Mengintip Buck, Brand Clothing Lokal Semarang 13 Tahun Berjaya yang Menginspirasi

10 January 2024, 12:30

SEMARANG, suaramerdeka.com– Clothing line saat ini makin dilirik untuk dijadikan peluang usaha menjanjikan. Bisnis pakaian yang terus bermunculan ini dulunya belum populer di tahun 2011 sehingga Buck, salah satu clothing line ini muncul dan menangkap peluang itu. Founder Buck, Lintang Naresworo membagikan kisah awal mula merintis bisnis clothing line. Baca Juga: Duel Sengit Lazio dan AS Roma Perebutkan Tempat di Babak Semifinal Coppa Italia, Berikut Prediksi dan Susunan Pemain Lintang menangkap peluang untuk mulai membuka toko dengan brand berkonsep clothing. “Waktu itu memang brand lokal di Semarang belum banyak. Tahun 2010, saat SMA mau masuk kuliah, belum ada yang brandnya mengarah ke ‘skate’ banget atau musik banget. Lalu saya buka Buck Store, ini jadi semacam identitasnya,” kata Lintang.

Ia pun berbagi kisah dirinya terinspirasi berbisnis clothing kepada Cerita Joni. Baca Juga: Peringkat Berpeluang Naik, Red Sparks Hadapi Al Peppers, Ini Posisi dan Poin Megawati di Daftar Top Skor Liga Voli Putri Korea Cerita Joni merupakan kisah-kisah inspiratif pelaku UMKM di Indonesia yang tayang di kanal youtube jne_id. Bersama Host Donna Trisukma, Cerita Joni mengulik perjalanan Lintang dalam membangun Buck hingga eksis di lintas generasi. Lintang bercerita, nama brand Buck sendiri diambil dari bahasa slang luar negeri, yang berarti receh $1. “Jadi waktu itu ngumpulin receh, lama-lama jadi gede, secara gampangnya gitu,” ungkapnya. Baca Juga: Intip 6 Rekomendasi Tempat Wisata Ter-Hits di Kota Kendal, Surga di Tengah Perkotaan Industri Perjalanan Buck selama 13 tahun ini, menurut Lintang telah membawa perubahan seiring berjalannya waktu. Terutama dari segmen market Buck, yang awalnya masih pada komunitas tertentu seperti skateboarding, musik, dan lainnya, kini telah berkembang ke arah fashion enthusiast. “Fashion streetwear Semarang sudah umum banget, dan semua sudah ngerti,” kata Lintang. Meski segmen semakin luas, menurut Lintang tetap tak lepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi. Terutama di tengah perubahan zaman, perubahan fashion juga sama berubahnya. Baca Juga: Cara Mabar Online Minecraft Terbaru 2024, Download dan Mainkan Versi Terbaru Jelajahi Dunia Jelang Update 1.21 Hal itu mendorongnya untuk terus berinovasi menghadirkan produk yang sesuai permintaan pasar. Saat awal beli tahun 2010 dia umur 18 tahun. Tahun 2023, sudah bertambah tua, jadi interest-nya sudah berubah termasuk lifestylenya. “Kemudian pandemi yang berdampak cukup panjang ke berbagai sektor termasuk Buck. Namun Lintang tak habis akal, Ia memanfaatkan social media untuk menjangkau pelanggan secara online. Melalui webstore https://buckstore-id.com/ dan akun instagram @buckstoreid Lintang tetap menjalankan penjualan secara online. Baca Juga: Piala Asia 2023, Prediksi Tim Terkuat dan Peluang Timnas Indonesia Menjadi Juara, Yuk Simak Ulasan Berikut! JNE menjadi ekspedisi pilihan Lintang pada waktu itu karena sales counter JNE langgananya tetap buka meski pandemi. Hingga kini Lintang masih mempercayakan kirimannya pada JNE bahkan berkolaborasi untuk memberikan subsidi ongkir khusus pelanggan Buck. “Terakhir challenge paling susah adalah menjangkau generasi Z. Ketertarikan mereka ke offline store beda. Kalau ke offline store, sepertinya mereka musti punya story tertentu, harus cocok dengan dia banget,” ujarnya. Sementara itu, Lintang juga mengungkap cara Buckstore bisa menggaet generasi Z. Yakni dengan menemui mereka langsung melalui acara-acara dan kumpul bersama. “Dari situ kita bisa bikin engagement baru untuk merangkul mereka. Harapan semoga semua inovasi Buck bisa diterima generasi-generasi selanjutnya,” imbuhnya.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi