Jakarta: Dalam dunia bisnis, memahami kesehatan keuangan perusahaan adalah hal yang krusial. Salah satu tolak ukur penting adalah rasio likuiditas.
Rasio likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, atau dengan kata lain, seberapa cepat dan mudah perusahaan dapat mengubah aset-asetnya menjadi uang tunai untuk membayar utang yang segera jatuh tempo.
Melansir dari laman resmi Shell, rasio likuiditas yang sehat mengindikasikan perusahaan memiliki cukup kas atau aset yang mudah dicairkan untuk memenuhi kewajibannya tanpa harus menjual aset tetap atau mencari pinjaman tambahan.
Rasio likuiditas merupakan pengukuran terhadap kemampuan aset perusahaan untuk membiayai kewajiban atau utang jangka pendeknya.
Semakin tinggi nilai rasio likuiditas, semakin baik kemampuan sebuah perusahaan membayar utang jangka pendeknya alias utang tersebut lancar. Hal ini dapat membuat pengelolaan keuangan perusahaan lebih efisien.
Beberapa jenis rasio likuiditas yang umum digunakan, di antaranya:
1. Current ratio (rasio lancar)
Current ratio atau rasio lancar adalah rasio likuiditas paling sederhana yang dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancarnya (dibayar dalam satu tahun) dengan total aset lancarnya, seperti kas, piutang, dan persediaan.
Rumus current ratio:
Aset lancar / kewajiban lancar = Rasio Lancar
2. Quick ratio (rasio cepat)
Quick ratio atau rasio cepat adalah rasio yang digunakan untuk menentukan kemampuan perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya dengan aset cepat atau aset yang paling likuid. Aset cepat adalah aset lancar yang dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu 90 hari.
Rumus quick ratio:
(Uang tunai + piutang + surat berharga) / kewajiban lancar = Rasio Cepat
atau
(Aset lancar – inventaris – biaya dibayar di muka) / kewajiban lancar = rasio cepat
3. Cash ratio (rasio kas)
Cash ratio atau rasio kas dihitung dengan membandingkan cash flow dengan tagihan yang saat ini harus dibayar. Cash flow adalah uang tunai yang dimiliki perusahaan atau setara kas, yaitu surat berharga, tagihan treasury, dan lainnya.
Rumus cash ratio:
Rasio kas = (Uang tunai + surat berharga) / kewajiban lancar
Contoh rasio likuiditas:
Misalnya, perusahaan A memiliki aset lancar sebesar Rp100 juta dan kewajiban lancar sebesar Rp50 juta. Maka, current ratio perusahaan A adalah 2 (Rp100 juta/ Rp50 juta). Artinya, perusahaan A memiliki kemampuan dua kali lipat untuk melunasi kewajiban lancarnya dengan aset lancarnya.
Rasio likuiditas merupakan alat penting bagi perusahaan untuk menilai kesehatan keuangannya. Dengan memahami rasio likuiditas, perusahaan dapat mengelola aset dan kewajibannya dengan lebih baik, sehingga mampu menghadapi tantangan dan peluang bisnis dengan lebih siap. (Laura Oktaviani Sibarani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(HUS)