Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan
Pulau Manuran
di
Raja Ampat
menjadi keruh karena aktivitas pertambangan di lokasi itu.
“Ini memang menimbulkan pencemaran lingkungan, kekeruhan pantai yang cukup tinggi, dan ini tentu ada konsekuensi yang harus ditanggungjawabi oleh perusahaan tersebut,” kata Hanif dalam jumpa pers di Hotel Pullman, Jakarta, Minggu (8/6/2025).
Kekeruhan perairan tersebut disebabkan oleh jebolnya salah satu instalasi pertambangan, yakni settling pond atau kolam pengendapan partikel padatan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan.
“Jadi ini agak serius ini kondisi lingkungannya untuk pulau yang ada di Pulau Manuran ini yang kegiatan penambangan nikel yang dilakukan di Pulau Manuran ini,” kata Hanif.
Dia menjelaskan, Pulau Manuran berukuran kecil yakni hanya 743 hektare, berada di utara Pulau Waigeo di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi
Papua
Barat Daya.
Bakal sulit mengembalikan kondisi pulau kecil bila mengalami kerusakan.
“Tentu kita bisa membayangkan kalau ini dilakukan eksploitasi, pemulihannya tidaklah terlalu gampang karena tidak ada lagi bahan untuk memulihkan,” ujar Hanif.
Perusahaan penggarap tambang nikel di Pulau Manuran adalah PT Anugerah Surya Pratama (ASP). Dia akan meninjau kembali dokumen lingkungan pertambangan di sini.
Persetujuan lingkungan untuk PT ASP tersebut diterbitkan oleh Bupati Raja Ampat tahun 2006 dan Kementerian Lingkungan Hidup dikatakanya belum menerima dokumennya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel Nasional 8 Juni 2025
/data/photo/2025/05/26/6833fa1d457a7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)