Surabaya (beritajatim.com) – Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (MDPL). Gunung yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim) kembali erupsi (meletus) pada Rabu sore, 19 November 2025.
Ratusan warga di sekitar kaki gunung itu mengungsi ke lokasi aman. Letusan tahun ini merupakan kali ke sekian dari erupsi gunung berapi tersebut.
Belum diketahui secara resmi sejak kapan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pertama kali meletus. Erupsi tahun 1818 menjadi catatan administrasi pertama atas erupsi yang terjadi di gunung ini.
Saat letusan di tahun 1818, belum banyak catatan administrasi penting terkait gunung ini. Baru di tahun 1941-1942, di mana terjadi letusan dan leleran lava berlangsung lama. Erupsi itu berlangsung ketika Indonesia di bawah penjajahan Jepang.
Letusan terbesar dan paling mematikan terjadi pada 29 Agustus 1909, yang menewaskan sekitar 208 jiwa, menghancurkan pemukiman, dan menimbun lahan pertanian warga. Erupsi pada 1909 masuk kategori Indeks Letusan Vulkanik (VEI) level 3, disertai aliran piroklastik yang dahsyat.
Mirip dengan gunung berapi lain di Pulau Jawa, khususnya Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Semeru masuk kategori gunung berapi aktif. Kerapkali meletus. Kendati periode letusannya tak bersifat ajeg. Erupsi terakhir Semeru pada Desember 2021, yang mengakibatkan puluhan warga meninggal dunia dan hilang, ribuan warga mengungsi dan sejumlah infrastruktur publik mengalami kerusakan berat.
Biasanya episode letusan Semeru bisa berlangsung berhari-hari. Temponya cukup panjang. Sehingga ekses yang ditimbulkan terhadap warga yang bermukim di sekitar kaki gunung sangat berat. Warga terpaksa mengungsi, dengan fasilitas pengungsian terbatas. Selain itu, hewan ternak, lahan pertanian, dan infrastruktur dasar masyarakat tak sedikit yang mengalami kerusakan berat.
Pada letusan tahun 1941-1942, aktivitas vulkanik yang timbul dari Semeru cukup panjang. Letusan mulai pada 21 September 1941 hingga Februari 1942. Aktivitas ini menghasilkan leleran lava yang mencapai lereng timur dan menimbun Pos Pengairan Bantengan. Hingga tahun 1960, Semeru aktif secara beruntun dengan berbagai skala letusan.
Sebelum erupsi Desember 2021, Semeru sempat ‘batuk’ pada Mei 2008. Namun demikian, letusan di tahun 2008 tak sebesar dibanding erupsi pada 2021. Pada 4 Desember 2021, letusan Semeru menimbulkan kolom abu membumbung tinggi dan dampak kerusakan lahan signifikan di sekitarnya.
Gunung Semeru memiliki letusan tipe Vulkanian dan Strombolian, yang terjadi beberapa kali dalam satu jam. Letusan biasanya terjadi dari kawah Jonggring Seloko, yang terletak di sisi tenggara puncak Mahameru.
Setiap hari terjadi letusan-letusan kecil, seperti layaknya orang batuk, di Gunung Semeru. Letusan kecil Semeru membawa banyak material, terutama batu dan pasir. Fenomena ini bisa menjadi ‘berkah’ bagi warga sekitar. Sebab, pasir yang berasal dari ‘batuk’ Semeru memiliki kualitas bagus, dengan tingkat campuran tanah liat sangat minim. Sehingga pasir Semeru sangat baik dan kompatibel untuk kepentingan proyek-proyek pembangunan sipil, seperti pengecoran jalan tol, dermaga pelabuhan, landasan pacu bandar udara, pembangunan gedung tinggi, dan kepentingan lainnya.
Diperkirakan volume pasir yang dihasilkan dari ‘batuk’ Semeru bisa mencapai jutaan meter kubik. Potensi deposit pasir Semeru sangat besar, dengan beberapa laporan menyebutkan deposit mencapai puluhan juta meter kubik.
Setelah erupsi Desember 2021, Kementerian ESDM mencatat sekitar 8 juta meter kubik material pasir turun dan menyumbat sungai di sekitar kawasan Semeru. Material ini yang kemudian jadi sumber utama penambangan pasir di Lumajang.
Pasir Semeru berkualitas bagus dan kompatibel untuk kepentingan berbagai proyek pembangunan fisik, seperti halnya pasir erupsi Gunung Merapi di Jateng dan DI Yogyakarta. Besaran harga pasir Semeru di tingkat pedagang bahan bangunan bisa mencapai Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per meter kubik. Besaran harga ini bisa berubah tergantung jenis pasir, volume pembelian, dan lokasi pengiriman. [air]
