TRIBUNNEWS.COM – Korban tewas akibat gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) mengalami lonjakan pada Sabtu (29/3/2025) per pukul 12.56 WIB.
Dikutip dari media pemerintah MRTV, korban tewas tercatat mencapai 1.002 orang. Sementara korban luka-luka sebanyak 2.376 orang.
Selain itu, dilaporkan pola adanya korban hilang yaitu 30 orang.
“Korban tewas melonjak menjadi 1.002 orang dan 2.376 mengalami luka-luka. Selain itu, adapula 30 (orang) hilang,” demikian pernyataan resmi dari Pemerintahan Junta Militer.
Sebelumnya, sekitar pukul 10.30 waktu setempat, jumlah korban tewas gempa Myanmar sempat dilaporkan sebanyak 694 orang dan 1.670 orang lainnya mengalami luka-luka.
Di sisi lain, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Joedha Nugraha, menuturkan pihaknya belum memperoleh informasi adanya WNI yang menjadi korban tewas hingga kini.
“Hingga saat ini belum ada informasi korban WNI dari gempa di Myanmar,” katanya ketika dihubungi Sabtu siang.
Sementara, pasca gempa dahsyat yang terjadi, junta militer menetapkan status darurat di enam wilayah, termasuk di Mandalay yang menjadi kota terbesar kedua di Myanmar.
Tak cuma itu, pemimpin junta militer, Min Aung Hlaing, turut mengumumkan permintaan bantuan internasional usai gempa terjadi.
“Saya secara pribadi telah mengunjungi beberapa lokasi yang terkena dampak untuk menilai situasinya. Saya ingin meminta semua orang untuk bergandengan tangan dan mendukung misi penyelamatan yang sedang berlangsung,” katanya, dikutip dari CNN.
Dalam perkembangannya, Min menuturkan India bakal memberikan bantuan.
“Saya ingin menyampaikan undangan terbuka kepada organisasi dan negara mana pun yang bersedia datang dan membantu orang-orang yang membutuhkan di negara kita,” ujarnya.
China dan Rusia Kirim Tim Penyelamat
China, Amerika Serikat (AS), dan Rusia bakal mengirim bantuan ke Myanmar pada hari ini.
Dikutip dari Reuters, China mengirim 37 orang penyelamat dan disebut telah mendarat di bekas ibu kota Myanmar, Yangon, dengan membawa obat-obatan dan peralatan.
Sementara, Rusia sudah mengirim 120 orang penyelamat berpengalaman sekaligus dokter dan anjing pelacak untuk melakukan pencarian korban.
Di sisi lain, Presiden AS, Donald Trump, menuturkan pihaknya juga bakal mengirim bantuan ke Myanmar.
“Ini benar-benar buruk, dan kami akan membantu. Kami telah berbicara dengan negara itu,” katanya di Ruang Oval.
Sebagai informasi, gempa ini merupakan gempa ketiga terbesar yang pernah mengguncang kawasan itu dalam seabad terakhir, dan analisis USGS menempatkan episentrumnya hanya 10 mil dari jantung Mandalay, kota berpenduduk sekitar 1,5 juta orang.
Gempa susulan berkekuatan M 6,7 tercatat sekitar 11 menit kemudian, yang merupakan gempa pertama dari beberapa gempa besar yang terjadi setelah gempa pertama.
Guncangan itu terasa hingga Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan China bagian selatan.
Bahkan, gempa tersebut sampai membuat Perdana Menteri (PM) Thailand, Paetongtar Shinawatra menyatakan Bangkok sebagai “daerah darurat” dan mendesak penduduk untuk mengungsi dari gedung-gedung tinggi jika terjadi gempa susulan.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)