Jakarta: Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (MenEkraf/KaBekraf) Teuku Riefky Harsya mengajak para pelaku ekonomi kreatif untuk berkolaborasi memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia. Ajakan ini disampaikan dalam pertemuan dengan para praktisi ekonomi kreatif yang berlangsung di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis, 14 November 2024.
MenEkraf Teuku Riefky, didampingi Wakil Menteri Ekraf Irene Umar, menyampaikan, pemerintah memerlukan masukan dari para pemangku kepentingan untuk membangun kolaborasi yang kuat. Ia menekankan pentingnya sinergi antara subsektor ekonomi kreatif dan kementerian terkait, seperti Kementerian Kebudayaan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Komunikasi dan Digital.
“Kami terbuka untuk bersama-sama mendefinisikan subsektor mana yang lebih berfokus pada ekonomi kreatif, perindustrian, atau kebudayaan. Dengan demikian, kita dapat menyinergikan langkah untuk mengurai kebingungan yang selama ini dirasakan oleh komunitas,” ujar MenEkraf Riefky. “Ekonomi kreatif dapat menjadi kekuatan baru bagi ekonomi Indonesia,” tambahnya.
Pertemuan ini dihadiri lebih dari 200 pegiat dari berbagai subsektor ekonomi kreatif, mulai dari kuliner, fesyen, desain grafis, hingga pariwisata. Pertemuan ini menyoroti pentingnya ekonomi sirkular yang menghubungkan sektor budaya dengan ekonomi kreatif.
Baca: Menekraf Teuku Riefky: Ekonomi Kreatif Kunci Pertumbuhan Ekonomi Baru
Gupta Sitorus, pendiri Museum Boga Indonesia, menekankan bahwa sinergi antara pemerintah dan para pelaku ekonomi kreatif sangat penting untuk mengurangi distorsi dalam implementasi kebijakan. “Kondisi saat ini bisa dikatakan belum ideal. Ada distorsi antara kebijakan pemerintah dengan yang dilakukan para pelaku ekonomi kreatif. Kini saatnya mencari jalan untuk menyinergikan kedua hal tersebut,” ujar Gupta.
Para pelaku ekonomi kreatif juga mengutarakan tantangan yang dihadapi, terutama terkait dengan klasterisasi subsektor ekonomi kreatif di luar 17 subsektor yang telah ada, serta usulan penggunaan indikator Compound Annual Growth Rate (CAGR) dalam pengukuran kemajuan ekonomi kreatif.
“Poin-poin pengukuran lain seperti CAGR dapat digunakan untuk menilai kemajuan ekonomi kreatif suatu negara,” kata Ritchie Ned Hansel, Ketua Asosiasi Desain Grafis Indonesia.
Merespons berbagai masukan tersebut, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menyampaikan pemahaman atas tantangan yang dihadapi oleh pelaku ekonomi kreatif. “Kami telah berdiskusi dengan Bappenas untuk mendata isu-isu yang ada agar kita dapat bekerja sama menempatkan ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan baru menuju Indonesia Emas,” ujarnya.
Ketua Komite Ekraf Jakarta Diaz Hensuk turut optimis dengan kolaborasi yang difasilitasi MenEkraf. “Pak Menteri dan Bu Wamen bisa jadi fasilitator yang sangat baik untuk semua pelaku ekraf,” ungkap Diaz.
Pertemuan ini juga dihadiri sejumlah tokoh ekonomi kreatif, antara lain Svida Alisjahbana, Pendiri Jakarta Fashion Week; Ivan Chen, Pendiri Anantarupa Studio; serta Primo Rizky, Direktur Asosiasi Desainer Grafis Indonesia.
Langkah ini menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan baru yang berdampak positif bagi perekonomian nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(ALB)