Masa Depan di Ujung Tanduk, Paralayang Blitar Berhenti Terbang Akibat Parasut Jebol

Masa Depan di Ujung Tanduk, Paralayang Blitar Berhenti Terbang Akibat Parasut Jebol

Blitar (beritajatim.com) – Langit Blitar kini sepi dari warna-warni parasut. Cabang olahraga (cabor) paralayang yang pernah mengharumkan nama Kabupaten Blitar terancam vakum dalam waktu lama. Seluruh aktivitas atlet terpaksa berhenti total karena peralatan utama mereka yakni parasut kondisinya rusak parah dan sangat berbahaya untuk digunakan.

Nasib cabor berisiko tinggi ini sekarang sepenuhnya bergantung pada perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar. Tanpa adanya uluran tangan Pemkab Blitar untuk pengadaan peralatan baru, para atlet berprestasi ini hanya bisa pasrah dan ‘parkir’ di darat.

Ketua Paralayang Kabupaten Blitar, Bayuk Marsudi, mengungkapkan bahwa kondisi peralatan sudah tidak bisa ditoleransi. Kain parasut yang ada rata-rata sudah mengalami porositas, atau kondisi di mana pori-pori kain sudah terlalu renggang sehingga tidak bisa menahan udara dengan maksimal.

“Untuk sementara waktu tidak ada kegiatan sama sekali. Kondisi peralatan kami, yaitu parasut, rata-rata sudah porositas. Maka dari itu, sudah tidak layak untuk digunakan terbang,” ujar Bayuk saat ditemui pada Sabtu (4/10/2025).

Jika dipaksakan terbang dengan parasut yang sudah berporositas sama saja dengan menantang maut. Tingkat keamanan penerbangan menjadi sangat rendah dan berisiko fatal. Akibatnya, para atlet tidak bisa lagi berlatih, melakukan uji terbang, apalagi mengikuti kompetisi resmi.

Kini, cabor paralayang memberikan batas waktu kepada pihak-pihak terkait seperti Pemkab, Dispora, dan KONI. Jika tak ada solusi hingga tahun depan, mereka terpaksa menonaktifkan cabor ini tanpa batas waktu yang ditentukan.

“Kalau sekiranya tahun ini ataupun tahun depan dari pihak Kabupaten Blitar tidak bisa membelikan atau mengupayakan, tentu kami off hingga waktu yang akan menjawabnya,” tegasnya.

Meski berada dalam situasi sulit, harapan masih ada. Menurut Bayuk, untuk menghidupkan kembali kegiatan latihan dan kompetisi, para atlet setidaknya membutuhkan empat unit parasut baru yang sesuai standar keamanan.

“Kalau memang semua atlet (bisa aktif kembali), ya minimal butuh empat parasut baru,” tambahnya.

Cabor paralayang Blitar bukanlah cabor tanpa potensi. Mereka tercatat pernah menyumbangkan prestasi di berbagai ajang olahraga, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Potensi emas inilah yang dikhawatirkan akan hilang jika masalah krusial ini tidak segera mendapat perhatian serius dari pemerintah.

“Paralayang itu olahraga berisiko tinggi. Tanpa peralatan standar dan aman, mustahil bisa eksis. Kami berharap pemerintah segera merespons agar Kabupaten Blitar tidak kehilangan potensi di cabor ini,” pungkasnya. (owi/ian)