tahun ke depan dan beberapa produsen kendaraan bahkan mungkin bangkrut.
Di sisi lain, pasar mancanegara juga akan menantang bagi Xiaomi, terutama di negara-negara maju. Secara merek, Xiaomi merek ponsel pintar terpopuler ketiga di Eropa namun hanya menempati peringkat kelima di Amerika Serikat.
“Dengan tidak adanya ekuitas merek di Eropa atau Amerika Utara, akan sulit menembus pasar tersebut. Terutama dengan kemungkinan Uni Eropa akan menaikkan tarif impor pada musim panas ini dan AS akan menerapkan tarif impor hampir 30% untuk produsen China,” cetus analis otomotif Matthias Schmidt yang dikutip detikINET dari Deutsche Welle.
Brussels khawatir bahwa impor kendaraan listrik murah dari China dapat menghambat pertumbuhan produsen mobil Eropa. Mereka banyak berinvestasi dalam produksi mobil listrik namun menghadapi pertumbuhan penjualan kendaraan listrik yang lebih lambat
Komisi Eropa, sedang menyelidiki apakah subsidi China pada kendaraan listrik merupakan persaingan tidak sehat dan sedang mempertimbangkan untuk menerapkan bea masuk lebih tinggi. Kedatangan mobil merek ponsel pintar China bisa membuat Brussel bertindak.
(fyk/fay)