Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi menyebutkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah berpotensi menyerap produksi susu dalam negeri.
Menurut Budi, pemerintah berkomitmen untuk memastikan penyerapan produksi susu lokal terutama dari koperasi. Oleh karena itu para peternak sapi perah dan pengelola koperasi susu untuk memastikan kualitas susu yang dihasilkan terjamin dan harga bisa bersaing.
“Jadi jangan khawatir kalau soal takut produk susu lokal tidak terserap, justru yang harus diperhatikan adalah soal kualitas dan harganya,” tutur Budi Arie Setiadi dalam keterangan resmi yang diterima pada Minggu (17/11/2024).
Berdasarkan data Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), rata-rata produksi harian susu segar mencapai 1,23 juta liter per hari. Sementara kebutuhan untuk memenuhi program Makan Bergizi Gratis sekitar 3 juta liter per hari. Artinya ada selisih yang harus dipenuhi oleh peternak atau koperasi susu nasional dengan meningkatkan produktivitas susu sapi perah.
Menurut dia peternak tidak perlu khawatir terkait peluang penyerapan produk susu lokal yang dihasilkan asalnya program Makan Bergizi Gratis yang akan dimulai pada Januari 2025 membutuhkan pasokan susu yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan 15 juta penerima manfaat.
“Tidak perlu takut soal pasar, kan sudah diciptakan dengan adanya program MBG ini. Justru kita saat ini kekurangan pasokan susu, maka kita akan amankan produksi susu dalam negeri untuk kebutuhan MBG,” kata Budi Arie.
Namun, dia tidak menampik bahwa upaya peningkatan produktivitas susu terkendala beberapa hal seperti jumlah sapi yang terus berkurang. Sebelum kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) populasi sapi sebanyak 239.196 ekor, tetapi kini tersisa 214.878 ekor.
Kemenkop akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak sapi di Indonesia. Bahkan Menkop akan langsung menyampaikan permasalahan ini kepada Presiden Prabowo Subianto agar ada kebijakan afirmatif sehingga kekurangan produksi susu nasional bisa segera teratasi.
“Saya optimistis program MBG ini menjadi momentum kebangkitan koperasi susu maka mari bersama-sama meningkatkan produktivitas agar kebutuhan dalam negeri tidak selalu dipenuhi dari impor,” ucap Menkop.
Menkop Budi Arie berpesan agar GKSI dapat mengembangkan inovasi produknya agar memiliki nilai tambah lebih sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi. Diakui untuk saat ini hilirisasi produk susu oleh GKSI sudah cukup baik, tetapi perlu potensi pengembangan produk susu masih terbuka lebar.
“Koperasi harus terlibat dalam program hilirisasi kalau dari susu memang produk turunannya sudah banyak seperti keju, yogurt, mozarella, dan lainnya. Hilirisasi ini akan memberikan nilai tambah,” kata Menkop.
Sekretaris GKSI Unang Sudarma mengatakan permasalahan yang dihadapi oleh peternak sapi perah yang paling umum terjadi adalah sulitnya menjaga tingkat kesegaran dan kualitas susu karena harus disimpan dalam ruang pendingin pada suhu 4 derajat.
Selain itu peternak juga terkendala oleh lambatnya proses regenerasi akibat minat generasi muda untuk beternak semakin berkurang. Mayoritas mereka lebih tertarik untuk bekerja di sektor formal. Masalah kekurangan sapi perah menjadi persoalan utama sehingga produktivitas susu sapi perah sulit ditingkatkan.
“Itu Pak sejumlah masalah yang kami hadapi terutama oleh peternak. Kami harap Pak Menteri (Budi Arie Setiadi) berkenan memperjuangkan untuk kami semua,” kata Unang.