Jakarta, Beritasatu.com – Sebagai orang yang beragama Islam, kita mengetahui bahwa puasa Ramadan merupakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah Swt. Adapun makna ibadah ini adalah melaksanakan perintah Allah Swt. untuk berpuasa dan dan memenuhi hak menyembah kepada Allah Swt dengan tanpa mempertimbangkan hasil yang mungkin didapatkan dari ibadah puasa tersebut.
Apabila seorang muslim memahami hal tersebut maka ia akan mengetahui hikmah dan rahasia yang terkandung dalam ibadah tersebut, baik ibadah puasa maupun lainnya. Termasuk sesuatu yang tidak diragukan lagi yaitu bahwa hukum-hukum Allah didasarkan pada hikmah, rahasia, dan faedah atau manfaat bagi hamba-hamba-Nya, akan tetapi seorang hamba tidaklah harus mengetahui hikmah, rahasia, dan manfaat tersebut.
Hikmah Spiritual
1. Peran Puasa dalam Meningkatkan Ketakwaan
Ketika seorang muslim melaksanakan ibadah puasa, dia dituntut untuk menahan dirinya dari sesuatu yang menjadi kebutuhan esensial nafsu. Selama satu hari penuh, seorang muslim dilatih untuk mengendalikan keinginan makan dan minum agar dia terlatih untuk menjauhi dan menghindari godaan nafsu untuk memiliki dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang diperoleh dengan praktik-praktik yang tidak dihalalkan, seperti hasil korupsi, mencuri, merampas, dan sebagainya.
Hubungan seksual untuk sementara waktu juga harus dikendalikan oleh seorang muslim agar dia terlatih untuk mengendalikan nafsu libidonya sehingga terhindar dari perbuatan zina, masturbasi (onani), dan sebagainya. Ketika kita seorang muslim berhasil menahan dirinya dari makanan dan kebutuhan seksual semata-mata karena taat kepada Allah Swt, diharapkan kita akan lebih mampu untuk menahan diri dari perbuatan yang diharamkan dengan didasari ketaatan kepada-Nya.
Seorang muslim, dengan puasanya, mempertegas komitmennya untuk memprioritaskan perintah Allah dan mengalahkan kesenangan nafsu. Inilah hikmah paling substansial dari puasa yang ditandaskan oleh Al-Qur’an, yaitu mencetak generasi umat yang bertaqwa. Predikat taqwa sendiri hanya disematkan kepada mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Baqarah:183.1
2. Mawas Diri (Muraqabah) untuk Mewujudkan Kebaikan Bersama
Puasa juga bertujuan untuk menumbuhkan perasaan senantiasa diawasi oleh Allah SWT. Ketika kita sendirian di tempat sepi merasakan lapar dan dahaga, kita memiliki kesempatan untuk makan dan minum tanpa sepengetahuan orang lain. Namun, kita bersikeras untuk tidak melakukannya. Keyakinan masih ada Dzat, yaitu Allah yang memantau semua perilaku kita, mampu menumbuhkan komitmen moral untuk menyempurnakan ibadah puasa kita selama sebulan penuh.
Andaikan semua orang mempertahankan sikap seperti ini secara berkesinambungan hingga di selain bulan Ramadan, akan tercipta sebuah tatanan sosial yang selama ini dicita-citakan. Tidak akan terjadi tindakan melawan norma, hukum dan garis serta tatanan hidup lainnya. Semua orang merasa diawasi oleh Allah SWT dan harus mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan dihadapan-Nya.
Rasulullah SAW, dalam bermasyarakat, menggambarkam setiap anggota masyarakat harus menjaga keselamatan orang lain dengan cara menahan diri dari berbuat kajahatan. Ibarat seseorang yang menaiki perahu di tengah samudra, setiap penumpang harus menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat membahayakan bersama. Ketika ada seseorang yang melakukan kejahatan dengan cara melubangi kapal, maka benar jika yang dikatakan salah adalah si pelaku saja.
Namun, bukankah yang menjadi korban adalah semua penumpang kapal? Begitu pula dalam hidup bermasyarakat, setiap elemen diharapkan menahan diri dari berbuat kejahatan. Ketika ia berbuat kejahatan, benar yang salah adalah si pelaku sendiri. Namun, bukankah yang menerima dampaknya adalah seluruh elemen masyarakat. Bukankah yang jelek adalah masyarakat di sekitar pelaku? Maka menjadi kewajiban setiap individu masyarakat menjaga diri dan orang lain dari perbuatan jahat di tengah kehidupan bermasyarakat.
3. Pesan untuk Bersyukur
Puasa juga melatih kita agar senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seseorang baru menyadari betapa besar nilai sesuatu pada saat dia kehilangan. Dengan tidak merasakan makan dan minum selama berpuasa, kita akan menyadari besar karunia Allah selama ini. Kita senantiasa diberi kesehatan dan kelapangan rezeki sehingga bisa merasakan nikmatnya makanan dan minuman.4
4. Pesan untuk Bersikap Amanah
Dalam menjalankan puasa, seseorang tidak dapat dinilai secara lahirnya saja. Orang yang tampak lesu di siang hari bulan Ramadan belum tentu dia benar-benar berpuasa. Orang yang tampak segar bugar juga tidak bisa kita tuduh sebagai orang yang tidak berpuasa. Ketika dalam keadaan sendiri, seseorang memiliki kesempatan melakukan pelanggaran dengan cara makan dan minum tanpa sepengetahuan orang lain. Maka, puasa dalam hal ini telah menjadi satu hal yang diamanahkan kepada seorang hamba. Jadi, dengan berpuasa berarti seseorang telah membiasakan diri bersikap amanah dalam hidupnya.
