Bisnis.com, JAKARTA — Singapore Airlines (SIA) mencatat penurunan laba bersih sebesar 82% menjadi Rp668 miliar atau Sin$52 juta (kurs Rp12.860 per dolar Singapura) pada kuartal III/2025, menuju level terendah dalam tiga setengah tahun.
Penurunan ini terjadi seiring dengan tantangan yang terus dihadapi Air India Ltd., yang berdampak negatif pada kinerja keuangan grup SIA.
Melansir Bloomberg, Kamis (13/11/2025), meski laba menurun, pendapatan SIA naik 2,2% menjadi Sin$4,9 miliar. Setelah menghapus kontribusi dari perusahaan afiliasi, laba operasional kuartalan SIA meningkat sekitar 23% menjadi Sin$398 juta.
Maskapai ini berencana membayar dividen khusus sebesar 10 sen Singapura per saham per tahun selama tiga tahun, dengan total sekitar Sin$900 juta, serta mengumumkan dividen interim sebesar 5 sen Singapura per saham untuk paruh pertama 2025.
Namun, SIA masih menghadapi tantangan dari Air India, di mana grup memiliki kepemilikan saham 25,1%. Bagian hasil dari perusahaan afiliasi ini turun Sin$417 juta secara tahunan pada paruh pertama 2025, mencerminkan kerugian yang dialami maskapai India tersebut.
Air India sendiri masih terdampak oleh kecelakaan fatal awal tahun ini dan tengah mencari dukungan keuangan setidaknya 100 miliar rupee (US$1,1 miliar) dari pemiliknya, Tata Sons Pvt. dan Singapore Airlines. SIA menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan Tata Sons dalam mendukung rencana pemulihan Air India.
Pada tingkat grup, yield penumpang—indikator keuntungan penerbangan—turun 3% menjadi 9,8 sen Singapura per kilometer. Penurunan yield ini melambat, menandakan prospek kompetitif yang membaik setelah penutupan maskapai pesaing kecil Jetstar Asia selama periode fiskal.
SIA juga diuntungkan oleh biaya operasional yang relatif stabil, sementara biaya bahan bakar turun pada kuartal tersebut.
Meskipun mengalami penurunan laba bersih kuartal ketiga berturut-turut dan menghadapi tantangan dari ketegangan geopolitik, hambatan ekonomi, serta kendala rantai pasokan, SIA tetap optimis terhadap prospek jangka pendek. Permintaan perjalanan udara tetap tangguh menjelang kuartal ketiga, menurut maskapai.
SIA Group mengangkut rekor 10,5 juta penumpang pada kuartal tersebut. Baik merek utama SIA maupun unit berbiaya rendah Scoot mengalami penerbangan yang lebih penuh seiring peningkatan kapasitas akibat permintaan yang kuat.
Scoot menonjol dengan faktor muatan melebihi 90% selama enam bulan berturut-turut hingga September, kemungkinan besar mendapat manfaat dari penghentian layanan Jetstar Asia pada Juli, di mana Scoot dan SIA mengisi celah yang ditinggalkan.
Pasca rilis hasil kuartal III/2025, saham Singapore Airlines turun 0,5%, meski secara keseluruhan naik 3,3% sepanjang tahun ini.
