DENPASAR – Pengasuhan anak sering kali dianggap sebagai domain ibu semata. Namun, melalui Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) dan Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR), Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN berupaya menggeser paradigma tersebut. Ayah kini didorong untuk hadir secara utuh, bukan sekadar sebagai pencari nafkah, melainkan sebagai pendamping emosional anak.
GATI bukan sekadar wacana, melainkan upaya konkret untuk menjadikan ayah sebagai figur teladan. Salah satu pintu masuknya adalah program GEMAR. Aktivitas sederhana seperti mengantar anak ke sekolah atau mengambil rapor mengirimkan pesan kuat: ayah peduli dan terlibat aktif dalam setiap fase pertumbuhan buah hati.
Di tengah gempuran era digital, kehadiran fisik dan emosional ayah menjadi jangkar bagi karakter anak. Ayah diharapkan menjadi pembimbing nilai-nilai kehidupan dan contoh nyata dalam bersikap sehari-hari.
Kearifan Lokal Bali: Ayah dan Penanaman Nilai Dharma
Di Bali, konsep keterlibatan ayah sebenarnya sudah berakar kuat dalam tradisi. Peran ayah sebagai teladan tercermin dalam pengajaran nilai Dharma—nilai kebenaran dan kewajiban moral.
Keteladanan di Ruang Publik: Anak-anak Bali belajar tentang tanggung jawab dan disiplin dengan melihat ayah mereka aktif di banjar, upacara adat, dan gotong royong.Jembatan Identitas: Ayah menjadi jembatan yang mengenalkan anak pada identitas sosial dan komunitasnya.
Implementasi GATI di Bali bukanlah upaya mengubah nilai lokal, melainkan menghidupkan kembali kearifan budaya: ayah yang membimbing dengan kedekatan, bukan dengan jarak.
Menjawab Kekhawatiran: Bagaimana Jika Ayah Tak Bisa Hadir?
Meskipun kampanye GEMAR disambut positif, muncul respons kritis mengenai perasaan anak yang tidak memiliki sosok ayah—baik karena perceraian, hubungan jarak jauh (LDR), maupun duka cita. Ada kekhawatiran kampanye ini akan melukai perasaan anak yang tumbuh tanpa figur ayah.
Menanggapi hal tersebut, Psikolog Klinis Hari Imam Wahyudi, S.Psi, menekankan pentingnya kejujuran emosional dalam keluarga.
“Anak tidak membutuhkan keluarga yang sempurna, melainkan keluarga yang jujur dan aman secara emosional,” jelas Hari.
Menurutnya, peran ibu (terutama ibu tunggal atau yang menjalani LDR) sangat krusial dalam memberikan pengertian. Penjelasan yang penuh kasih bahwa kondisi keluarga setiap orang berbeda-beda akan membantu anak merasa tetap diterima dan dicintai.
Esensi Pengasuhan: Cinta yang Melampaui Status
Pada akhirnya, GATI dan GEMAR adalah ajakan inspiratif, bukan standar untuk menghakimi bentuk keluarga tertentu. Esensi dari gerakan ini adalah:
Kehadiran yang Berkualitas: Baik fisik maupun komunikasi jarak jauh.Dukungan Emosional: Menjadi pendengar yang baik bagi anak.Lingkungan yang Menguatkan: Memastikan anak merasa aman dalam kondisi keluarga apa pun.
Anak akan tumbuh sehat dan percaya diri selama mereka merasa didengar dan didampingi. Karena yang paling dibutuhkan anak bukanlah kesempurnaan, melainkan kehadiran orang tua—ayah, ibu, atau keduanya—yang sungguh-sungguh berjalan bersama mereka dalam proses tumbuh kembang.
