Jombang (beritajatim.com) – Latihan memanah menjadi salah satu kegiatan santri AIS (Aqobah International School) Desa Jombok Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang dalam menunggu bedug magrib. Mereka ngabuburit di lapangan olahraga sekolah setempat, Selasa (19/3/2024).
Hanif (16), salah satu santri AIS memicingkan matanya. Tangan kanannya memegang anak panah, sedang tangan kirinya memegang busur. Sementara itu, papan sasaran berjarak 100 meter di depannya. Di tengah papan kotak tersebut terdapat lingkaran-lingkaran aneka warna.
Hanif tidak sendiri. Di sebelahnya ada sejumlah santri lainnya. Sama halnya dengan Hanif, mereka juga sedang memicingkan mata untuk membidik sasaran. Ketika dirasa cukup, anak panah itu pun dilepaskan.
Dalam sekejap, anak panah itu menghujam titik sasaran. Hanif tersenyum girang ketika anak panah yang ia lepaskan bersarang di tengah lingkaran. Namun tidak demikian dengan santri yang berada di sebelah Hanif. Karena busur panah itu mengenai luar lingkaran. dia hanya geleng kepala.
“Alhamdulillah, tepat sasaran yang saya incar. Harus konsentrasi. Selain itu, tangan sebagai tumpuan juga harus kuat. Sehingga ketika anak panah kita lepas, busur tidak bergoyang,” ujar remaja asal Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo yang sudah satu tahun menjadi santri AIS Jombang ini.
Para santri itu buka hanya sekali membidik sasaran. Mereka mengulanginya berkali-kali. Di sela itu, seorang ustaz bernama Abdullah memberikan evaluasi. Santri dikumpulkan membentuk lingkaran. Dia kemudian menjelaskan kesalahan para santri ketika membidik.
Dengan evaluasi itu, kesalahan yang dilakukan oleh santri tidak terulang. Abdullah juga meminta agar santri membaca doa terlebih dulu sebelum melepas anak panah. Tak teras matahari semakin condong ke arah barat. Para santri itu terus berlatih. Jumlahnya semakin banyak. Mereka memicingkan mata, membidik, lalu melepas anak panah.
Beberapa saat sebelum azan magrib berkumandang, santri AIS Jombang mengakhiri kegiatannya. Mereka kembali ke asrama. Membersihkan badan dan bersiap menyambut buka puasa. Latihan memanah menjadikan mereka lupa lapar dan dahaga.
Pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Al Aqobah KH Ahmad Junaidi Hidayat mengatakan bahwa kegiatan santri sangat padat selama Ramadhan. Selain kegiatan bersifat spiritual, juga ada yang non-spiritual seperti olahraga.
Ada tiga olahraga yang selama ini menjadi andalan santri AIS Jombang. Masing-masing memanah, berenang, serta berkuda. Walhasil, selama Ramadhan ini kegiatan tersebut juga dijadikan sarana untuk ngabuburit atau menunggu bedug magrib.
Menurut KH Junaidi, memanah, berkuda dan berenang, adalah tiga olahraga yang menjadi sunah nabi. “Di AIS ini sudah ada sarana memanah dan kolam renang. Untuk berkuda biasanya kita ke Wonosalam. Karena kita belum punya kuda, sehingga menyewa di sana,” ujat Kiai Junaidi. [suf]