Puti menambahkan bahwa Guntur enggan disebut sudah “berusia 80” dan lebih suka disebut “baru 80 tahun,” mengingat semangat dan kreativitasnya yang masih tinggi.
“Dengan beragam aktivitas beliau, Alhamdulillah kami keluarga sangat mensyukuri bahwa Bapak Guntur tetap memiliki kreativitas, tetap memiliki semangat dan selalu menjalankan hobi-hobinya, salah satunya bermusik, bermain gitar, menyanyi, dan salah satu kegiatan yang sangat produktif yaitu menulis buku yang berjudul Sang Saka Melilit Perut Megawati,” jelas Puti.
Sebagai anak, Puti mengakui semangat Guntur yang tak tertandingi dalam menulis, sering menghasilkan tulisan-tulisan yang ia sebut “surat merah.”
“Apa itu surat merah? Jadi kalau Pak Guntur itu suka menganalisa, analisa dalam tulisannya itu bisa sifatnya humaniora, bisa sifatnya sosial politik, bisa sifatnya budaya, nasionalisme atau internasionalisme,” ungkapnya.
“Maka tulisan-tulisan kemudian ditulis dan ditaruh di dalam map merah dan dikirimkan ke saya yang namanya surat-surat merah dari Papa. Dan Alhamdulillah hari ini, Papa bisa mewujudkan apa yang menjadi analisa pikirannya,” tambah Puti.