Libur Nataru 2025 di Bromo via Probolinggo Meningkat, Namun Daya Beli Belum Pulih Seperti Tahun Lalu

Libur Nataru 2025 di Bromo via Probolinggo Meningkat, Namun Daya Beli Belum Pulih Seperti Tahun Lalu

Probolinggo (beritajatim.com) – Aktivitas wisata di Kawasan Konservasi Gunung Bromo melalui jalur Probolinggo selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 menunjukkan peningkatan dibanding hari normal.

Namun, geliat tersebut dinilai belum sepenuhnya mencerminkan pemulihan pariwisata, terutama jika dibandingkan dengan tingkat kunjungan pada libur akhir tahun sebelumnya.

Choirul Umam, pengusaha jasa transportasi jeep wisata Gunung Bromo di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, mengatakan permintaan jasa jeep selama libur Nataru tahun ini memang mengalami kenaikan, tetapi masih berada di bawah capaian tahun lalu.

“Ada peningkatan, tetapi jika dibandingkan dengan tahun kemarin, masih lebih ramai tahun lalu,” ujar Umam, Sabtu (27/12/2025).

Berdasarkan estimasi pelaku usaha, pada libur Nataru 2024 lalu tingkat keterisian armada jeep sempat mencapai hampir penuh, bahkan beberapa operator mengalami kekurangan unit pada hari-hari puncak. Sementara pada libur Nataru 2025, keterisian armada diperkirakan berada di kisaran 70–80 persen, sehingga seluruh unit yang tersedia masih dapat beroperasi tanpa kekurangan armada.

“Kalau tahun ini tidak sampai kekurangan. Semua unit masih bisa jalan. Tahun lalu sempat kurang,” jelasnya.

Dari sisi segmentasi wisatawan, Umam menyebut kunjungan ke Bromo via Probolinggo saat ini masih didominasi wisatawan domestik. Wisatawan mancanegara belum menunjukkan lonjakan signifikan seperti sebelum pandemi.
“Mayoritas wisatawan lokal,” katanya.

Umam menilai belum optimalnya kunjungan wisata Bromo pada libur akhir tahun ini tidak lepas dari faktor daya beli masyarakat. Kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil turut memengaruhi keputusan masyarakat untuk berwisata.

Selain itu, berdekatan­nya momentum libur Natal dan Tahun Baru dengan bulan Ramadan serta Hari Raya Idulfitri 2026 membuat sebagian masyarakat lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran.

“Sepertinya masyarakat lebih fokus menjaga keuangan. Momen liburan berdekatan dengan puasa dan Lebaran, jadi banyak yang menahan belanja wisata,” ujarnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pemulihan sektor pariwisata pascapandemi belum sepenuhnya berbanding lurus dengan daya beli masyarakat. Aktivitas wisata tetap bergerak, namun belum mencapai level agresif seperti periode sebelumnya.

Meski demikian, Umam menegaskan bahwa penggunaan jeep wisata masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo. Hingga saat ini, belum ada pergeseran minat wisatawan terhadap moda transportasi khas kawasan tersebut.

“Ke Bromo naik jeep masih tetap menjadi daya tarik,” tegasnya.

Pelaku usaha berharap ke depan terdapat kebijakan yang mampu mendorong daya beli masyarakat dan memperpanjang masa tinggal wisatawan, sehingga pemulihan pariwisata tidak hanya terlihat dari jumlah kunjungan, tetapi juga dari perputaran ekonomi di tingkat lokal. (ada/ted)