Masjid At Thohiriyah, Awal Pemerintahan Bogor & Kajian Mental Health

21 March 2024, 6:00

Bogor, CNN Indonesia — Berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Istana Bogor, berdiri sebuah masjid yang sudah eksis sejak lebih dari dua abad lalu: Masjid Agung At Thohiriyah atau dulu dikenal pula dengan nama Masjid Jami Empang.
Masjid ini berada di Jalan Raden Aria Wiranata, Kampung Empang, Kelurahan Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor.
Pada 2022 silam, masjid ini jadi nomor wahid dalam kategori Masjid Juara Program Apresiasi Juara Provinsi Jawa Barat. Masjid ini kerap mengadakan kajian dengan mengedepankan isu mental health.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid ini berdiri dua abad silam, ketika pusat pemerintahan awal Bogor dipindahkan dari Tanah Baru ke Sukahati (sekarang Kampung Empang).
Pusat pemerintahan baru Bogor, oleh Demang Wiranata pun dibangun seperti tata letak pusat pemerintahan yang lazim di Pulau Jawa yakni alun-alun dikelilingi kantor pemerintahan, pasar, tempat ibadah.

Ketua Harian DKM Masjid At Thohiriyah , Ustaz Raden Muhammad Padmanegara menjelaskan rumah ibadah itu menjadi penanda berdirinya pemerintahan baru di Bogor kala itu.
“Di Indonesia biasanya pendirian kota yang pertama kali dibangun adalah masjid, keraton, dan alun alun.Masjid ini menandakan berdirinya pemerintahan baru Kota Bogor,” ujar Muhammad saat ditemui Jumat (1/3).
Dari sebuah surau pada 1817, bangunan itu kemudian diperluas dan berstruktur permanen jadi masjid berkat oleh RH Muhammad Tohir atau Uyut Kampung Baru. Dia menghibahkan tanah untuk memperluas bangunan menjadi masjid. Sepeninggal Uyut Kampung Baru, pembangunan masjid itu dilanjutkan putranya, RAA Wiranata/Dalem Sepuh Haji.
Muhammad mengatakan pembangunan selanjutnya dilakukan Bupati Bogor atau Regentscape Buitenzorg terakhir yang masih berkedudukan di Empang bernama RAA Suryawinata (1854-1872) atau lebih dikenal dengan nama Dalem Sholawat.
Nama Masjid Agung At Thohiriyah  diambil dari nama pendirinya, yang dalam bahasa Arab berarti kesucian. Masjid ini diharapkan bisa menjadi tempat bersuci orang-orang atau jemaah yang ada di sekitar Bogor.

Foto para pejabat pemerintahan di Bogor (Empang) pada abad ke-19 yang terpajang di salah satu dinding Masjid At Thohiriyah, Bogor. (CNN Indonesia/Cesar Sanabil Pasya)

Empang sendiri merupakan salah satu wilayah di Bogor Selatan yang kerap disebut sebagai kampung Arab. Wilayah ini dulunya memiliki nama Sukahati, yang berperan sebagai pusat pemerintahan Kampung Baru serta menjadi titik lokasi awal pertumbuhan Kota Bogor.
Nama Sukahati perlahan berubah menjadi Empang dikarenakan salah seorang Bupati di masa pemerintahan Kampung Baru yang bernama Demang Wiranata membuat kolam ikan di halaman pendopo. Semenjak saat itu nama Empang lebih terkenal di kalangan masyarakat, bahkan hingga saat ini.
Adapun julukan Kampung Arab tersemati untuk wilayah itu, karena saat masih bernama kampung Sukahati, di sana pun sudah ramai dipenuhi pemukim baru dari Hadramaut hingga turut mengembangkan dakwah dan syiar Islam di sana.

Foto bangunan Masjid At Thohiriyah di masa lampau yang terpajang di salah satu dinding bangunan masjid tertua di Bogor tersebut. (CNNIndonesia/Cesar Sanabil)

Ahlusunnah wal Jemaah dan peninggalan yang dipertahankan
Muhammad mengatakan regenerasi pengurus masjid mengacu pada AD/ART masjid di mana yang boleh mengurus Masjid Agung At Thohiriyah Empang adalah keturunan dengan mazhab Imam Syafii dan berakidah ahlussunnah wal jemaah. Itulah yang menjadi landasan dalam memilih ketua DKM, para pengurus, dan lain sebagainya.
Bukan hanya itu, dia mengatakan arsitektur atau corak lama masjid itu pun masih pula dipertahankan hingga kini.
“Sebenarnya masjid tua di Jawa Barat itu banyak, namun ada kalanya ketika masjid tua itu direnovasi, banyak menghilangkan desain atau corak lamanya.Masjid ini tidak menghilangkan itu, melainkan mempertahankannya. Itu salah satu keunggulan masjid ini,” ucap Muhammad.
Gaya bangunan masjid ini mendapat pengaruh dari arsitektur kolonial Belanda. Sementara pengaruh gaya arsitektur tradisional terlihat dari bentuk atap menara berundak tiga.
Terdapat empat pilar penyangga bangunan utama masjid yang dikenal dengan saka guru. Tiang-tiang ini memiliki filosofi yaitu 4 mazhab islam dan 4 zaman keislaman.
Masjid ini pun sudah berstatus sebagai cagar budaya sehingga dilindungi pemerintah.

Empat tiang atau saka guru adalah salah satu bagian yang masih dipertahankan sejak Masjid At Thohiriyah, Bogor, dibangun dua abad lalu. (CNN Indonesia/Cesar Sanabil Pasya)

Kajian mental health
Selain itu,masjid ini juga memiliki terobosan dalam mengadakan kajian rutin yang berbasis kekinian. Kajian ini lebih mengedepankan tentang isu mental health dengan basic keilmuan atau keagamaan tasawuf. Tujuannya adalah agar anak-anak muda tertarik dan mendapatkan manfaat dari kajian tersebut.
“Di masjid lain mungkin sudah banyak kajian berbentuk tematik, misalnya tentang Ramadan tematik. Kita tidak menggunakan cara itu, kita tetap menggunakan kitab turats (kitab kuning), yang masih dikaji di pesantren tapi dengan bahasa dan penyampaian modern,” tutur Muhammad.
Muhammad juga menambahkan bahwa untuk menjalin komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain, masjid ini mengadakan pengajian rutin setiap bulan dan mengundang pengurus berbagai masjid lain, majlis taklim, tokoh-tokoh ulama, dan tokoh-tokoh yang ada di Bogor. Hal ini dilakukan agar terjalin komunikasi, kerukunan, dan persatuan umat.
Masjid Agung At-Thohiriyah merupakan salah satu masjid yang patut menjadi contoh bagi masjid-masjid lainnya dalam menjaga warisan sejarah dan budaya, sekaligus mengikuti perkembangan zaman dengan mengadakan kajian yang relevan dengan isu-isu kekinian.
Tulisan ini adalah rangkaian dari kisah masjid-masjid tua di Indonesia yang diterbitkan CNNIndonesia.com pada Ramadan 1445 Hijriah (csp/kid)

[Gambas:Video CNN]

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi