Merangkum Semua Peristiwa
Indeks
Voi.id  

Mengenal Skeeter Syndrome yang Diidap oleh Penyanyi Korea IU

Mengenal Skeeter Syndrome yang Diidap oleh Penyanyi Korea IU

JAKARTA – Penyanyi solo ternama Korea, IU, belum lama ini menuai perhatian usai mengungkap mengidap skeeter syndrome. Hal tersebut disampaikan IU saat tampil d acara You In Radio, yang dipandu oleh aktris Yoo In Na.

IU mengatakan bahwa ia menderita sindrom langka, yakni skeeter syndrome, yang membuat tubuhnya bereaksi parah jika digigit nyamuk. Sindrom ini membuatnya sangat sensitif dengan gigitan nyamuk.

“Saat digigit nyamuk, pembengkakannya sangat besar, seperti benjolan. Bahkan sampai harus minum obat penghilang rasa sakit. Rasanya seperti alergi nyamuk,” kata IU.

Pelantun lagu “Blueming” itu juga mengatakan bahwa akibat sindrom tersebut, bagian tubuh bekas gigitan nyamuk mengalami mati rasa hingga saat ini. Hal tersebut membuat IU membenci nyamuk dibandingkan dengan kecoa.

“Di tempat yang dulu digigit, saya bisa menusuknya dengan jarum tetapi tidak terasa sakit sama sekali. Itulah kenapa saya lebih benci nyamuk daripada kecoa,” tambahnya.

Mengutip dari WebMD, pada Jumat, 27 Desember 2024, skeeter syndrome adalah reaksi tubuh yang berlebihan terhadap gigitan nyamuk. Hal ini disebabkan oleh polipeptida alergenik dalam air liur nyamuk, yang sensitif bagi kulit penderita sindrom tersebut.

Gejala yang akan dialami oleh pengidap sindrom ini jika digigit nyamuk adalah pembengkakan, kemerahan, rasa gatal, hingga nyeri pada area yang tergigit nyamuk. Gejala tersebut bisu muncul dalam beberapa jam setelah gigitan nyamuk dan bertahan hingga berminggu-minggu.

Biasanya pembengkakan akan disertai dengan benjolan merah kecokelatan yang terasa keras dan gatal, bahkan bisa melepuh atau menjadi titik hitam yang mirip luka. Untuk mengatasi sindrom ini memang tidak ada pengobatan khusus yang dapat dilakukan, hanya dengan obat atau krim penghilang rasa gatal atau nyeri.

Namun, penderitanya biasanya dianjurkan untuk mendapatkan perawatan medis jika gejala yang dialami mencapai tahap susah bernapas atau pusing. Hal ini dapat berisiko menyebabkan syok anafilaksis, yang dapat menyebabkan kematian.