Bangkok –
Seorang mantan anggota parlemen oposisi Kamboja, Lim Kimya, tewas usai ditembak seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor di Bangkok, Thailand. Polisi masih memburu pelaku dan belum mengetahui motif pembunuhan tersebut.
“Lim Kimya… tewas di tempat kejadian. Petugas dari Biro Kepolisian Metropolitan telah memulai perburuan untuk menangkap pembunuhnya,” Bangkok Post melaporkan, seraya menambahkan bahwa korban adalah warga negara Kamboja-Prancis, dilansir AFP, Selasa (7/1/2025).
Polisi Thailand mengonfirmasi kematian seorang pria Kamboja tanpa mengidentifikasi Lim Kim-ya.
“Kami saat ini sedang menyelidiki motifnya dan akan memberikan informasi lebih lanjut di lain waktu,” katanya kepada AFP.
Beberapa media Thailand melaporkan bahwa seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembaki Lim Kimya saat ia tiba di ibu kota Thailand dari kota Siem Reap di Kamboja. Korban menggunakan bus dan ditemani oleh istrinya yang berkebangsaan Prancis dan seorang paman warga negara Kamboja.
Seorang jurnalis foto AFP melihat darah di lokasi kejadian dekat kawasan populer Khao San Road di Bangkok.
Hun Sen mengundurkan diri pada tahun 2023 dan menyerahkan kepemimpinan kepada putra sulungnya, Hun Manet.
Diketahui, Lim Kimya terpilih sebagai anggota oposisi parlemen Kamboja setelah pemilihan umum pada tahun 2013 di mana partai yang berkuasa di bawah mantan pemimpin Hun Sen hampir kalah dalam pemilihan dari pesaingnya saat itu, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP).
Kelompok hak asasi manusia menuduh Hun Sen — yang memerintah Kamboja selama hampir empat dekade — menggunakan sistem hukum untuk menghancurkan setiap oposisi terhadap pemerintahannya. Puluhan politisi dan aktivis oposisi dihukum dan dipenjara selama masa kekuasaannya.
Meskipun memegang kewarganegaraan Prancis, Lim Kimya tidak bergabung dengan puluhan anggota parlemen yang melarikan diri ke luar negeri setelah Presiden CNRP Kem Sokha ditahan atas tuduhan pengkhianatan pada tahun 2017.
Lim Kimya mengatakan kepada AFP saat itu di Phnom Penh: “Saya tidak akan pernah menyerah pada politik”.
(aik/jbr)