Menembus Sunyi dengan Lensa: Kisah Fotografer Disabilitas ‘Tutur Mata’ dan Barista Tuli di Jantung Surabaya

Menembus Sunyi dengan Lensa: Kisah Fotografer Disabilitas ‘Tutur Mata’ dan Barista Tuli di Jantung Surabaya

Surabaya (beritajatim.com) – Hujan deras di hari Sabtu (29/11) siang gagal memadamkan semangat sekelompok anak muda luar biasa. Mereka adalah anggota Tutur Mata, komunitas fotografer disabilitas Tuli dan Down Syndrome yang berkumpul di Midtown Residence Surabaya untuk sebuah kolaborasi visual inspiratif “Kopi Tutur Rasa X Tutur Mata”.

Acara ini bukan sekadar sesi foto biasa. Ia adalah pertemuan dua potensi besar di bawah payung pemberdayaan, fotografer disabilitas yang piawai menangkap momen dan barista Tuli yang handal meracik kopi.

Kiking, Pina, Septian, Omay, Jacky, Dewa, dan Kori, yang didampingi mentor fotografi mereka, Pak Leo, menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menggunakan kamera. Mereka adalah bukti nyata bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang bagi bakat artistik.

Objek bidikan mereka adalah Devi dan Della, dua barista Tuli dari program Kopi Tutur Rasa Midtown Hotels Indonesia. Di balik bar All Day Dining, komunikasi mengalir hangat, bukan melalui kata-kata, melainkan melalui Bahasa Isyarat dan bahasa universal: fotografi.

Septian, dengan energinya yang atraktif, menjadi sorotan. Ia mengambil angle tak terduga—berjongkok, membidik melalui celah lampu—menghasilkan framing yang nyeleneh namun memukau. Kiking tak kalah impresif, dengan luwes mengarahkan Devi untuk menciptakan adegan dramatis dengan uap mesin kopi. Hasil jepretan mereka berulang kali memanen acungan jempol, termasuk dari Kus Andi, Public Relations Corporate Midtown Hotels Indonesia, yang tampak bangga.

“Kami akui bahwasannya kemampuan teman-teman disabilitas Tutur Mata memang sangat berpotensi untuk menjadi fotografer profesional. Kami sebagai pihak perusahaan harus terus mendukung kreativitas mereka,” ujar Gege, Public Relations Midtown Residence Surabaya, yang mengemas acara penuh makna tersebut.

Gege menjelaskan bahwa kolaborasi ini adalah strategi korporat untuk memfasilitasi kreativitas dan inklusi dalam dunia industri. Kopi Tutur Rasa, sebagai program pemberdayaan, berfokus pada pelatihan dan penempatan kerja bagi teman-teman disabilitas Tuli. Pertemuan dengan Tutur Mata menjadi sinergi yang memperkuat pesan: disabilitas adalah potensi, bukan defisit.
Pertemuan pertama ini langsung disambut akrab. Tawa dan gestur kagum Devi dan Della saat melihat hasil foto Tutur Mata menjadi penutup manis di tengah rinai hujan. Kisah di Midtown Residence Surabaya ini adalah potret kecil keberhasilan program inklusif, menunjukkan bahwa ketika diberikan ruang, teman-teman disabilitas mampu menghasilkan karya dan profesionalisme yang patut diacungi jempol.[rea]