Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Ahmad Faisol
TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN – Puluhan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar aksi unjuk rasa sambil membakar ban bekas di depan Polres Bangkalan, Jalan Soekarno-Hatta, Senin (20/1/2025).
Aksi itu sebagai bentuk protes, menyoroti kinerja kepolisian dan pemerintah atas maraknya insiden pemotor terjerat senar dan benang dalam tiga hari terakhir saat melintasi Jembatan Suramadu.
Dua insiden pemotor terjerat senar dan benang di jalur sepeda motor Jembatan Suramadu tujuan Madura maupun sebaliknya, memantik kegelisahan bagi masyarakat pelintas. Termasuk bagi mahasiswa UTM yang berasal dari luar Pulau Madura.
“Keresahan-keresahan terutamanya yang ada di lingkungan Kabupaten Bangkalan. Kalau memang memahami yang kita maksud, apa yang kita rasakan bersama, tidak ada barisan-barisan (polisi) seperti ini. Seharusnya kalian membuka ruang dan akses kepada kami,” tegas seorang mahasiswa dari mimbar orasi.
Sepert diketahui, keberadaan senar dan benang di Jembatan Suramadu, khususnya di jalur kendaraan roda dua mulai memakan korban. Mahasiswa UTM asal Bojonegoro, M Bagus Sugianto menjadi korban pertama.
Ia harus mendapatkan tindakan medis berupa 5 jahitan di pipi kirinya setelah laju motornya menyambar seutas senar di jalur motor Jembatan Suramadu tujuan Madura pada Jumat (17/1/2025) sekitar pukul 16.45 WIB. Kejadian tersebut dilaporkan ke Polsek Sukolilo, Bangkalan.
Insiden kedua terjadi pada Minggu (19/1/2025) sore. Seorang pria pengendara sepeda motor terjerat senar di bagian leher saat berkendara bersama isteri dan anaknya di jalur motor Jembatan Suramadu tujuan Surabaya.
Meski tidak membuat laporan polisi, namun peristiwa kedua itu dibenarkan Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono di hadapan awak jurnalis pada Senin (20/1/2025). Korban kedua diketahui berasal dari Kecamatan Tragah dan mendapatkan perawatan medis di Surabaya.
Sebelum menggelar aksi dengan membakar ban bekas di Polres Bangkalan, puluhan mahasiswa sempat menggelar aksi di pintu masuk Jembatan Suramadu sisi Madura. Maraknya aksi begal sepeda motor di Kabupaten Bangkalan juga menjadi sorotan mahasiswa.
Sebagaimana disampaikan Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UTM, Bahrul Ulum di sela aksi unjuk rasa. Menurutnya, pembangunan pos-pos polisi khususnya di kawasan sekitar Kampus UTM tidak ada gunanya.
“Kinerjanya tidak becus karena maraknya pembegalan sehingga Kapolres Bangkalan ini atensi juga dari polda. Keberadaan pos polisi itu hanya untuk serap anggaran dan dilaporkan bahwasanya sudah dibangun pos-pos polisi. Tetapi tidak ada satupun orang di sana, bahkan kami melihat pos polisi di Timur UTM itu cuma diisi satpam, bukan polisi,” ujar Bahrul Ulum.
Presiden Mahasiswa UTM, Moh Anis Anwari turut menyoroti kinerja pihak kepolisian dan pemerintah dalam upaya menjaga keamanan Jembatan Suramadu. Sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada para pelintas.
“Kami menyayangkan betul kinerja kepolisian dan juga pemerintah karena kami tahu betul, bahwa Jembatan Suramadu tidak hanya sebagai pilar ekonomi tetapi juga pilar pendidikan. Pengaruhnya kepada kami mahasiswa UTM,” ungkap Anis.
Ia menjelaskan, saat ini populasi mahasiswa di UTM tidak hanya berasal dari Madura bahkan lebih dari 50 persen berasal dari luar Pulau Madura. Aksi mahasiswa sejatinya bukan semata karena salah seorang korbannya adalah mahasiswa UTM, namun lebih kepada jaminan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat termasuk mahasiswa dari luar Pulau Madura saat melintasi Jembatan Suramadu.
“Yang kami sangat sayangkan adalah kemarin di media ada pernyataan dari petugas Suramadu bahwa itu adalah bukan benang dipasang utnuk kejahatan. Namun faktanya yang kami kritisi bukanlah tujuan benang itu , tetapi bagaimana kemudian Jembatan Suramadu bisa menjadi akses perlintasan yang nyaman dan aman bagi semua masyarakat, tidak menimbulkan korban seperti kemarin,” pungkasnya