Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Meja Belas Kasihan yang Memberi Makan Ratusan Orang

Meja Belas Kasihan yang Memberi Makan Ratusan Orang

Jakarta: Setiap Ramadan, suasana di Mesir semakin hangat bukan hanya karena ibadah yang lebih khusyuk, tetapi juga karena tradisi sosial yang sudah berlangsung berabad-abad. 
 
Salah satu tradisi paling menginspirasi adalah Meja Belas Kasihan atau Mawaid Al-Rahman, di mana warga setempat bahu-membahu menyediakan makanan berbuka puasa bagi siapa saja yang membutuhkan. 
 
Bagaimana tradisi ini berjalan dan mengapa tetap lestari hingga sekarang? Simak ceritanya berikut ini dirangkum dari Aljazeera.

Makan gratis di jalanan Kairo
Satu jam sebelum matahari terbenam, jalanan di sekitar Masjid Sayeda Zeinab di Kairo mulai dipenuhi orang-orang yang menunggu waktu berbuka. 

Masjid ini adalah salah satu tempat suci di Mesir, dipercaya sebagai makam cucu perempuan Nabi Muhammad. Selama Ramadan, para relawan menyiapkan meja panjang yang dipenuhi makanan bagi siapa pun yang ingin berbuka puasa, tanpa memandang latar belakang.
 
Makanan di meja ini biasanya terdiri dari nasi, kentang, ayam, kurma, dan air mineral. Para relawan, yang sebagian besar adalah penduduk setempat, bekerja keras untuk memastikan setiap tamu mendapat bagian sebelum mereka sendiri berbuka puasa.
 

Dukungan dari warga dan donatur
Menariknya, tradisi Meja Belas Kasihan ini tidak hanya berjalan karena bantuan dari organisasi besar, tetapi juga karena gotong royong warga sekitar. 
 
Para pedagang di pasar Sayeda Zeinab, misalnya, ikut menyumbangkan bahan makanan, kadang daging, kadang beras, atau sayuran. Bantuan juga datang dari donatur luar negeri, terutama dari negara-negara Teluk yang ingin beramal.
 
Hamdy, seorang pria 40 tahun yang telah menjadi relawan selama lima tahun berturut-turut, mengatakan bahwa tradisi ini adalah bukti kuatnya rasa kebersamaan di Mesir. 
“Di sini, setiap 10 meter ada meja bantuan. Orang Mesir mudah berorganisasi untuk membantu sesama,” ujarnya sambil terus membagikan kotak makanan kepada para pengunjung.

Para relawan yang mengabdi tanpa pamrih

Di dapur, Mostafa, seorang koki muda, bertugas memasak makanan dalam jumlah besar. Sementara itu, Hassan, seorang relawan dengan hoodie hijau, tampak sibuk membagikan makanan sambil bercanda dengan teman-temannya. 
 
“Kami hanya bisa berbuka puasa bersama keluarga satu kali saja agar ibu tidak sedih. Sisanya, kami bertugas di sini,” katanya sambil tersenyum.
 
Di antara para tamu, ada seorang pria tua yang baru pertama kali datang ke meja ini. Ramadan kali ini ia jalani sendirian, jadi ia memutuskan untuk berbuka bersama orang-orang di sini. Meski tidak banyak bicara, senyum kecilnya menunjukkan bahwa ia merasa diterima.
 

Tradisi yang berjalan sejak abad ke-9

Tradisi Meja Belas Kasihan di Mesir sudah ada sejak abad ke-9, ketika Ahmad Ibn Tulun, penguasa Mesir saat itu, menyelenggarakan acara berbuka puasa massal. 
 
Tradisi ini berkembang pesat pada era Dinasti Fatimiyah dan bertahan hingga sekarang sebagai bagian dari budaya Ramadan di Mesir.
 
Di gudang tempat penyimpanan makanan, terdapat plakat dengan ayat Al-Quran yang menjadi pegangan bagi para relawan.
 
Semangat itu lah yang membuat tradisi ini tetap hidup selama berabad-abad. 
 
Ramadan di Mesir bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan dengan sesama. 
 
Jika suatu hari kamu berkunjung ke sana, jangan heran jika kamu diajak duduk dan berbuka bersama di Meja Belas Kasihan. Karena di Mesir, kebaikan adalah milik semua orang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(ANN)

Merangkum Semua Peristiwa