Mendiktisaintek Harap Kampus Lebih Berperan Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Ini Alasannya

Mendiktisaintek Harap Kampus Lebih Berperan Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Ini Alasannya

Bisnis.com, SURABAYA — Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengajak segenap unsur di perguruan tinggi untuk dapat menginspirasi munculnya medium-medium industri baru, yang berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah hingga pendapatan perkapita negara.

Menurut Brian, ruang-ruang kampus yang diisi oleh segenap akademisi merupakan harapan bagi banyak orang untuk dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi. Dia pun mengajak supaya segenap penelitian dan pengembangan dapat bersinergi atau linear dengan kebutuhan industri.

“Jadi, kalau kita lihat bahwa saya lihat di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dunia, selalu ada universitas di belakangnya, selalu ada perguruan tinggi yang menjadi lembaga think tank. Kampus harus memiliki ruangan yang luas untuk riset yang kuat. Kampus perlu lebih berinteraksi dengan industri yang ada karena kalau akademisi-akademisi di kampus tidak mau kerja, kan maka tidak akan ada lagi yang bisa,” ucap Brian dalam kunjungannya di Surabaya, Jumat (26/9/2025).

Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut juga telah menerima instruksi langsung dari Presiden Prabowo Subianto, untuk dapat menjadikan kampus menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi tanah air. Kampus, sebut Brian, dapat memilih bidang-bidang industri yang menjadi kekuatan mereka masing-masing. 

“Silakan, kita pilih bisa masuk ke sektor mana. Pertanian, ketahanan pangan, bisa masuk ke sektor kesehatan, bisa masuk ke industri elektronika, industri kedokteran, dan lain-lain. Semua itu sangat dinantikan oleh 300 juta penduduk Indonesia,” ucapnya.

Selain itu, Brian pun mengajak kepada segenap akademisi untuk dapat bekerja lebih keras lagi untuk dapat mewujudkan kemandirian ekonomi dari Indonesia. Dia pun mencontohkan kriteria dari negara adalah memperoleh pendapatan per kapita sebesar US$15.000 per tahun.

“Kita berkompetisi dengan bangsa-bangsa luar negeri yang lain. Singapura pendapatan per kapita sudah US$80.000, Malaysia sudah US$12.000, sementara kita [Indonesia] masih US$5.400. Jadi, kalau kemarin kita bekerja, sekarang kerja kita harus tiga kali lipat. Effort kita harus terus-menerus mengejar ini karena memang harapan 300 juta itu sangat besar di dunia pendidikan,” tegas Brian. 

Dirinya pun membayangkan, 10 hingga 15 tahun ke depan bakal muncul industri-industri yang berbasis temuan-temuan riset dari para akademisi yang berasal dari perguruan tinggi. Dia optimistis, lahirnya industri anak negeri di masa depan dapat mewujudkan kemandirian bangsa serta berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Memang ini tidak mudah. Ini bukan jalan yang gampang. Kita juga masih lihat dana penelitian kita terbatas, pendapatan kita juga belum maksimal. Karena ini sulit karena ini hal yang tidak mudah, saya serahkan kepada orang-orang terbaik di negeri ini. Kita pasti bisa. Indonesia jangan mau ketinggalan,” pungkasnya.