Jakarta: Sobat Medcom pasti pernah mendengar klaim bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otaknya. Pernyataan ini telah lama beredar dan sering diangkat dalam film, buku, bahkan dalam seminar motivasi.
Meski begitu, para ilmuwan telah meneliti fenomena ini selama bertahun-tahun, dan hasilnya menunjukkan fakta yang jauh berbeda. Dengan kemajuan teknologi pencitraan otak, seperti PET (Positron Emission Tomography) dan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging), para ahli berhasil memetakan aktivitas otak secara detail, bahkan ketika seseorang sedang tidur.
Klaim bahwa kita hanya menggunakan 10 persen otak bukan hanya keliru, tetapi juga mengabaikan kompleksitas dan efisiensi luar biasa dari otak manusia. Melansir dari laman psychologicalscience, berikut ini penjelasan dibalik fakta sistem kerja otak manusia.
Mengungkap asal mula mitos
Mitos tentang penggunaan 10 persen otak awal dipopulerkan oleh karya film, termasuk film seperti Lucy (2014). Dalam film ini, dikisahkan seseorang yang membuka seluruh kapasitas otaknya untuk memperoleh kemampuan super. Sayangnya, konsep ini sama sekali tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Jika ditarik lebih jauh, asal mula mitos ini juga tidak sepenuhnya jelas. Tetapi beberapa ahli menduga berasal dari pernyataan William James, seorang psikolog ternama, sering disalahartikan.
James pernah mengatakan bahwa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari potensi mental dan fisiknya, yang sebenarnya merujuk pada energi dan motivasi, bukan kapasitas otak secara biologis.
Kesalahpahaman ini terus menyebar, diperparah oleh tayangan media dan buku-buku pseudoscience yang menjanjikan kemampuan luar biasa jika seseorang bisa “mengakses” sisa otaknya.
Fakta: Otak tidak pernah berhenti bekerja
Teknologi pencitraan seperti PET dan fMRI menjadi bukti nyata bahwa otak manusia bekerja sepenuhnya, bahkan saat kita tidur. Dalam kondisi normal, seluruh bagian otak menunjukkan tingkat aktivitas tertentu, baik untuk berpikir, merencanakan, maupun menjalankan fungsi tubuh otomatis seperti bernapas dan mengatur detak jantung.
Secara keseluruhan, hampir setiap bagian otak memiliki fungsi tertentu dan berkontribusi pada aktivitas sehari-hari, hingga mengatur organ tubuh. Bahkan saat kita sedang beristirahat atau tidur, otak tetap aktif untuk memantau sistem vital tubuh. Pencitraan otak modern menunjukkan bahwa tidak ada bagian otak yang benar-benar tidak aktif.
Mengapa mitos ini berbahaya?
Mitos ini tidak hanya menyebarkan informasi yang salah, tetapi juga memberi ruang bagi klaim-klaim palsu, seperti program pelatihan otak yang tidak berdasar atau gagasan tentang kemampuan supranatural.
Dengan memahami fakta yang sebenarnya, kita dapat lebih menghargai potensi otak dan mendorong upaya meningkatkan kemampuan mental secara realistis.
(Nithania Septianingsih)
Jakarta: Sobat Medcom pasti pernah mendengar klaim bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otaknya. Pernyataan ini telah lama beredar dan sering diangkat dalam film, buku, bahkan dalam seminar motivasi.
Meski begitu, para ilmuwan telah meneliti fenomena ini selama bertahun-tahun, dan hasilnya menunjukkan fakta yang jauh berbeda. Dengan kemajuan teknologi pencitraan otak, seperti PET (Positron Emission Tomography) dan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging), para ahli berhasil memetakan aktivitas otak secara detail, bahkan ketika seseorang sedang tidur.
Klaim bahwa kita hanya menggunakan 10 persen otak bukan hanya keliru, tetapi juga mengabaikan kompleksitas dan efisiensi luar biasa dari otak manusia. Melansir dari laman psychologicalscience, berikut ini penjelasan dibalik fakta sistem kerja otak manusia.
Mengungkap asal mula mitos
Mitos tentang penggunaan 10 persen otak awal dipopulerkan oleh karya film, termasuk film seperti Lucy (2014). Dalam film ini, dikisahkan seseorang yang membuka seluruh kapasitas otaknya untuk memperoleh kemampuan super. Sayangnya, konsep ini sama sekali tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Jika ditarik lebih jauh, asal mula mitos ini juga tidak sepenuhnya jelas. Tetapi beberapa ahli menduga berasal dari pernyataan William James, seorang psikolog ternama, sering disalahartikan.
James pernah mengatakan bahwa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari potensi mental dan fisiknya, yang sebenarnya merujuk pada energi dan motivasi, bukan kapasitas otak secara biologis.
Kesalahpahaman ini terus menyebar, diperparah oleh tayangan media dan buku-buku pseudoscience yang menjanjikan kemampuan luar biasa jika seseorang bisa “mengakses” sisa otaknya.
Fakta: Otak tidak pernah berhenti bekerja
Teknologi pencitraan seperti PET dan fMRI menjadi bukti nyata bahwa otak manusia bekerja sepenuhnya, bahkan saat kita tidur. Dalam kondisi normal, seluruh bagian otak menunjukkan tingkat aktivitas tertentu, baik untuk berpikir, merencanakan, maupun menjalankan fungsi tubuh otomatis seperti bernapas dan mengatur detak jantung.
Secara keseluruhan, hampir setiap bagian otak memiliki fungsi tertentu dan berkontribusi pada aktivitas sehari-hari, hingga mengatur organ tubuh. Bahkan saat kita sedang beristirahat atau tidur, otak tetap aktif untuk memantau sistem vital tubuh. Pencitraan otak modern menunjukkan bahwa tidak ada bagian otak yang benar-benar tidak aktif.
Mengapa mitos ini berbahaya?
Mitos ini tidak hanya menyebarkan informasi yang salah, tetapi juga memberi ruang bagi klaim-klaim palsu, seperti program pelatihan otak yang tidak berdasar atau gagasan tentang kemampuan supranatural.
Dengan memahami fakta yang sebenarnya, kita dapat lebih menghargai potensi otak dan mendorong upaya meningkatkan kemampuan mental secara realistis.
(Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(PRI)