Masjid Magat Sari, Seabad Lebih Jadi Pilar Islam di Tengah Pasar Jambi

22 March 2024, 6:00

Jambi, CNN Indonesia — Suara azan menggema dari dalam Masjid Raya Magat Sari yang berada di persimpangan jalan dalam kawasan Pasar Kota Jambi, Senin (4/3).
Warga pun menghentikan aktivitas sejenak guna memasuki rumah ibadah yang berada di Kelurahan Orang Kayo Hitam, Kecamatan Pasar, Jambi tersebut. Rumah ibadah dengan kubah berwarna hijau itu adalah salah satu yang tertua di Kota Jambi.
Rumah ibadah ini dikelilingi bangunan- bangunan tua yang berdiri sejak masa kolonialisme bangsa Belanda. Bangunan-bangunan tua yang dimaksud sekarang digunakan sebagai tempat berdagang pakaian, buku, perhiasan, sampai peralatan rumah tangga kawasan pasar kota Jambi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid Raya Magat Sari mulai dibangun pada akhir masa perjuangan Sultan Thaha yang memimpin Kesultanan Melayu di Jambi dalam melawan Belanda. Masjid ini disebut rampung berdiri sekitar 1906 silam.
Menurut catatan sejarah, lokasi masjid ini merupakan tanah wakaf Syeh Hasan bin Ahmad Bafadhal yang diperoleh secara turun-temurun sejak 1279 Hijriah atau sekitar tahun 1850-an Masehi dari masa pemerintahan kesultanan Jambi, Pangeran Mangku Negara.

Ukuran awalnya berkisar 30X30 meter dengan ditopang empat tiang berbahan kayu bulian.
Terdapat empat tiang soko guru yang menopang bangunan Masjid Raya Magat Sari. Empat soko guru tersebut diketahui bermakna empat pedoman dalam agama Islam, yaitu Al-Qur’an, hadis, ijma dan qiyas.
Atap sirap berbentuk tumpeng melindungi bagian atas rumah ibadah ini. Sedangkan menara azannya, terbuat dari bambu yang diberi atap.
Ciri khas lain dari masjid ini adalah seni dekoratif dari mulai kubah setengah lingkaran hingga seni ornamentik yang merupakan kaligrafi menghiasi dinding hingga ukiran pada mimbar.
Setelah beberapa kali renovasi dan perluasan, masjid ini kini kokoh permanen di atas tanah dengan luas lebih dari 1.200 meter dan terdiri atas dua lantai.
Lantai pertama Masjid Raya ini digunakan untuk laki-laki lengkap. Tempat wudunya tepat berada di sayap kiri masjid. Seperti masjid pada umumnya, masjid raya ini juga dilengkapi tempat imam dan mimbar.
Sedangkan lantai dua masjid, khusus digunakan perempuan untuk salat. Kadang kala lantai dua masjid juga digunakan untuk kegiatan lain, seperti majelis taklim, pemberian bantuan kepada fakir miskin, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Kini, Masjid ini berdiri kokoh di tengah hiruk pikuk Pasar Kota Jambi–bangunannya kini berada di simpang jalan–serta terus menjaga kemajemukan masyarakat keagamaan di Kota Beradat Bumi Melayu.

Bendahara Masjid Raya Magat Sari, Syafiq Anis Al Muhdhor, mengatakan jalinan kerja sama atau gotong royong masyarakat mengiringi perjalanan rumah ibadah ini. Tidak hanya di masa lampau, semangat bergotong royong terus bertahan hingga sekarang.
“Untuk menunjang kegiatan syiar agama di masjid ini, terkumpul wakaf hasil toko dari pemilik toko di sekitar bangunan masjid, anggota masyarakat, dan tokoh masyarakat lainnya,” kata Syafiq kepada CNNIndonesia.com, Senin (4/3).
Sampai saat ini, di Masjid Raya Magat Sari rutin diadakan majelis taklim satu kali dalam sepekan yakni Majelis Ilmu Al Khair Wal Barokah. Habib Hasan bin Ali Alhadad menjadi guru dalam kegiatan itu.
Syafiq mengatakan para ulama dan habaib kerap berkunjung ke masjid ini untuk berdakwah. Selain itu, tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama baik yang bermukim di sekitar Masjid Raya Magat Sari maupun di Jambi Kota Seberang, secara bersama-sama dan silih berganti bertanggung jawab di dalam kepengurusan masjid ini.

Suasana di dalam Masjid Raya Magat Sari, salah satu masjid tertua di Jambi, Senin (4/3/2024). (CNNIndonesia/Sobar)

Misteri asal muasal nama masjid
Asal muasal nama masjid ini memiliki beberapa versi. Ada versi yang menyebutkan masjid ini berasal nama dari seseorang yaitu “Nan Magat” atau “Nagatsari”. Ada juga yang mengatakan, Magat Sari adalah kampung yang menjadi lokasi masjid ini dibangun.
“Satu hal yang pasti, nama Magat Sari telah lama melekat pada Masjid Raya ini. Pembangunan masjid ini bukti perkembangan Islam di Jambi pada masa lalu yang memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat di Kota Jambi,” kata Syafiq.

Terbakar saat era kolonialisme Belanda
Sebagai bangunan yang didirikan sejak era kolonialisme Belanda, Masjid Raya Magat Sari pernah mengalami kebakaran imbas serangan bangsa barat tersebut. Oleh jarena itu, masjid ini harus direnovasi pada tahun 1923 dan 1937.
“Kala itu masyarakat Jambi mengadakan perlawanan yang gigih dan patriotis,” kata Syafiq.
Beberapa tahun setelahnya, Masjid Raya Magat Sari kembali direnovasi pada tahun 1950. Lalu, pada tahun 1970 dan 1992, masjid ini direnovasi lagi sehingga masjid ini menjadi tegak secara permanen dengan bahan semen. Rumah ibadah ini pun semakin luas dan terdiri dari dua lantai.
Eksistensi Masjid Raya Magat Sari terus menjadi penting bagi masyarakat. Banyak pedagang, termasuk kalangan non-muslim keturunan Tianghoa yang merasakan manfaat keberadaan masjid ini.
Artikel ini adalah rangkaian dari kisah masjid-masjid kuno di Indonesia yang diterbitkan CNNIndonesia.com pada Ramadan 1445 Hijriah
Baca halaman selanjutnya

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi