Solo – Tim Nasional Indonesia gagal lolos ke semifinal setelah kalah 0-1 dari Filipina di Stadion Manahan, Solo, Sabtu 21 Desember. Muhammad Zein Alhadad, mantan striker Timnas era 80-an dan pelatih terbaik Copa Dji Sam Soe 2008, menilai ada beberapa penyebab kekalahan tersebut.
Menurut Alhadad, kekalahan ini disebabkan oleh kurangnya ketenangan di lini depan. Pemain Indonesia terlalu terburu-buru dalam menyelesaikan peluang, sehingga sering meleset. “Kita masih kesulitan mencetak gol karena kurangnya ketenangan di lini depan. Pemain kita harus belajar mengelola emosi dan tetap fokus di lapangan,” ujar Alhadad.
Selain itu, Alhadad juga menyoroti keterpengaruhan emosi pemain Indonesia. Mereka mudah tersulut emosi dan terpancing oleh lawan, menyebabkan kesalahan-kesalahan fatal. Bahkan kapten tim Muhammad Ferrari terkena kartu merah. “Pemain kita harus belajar mengendalikan emosi dan tidak terpancing oleh lawan. Filipina memanfaatkan kelemahan ini dengan baik,” tambahnya.
Tekanan lawan juga menjadi faktor penentu kekalahan. Filipina berhasil melakukan pressing intensif, menghambat pergerakan pemain Indonesia. “Kita harus belajar menghadapi tekanan lawan dengan lebih baik. Pemain kita harus lebih dewasa dalam menghadapi situasi seperti ini,” ujar Alhadad.
Kartu merah yang diterima Muhammad Ferrari juga dinilai sebagai faktor penentu kekalahan. “Kartu merah tersebut memperlemah tim dan memberikan keuntungan bagi Filipina. Kita harus lebih bijak dalam menghadapi situasi seperti ini,” tambah Alhadad.
Alhadad berharap kekalahan ini menjadi pelajaran bagi pemain Indonesia. “Kita harus belajar dari kekalahan ini. Pemain muda kita harus lebih dewasa dalam menghadapi tekanan dan memanfaatkan peluang dengan baik. Kita perlu memperbaiki mental dan teknik untuk meningkatkan kualitas permainan,” ujar Alhadad.