Mengenal Ruwahan: Tradisi Menyambut Ramadan dengan Kirim Doa untuk Leluhur – Page 3

Mengenal Ruwahan: Tradisi Menyambut Ramadan dengan Kirim Doa untuk Leluhur – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Ruwahan adalah sebuah tradisi yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Muslim di Nusantara, terutama menjelang bulan suci Ramadan.

Tradisi ini berasal dari kata ‘arwah’ dalam bahasa Arab yang berarti roh. Pada dasarnya, Ruwahan merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada para leluhur yang telah meninggal dunia.

Tujuan utama dari Ruwahan adalah untuk mendoakan arwah para leluhur agar mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Dalam pelaksanaannya, Ruwahan melibatkan berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh keluarga dan masyarakat.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi momen untuk berdoa, tetapi juga untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan tetangga. Ruwahan menjadi sebuah ritual yang sarat dengan makna dan nilai-nilai keislaman.

Beberapa praktik yang umum dilakukan dalam tradisi Ruwahan antara lain adalah doa bersama, tahlilan, sedekah, dan ziarah kubur. 

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ruwahan sebenarnya berasal dari kata ‘ruwah’, yakni nama Jawa untuk bulan ketujuh dalam kalender Islam dan berbarengan dengan bulan Sya’ban. Kata ‘ruwah’ sendiri memiliki akar kata ‘arwah’ atau roh para leluhur dan nenek moyang.

Dari kata arwah inilah akhirnya tradisi ini dijuluki dengan nama ruwahan sekaligus dijadikan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur. Tradisi ini melambangkan kesucian dan rasa sukacita memasuki bulan Ramadan.

Adapun selain mengirim doa, ruwahan juga dilakukan untuk memohon ampunan Tuhan. Ruwahan juga diisi dengan kenduri warga sebagai ungkapan terima kasih atas limpahan rezeki dan keselamatan dalam bekerja.

Mengantuk memang menjadi musuh besar saat puasa. Alasannya karena waktu tidur berkurang akibat harus bangun untuk sahur, salat tarawih, dan kelelahan karena kurangnya asupan nutrisi.