Jakarta, Beritasatu.com – Isa Almasih, yang dikenal juga sebagai Yesus Kristus, merupakan tokoh sentral dalam iman Kristen. Kisah hidup-Nya, mulai dari pengajaran, mukjizat, wafat, kebangkitan, hingga kenaikan ke surga, membawa pesan universal tentang kasih ilahi, pengorbanan, dan pengharapan.
Dua peristiwa penting yang selalu dikenang oleh umat Kristen di seluruh dunia adalah Jumat Agung dan Hari Kenaikan. Keduanya menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi keselamatan dalam ajaran Kristen. Meskipun sama-sama berkaitan dengan akhir kehidupan Yesus secara fisik di dunia, keduanya memiliki makna, suasana, dan pesan spiritual yang sangat berbeda.
Wafat Isa Almasih: Puncak Pengorbanan di Jumat Agung
Jumat Agung, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Paskah, diperingati sebagai hari ketika Isa Almasih wafat disalibkan di Bukit Golgota, di luar kota Yerusalem. Peristiwa ini dianggap sebagai puncak dari penderitaan-Nya di dunia dan merupakan inti dari doktrin penebusan dosa dalam iman Kristen.
Menurut catatan dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), sebelum disalibkan, Yesus mengalami berbagai bentuk siksaan fisik dan mental. Ia ditangkap di Taman Getsemani, diadili secara tidak adil oleh pemimpin Yahudi, kemudian diserahkan kepada penguasa Romawi, Pontius Pilatus.
Meski Pilatus menyatakan tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tekanan massa membuatnya akhirnya menjatuhkan hukuman salib. Yesus disalibkan bersama dua penjahat dan mengalami penderitaan yang luar biasa.
Dalam saat-saat terakhir-Nya, Ia mengucapkan beberapa kalimat yang penuh makna spiritual, termasuk “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34), serta “Sudah selesai” (Yohanes 19:30), yang menandakan misi penyelamatan-Nya telah dituntaskan.
Bagi umat Kristen, wafat Isa Almasih bukan sekadar tragedi, melainkan pengorbanan besar yang membawa penebusan bagi dosa manusia. Melalui kematian-Nya, terbuka jalan rekonsiliasi antara manusia dan Allah.
Jumat Agung menjadi hari refleksi mendalam, bukan hanya untuk mengenang penderitaan fisik Yesus, tapi juga sebagai momen spiritual untuk merenungkan kasih Allah yang tanpa syarat.
Kenaikan Isa Almasih: Awal Misi dan Janji Kedatangan Kedua
Hari Kenaikan, yang dirayakan 40 hari setelah Paskah, memperingati saat ketika Yesus naik ke surga di hadapan para murid-Nya, sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:9–11 dan Lukas 24:50–53.
Peristiwa ini terjadi setelah kebangkitan-Nya dari kematian, di mana selama 40 hari Ia masih menampakkan diri kepada para murid, mengajar mereka, dan meneguhkan iman mereka.
Kenaikan ke surga menandai berakhirnya kehadiran fisik Yesus di bumi, tetapi bukan akhir dari pengaruh dan karya-Nya. Justru, ini adalah awal dari perutusan para murid untuk mewartakan kabar baik ke seluruh dunia.
Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Markus 16:15).
Dalam teologi Kristen, kenaikan Yesus juga menegaskan Ia kembali ke tempat asal-Nya, yaitu kemuliaan surgawi bersama Allah Bapa. Peristiwa ini memberi pengharapan Yesus akan datang kembali kelak dalam kemuliaan untuk menghakimi dunia dan menyempurnakan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, hari Kenaikan Isa Almasih dipandang sebagai perayaan iman dan harapan, bukan kesedihan.
Perbedaan Makna Spiritual
Secara spiritual, Jumat Agung dan Hari Kenaikan Yesus Kristus menyampaikan dua pesan berbeda tetapi saling melengkapi. Jumat Agung menggambarkan kerendahan hati, penderitaan, dan pengorbanan. Ini adalah saat umat Kristen diajak untuk mengenang betapa dalam kasih Tuhan yang rela mati bagi umat-Nya.
Sementara itu, Kenaikan adalah peristiwa yang penuh dengan kemenangan dan kemuliaan. Ia menegaskan kematian bukan akhir, dan Yesus Kristus hidup dan memerintah bersama Allah. Hal itu memberikan harapan kepada umat kehidupan kekal bukan hanya janji kosong, melainkan realitas yang menanti.
Wafat dan Kenaikan Isa Almasih merupakan dua pilar penting dalam iman Kristen. Keduanya memperlihatkan sisi manusiawi dan ilahi dari Yesus Kristus, yang rela menderita, tetapi juga ditinggikan dalam kemuliaan. Melalui wafat-Nya, umat menerima pengampunan. Melalui kenaikan-Nya, umat menerima pengharapan. Dengan merenungkan kedua peristiwa ini, umat Kristen diajak untuk hidup dalam kasih, menjadi saksi iman, dan tetap setia menantikan janji kedatangan-Nya yang kedua kalinya.
